DEWI PEMUJA ROH
(SATU)
Sang surya barulah menyapa bumi dengan rona jingga diufuk timur,burung-burung riuh berkicauan menyambut sang mentari,semak dan rerumputan masih basah oleh titik-titik embun,sungguh suasana pagi yang memanjakan mata,suasana pagi yang indah itu rupanya tak bisa menghentikan seorang kakek yang tengah berlari kearah utara barang sejenak,sikakek seolah tak peduli dan acuh dengan pesona alam yang memikat hati.Kakek dengan tongkat berbandul kaleng rombeng tampaknya sedang tergesa-gesa,setiap langkahnya sungguh enteng,menandakan sikakek bukanlah orang sembarangan dalam rimba persilatan tanah Jawa dia dikenal dengan nama kakek Segala tahu,tokoh yang disegani kawan maupun lawan,yang berpenampilan layaknya seorang pengemis buta.Tongkat kaleng yang selalu menemani perjalanannya bukanlah tongkat pada umumnya,melainkan sebuah alat yang membantunya mengenali segala benda dan ukuranya,bahkan lobang semutpun mampu diketahui dengan tongkat khusus yang dimilikinya,kaleng-kaleng berisi kerikil yang selalu berisik sebenarnya bertujuan untuk memantulkan gema getaran suara suatu benda ketelinganya hingga tak aneh ia bisa berlari dan bergerak cepat tanpa menabrak atau terperosok jurang.
"Sebentar lagi aku akan memasuki kawasan alas Kemutug dan setelahnya adalah kaki Gunung Gora..Hmm..Luhrembulan,siapakah kau sebenarnya?mengapa bocah geblek mirip Wiro selalu menyebut namanya sebelum pingsan,apakah dia kekasihnya,atau dia pangkal segala urusan yang membuatnya terkena racun,aku harus menyelidikinya segera"
Pagi yang mulai meninggi membuat kakek segala tahu kian percepat larinya dengan harapan sebelum tengahari sudah sampai ditujuan,baru saja kakek segala tahu menyeberangi sebua anak sungai,tiba-tiba telinganya menangkap suara berkesiuran sebuah benda atau sesosok manusia yang bergerak cepat.
"Sepertinya telingaku menangkap suara klebatan baru saja memapasi lariku,dari desiran angin yang kurasa rupanya mengarah ke timur"sejenak hati kakek segala tahu bimbang,apakah kembali lanjutkan perjalanan ke Gunung Gora ataukah coba menyusul klebatan suara ketimur.
Akhirnya dia memilih coba menyusul klebatan suara yang memapasinya ke arah timur.
"Ilmu lari orang didepanku ternyata satu tingkat diatasku,aku selalu tertinggal setengah tombak,siapa dia sebenarnya?mungkinkah dia sosok Luhrembulan yang tengah kucari?"kakek segala tahu membatin keheranan.
"Bau..ini..bau...akh..pasti dia"bau yang tiba-tiba tercium hidung kakek segala tahu,membuat sikakek tersenyum gembira.
"Pantas..lariku tak bisa menyamainya rupanya itu kau yang didepan,awas saja kau Sinto..aku kerjai kau.."bibir kakek segala tahu kembali tersenyum,entah apa yang ada dipikiranya tiba-tiba si kakek lepaskan satu kaleng dari ujung tongkatnya.
"Makan kaleng bututku ini Sinto..."
"Wuss.."satu kaleng yang dilempar dengan tenaga dalam tinggi meluncur deras kedepan,sekejap lagi punggung orang yang didepan kakek segala tahu pasti terkena lemparan.
"Kakek geblek,rupanya kau ingin bermain-main denganku,baiklah aku ladeni"orang didepan berkata lirih sambil balikan tubuh menangkap lemparan kakek segala tahu.
"Claapp"dengan mudahnya sosok didepan kakek segala tahu menangkap benda yang dilempar.
"Wutt.."
"Aku kembalikan kaleng..rombengmu"
"Pletak.."
"Wadaauuww"karena tak siap akan balasan dari sosok didepanya,kepala kakek segala tahu benjut terkena senjatanya sendiri.
"Sinto..hoi..sinto..berhenti,ada yang aku ingin katakan padamu"
"Aku bukan..Sinto...tapi..sinta..hik..hik..hik"walaupun mengaku bukan Sinto,sosok didepan kakek segala tahu hentikan larinya,seorang nenek tua dengan wajah kurus kering dengan lima tusuk konde nangkring dibatok kepala berdiri bertolak pinggang.
"Kau bisa menipu mataku Sinto,tapi hidungku tak kan mampu kau tipu"kakek segala tahu menghampiri sinenek yang memang adalah Sinto weni alias Sinto Gendeng.
"Rupanya..kau kakek kaleng butut,apa perlunya kau hentikan perjalananku ke timur?mengapa kau klayapan masuk hutan,biasanya kau suka dipasar -pasar..hik..hik..hik"
"Sebenarnya aku..aku.."
"Aku..aku..ngomong yang jelas..kalau hanya basa -basi mending kau cepat pergi,mengganggu perjalananku saja"
"Ba..baiklah..engg"bibir kakek segala tahu serasa berat menceritakan pertemuanya dengan pemuda mirip Wiro yang terluka parah dan hanya Sinto yang bisa mengobati,seperti dituturkan Kyai Gede tapa pamungkas,terlintas dibenaknya untuk berbohong karena dia tahu sekali betapa Sinto sangat menyayangi muridnya.
"Tua bangka tolol disuruh bicara malah bengong,lebih baik aku pergi sekar.."
"Wiro..terluka..Sinto..."
"Apa.."Sinto gendeng berteriak kaget,tubuhnya menggigil,berita yang baru didengarnya serasa sambaran petir dikuping.
Kemudian kakek Segala tahu ceritakan semua yang terjadi dengan sedikit kebohongan bahwa yang terluka adalah Wiro,karena sejatinya itu Lasaksana.
"Lebih baik kau urungkan niatmu ke timur Sinto,kembalilah ke Gunung gede sebelum gurumu mendahului.."
"Kampret..tak usah kau usir pun aku pergi sekarang.."
(DUA)
Setelah kepergian Sinto Gendeng ke timur berhasil dicegah,dan akhirnya memilih kembali ke Gunung Gede,kakek Segala tahu putuskan kembali ketujuan awalnya yaitu ke Gunung Gora untuk menyelidik siapa sebenarnya sosok Luhrembulan.
Gunung Gora yang terletak diutara kadipaten Tirta Kencana adalah sebuah Gunung yang berhawa sejuk dan sangat bersahabat dengan manusia,sebuah tempat yang cocok untuk bermukim,disebuah pedataran yang terletak dikaki gunung sebelah timur yang dikenal dengan nama lembah Serang,tampak sebuah bangunan kecil sebuah gubuk beratap ilalang kering dan berpagar daun-daun pandan,digubuk inilah tinggal seorang wanita bermuka burung gagak ditemani oleh seekor ular hitam besar,wanita bermuka burung gagak yang tidak lain adalah Hantu santet laknat alias Luhrembulan dan ular hitam besar pastinya adalah Laehitam.
Pagi itu,tatkala mentari mulai meninggi,tampak sekelebat bayangan berwarna hitam terlihat sedang mengawasi gubuk kediaman Luhrembulan dari sebuah batang pohon berdaun rimbun,dari gerak-geriknya tampak sosok yang diam mengawasi tentulah bukan sosok sembarangan dilihat dari caranya yang menggantung didahan kecil dengan kepala dibawah layaknya seekor kalong,yang lebih menggidikan adalah muka sosok hitam tersebut hanyalah sebuah tengkorak,dialah sang Junjungan guru dari Hantu santet laknat.
Setelah sebelumnya terpisah akibat hisapan lorong Batu pembalik waktu,kini guru dan murid telah bertemu di Tanah Jawa,bahkan hubungan guru dan murid kian erat dengan hadirnya Lasaksana,anak Luhrembulan dan Wiro Sableng.
Sang Junjungan sangat menyayangi Lasaksana,hingga dia kerap mengunjungi Gunung Gora hanya demi melihat cucumuridnya.
Pagi itu adalah kunjungan kesekian kali,dan akan menjadi kunjungan tanpa Lasaksana.
"Jangan kau sangka aku tak melihat persembunyianmu,orang asing"sang Junjungan menyadari ada orang bersembunyi sedang mengawasi gubuk muridnya.
"Aku yakin orang yang bersembunyi dibalik batu cadas itu pasti tengah menyelidiki gubuk Luhrembulan"kembali sang Junjungan membatin.
Kehadiran sosok sang Junjungan rupanya juga telah diketahui oleh si pengintip.
"Mahluk apakah yang barusan hadir dan nangkring dipohon itu?angin gerakanya masih bisa kurasa,tapi mengapa detak jantungnya tak bisa kudengar?"
"Sebelum dia membahayakan murid dan cucumuridku lebih baik kupancing dia keluar"sang Junjungan kemudian patahkan sebuah ranting dan bersiap melemparkannya,belum sampai niatnya kesampaian tiba-tiba..
"Wutt.."
"Brakk"sebuah benda berbentuk tabung kecil menghantam dahan tempatnya bergantung.
"Keparat..dia menyerangku lebih dulu,bahkan dahan tempatku bergantung telah patah,baiklah aku turuti kemaunmu aku ladeni kau"akhirnya tanpa menunggu lama sang Junjungan jejakan kaki jerangkongnya ke tanah,dan tanpa basa-basi lagi langsung membentak.
"Hei..mahluk..pengecut,suka bersembunyi macam tikus,ayo keluar hadapi aku.."tak ada jawaban dan tak ada sahutan terdengar.
"Wahai...ternyata memang tikus,untuk tikus macam kau lebih baik kau kubakar sekalian"
"Wuss..wuss"dua rongga bekas biji mata Sang junjungan menyembur dua larik api.
Mendengar suara gelegar dan hawa panas yang datang,sosok sipengintip sadar kalau dirinya diserang dengan api.
"Cuma..api,siapa takut.."terdengar suara mengejek berbarengan dengan melesatnya sosok kakek-kakek dari balik sebuah batu melewati semburan api tanpa terbakar sedikitpun.
(TIGA)
Dengan melompat dan berjungkir balik diudara,serangan api dari sang Junjungan mudah saja dilewati Kakek Segala tahu dan diiringi tawa mengekeh sikakek jejakan kakinya ditanah.
"He..he..he..he,tak kusangka kedatanganku digunung ini ternyata hanya menemui tukang kayu bakar yang sedang bermain api unggun"
Melihat sosok yang baru diserangnya ternyata hanya seorang kakek tua,sang Junjungan balas tertawa mengejek.
"Bha..ha..ha..hanya tikus kurus ternyata,kukira tikus gemuk yang suka mengintip dan mencuri makan"
"Mahluk..didepanku ternyata bukan mahluk dari alam nyata,detak jantungnya tak mampu kudengar,sayang aku tak bisa melihat wujudnya,walaupun gerakanya mampu kubaca".kakek Segala tahu membatin sembari tetap waspada.
"Kau boleh lolos dari serangan pertamaku tikus tua,tapi jangan harap kali ini kau bisa seenaknya masuk kerumah orang,bersiaplah tubuhmu akan kukoyak dan cabik-cabik"Jari-jari sang Junjungan berubah menyala diselimuti api setelah sebelumnya dimasukan kerongga bekas mata dan siap untuk serangan kedua inilah yang disebut ilmu Cakar Neraka,salah satu ilmu andalan sang Junjungan.
Merasa mahluk dihadapanya telah menyiapkan serangan lanjutan kakek Segala tahu makin tingkatkan kewaspadaan,belajar dari pengalaman pertama,rupanya mahluk didepanya mengandalkan api sebagai sumber serangan,kakek Segala tahu paham bagaimana cara mengatasi musuhnya,dia harus gunakan tongkatnya sebagai tameng sekaligus alat untuk membuat angin.
"Cakar Neraka..heatt.."dibarengi menyebut nama ilmunya sang Junjungan langsung lancarkan dua cakar berapinya mengincar langsung perut dan leher kakek Segala tahu"wutt...wutt"
Kakek Segala tahu yang sudah kenyang makam asam garam dunia persilatan tahu bahayanya dua cakar yang mengarah ketubuhnya pastilah akan mampu mengoyak kulit dan dagingnya,tanpa ragu lagi si kakek segera putar tongkatnya dengan cepat laksana sebuah titiran.
"Trakk..trakk.."dua kali suara terdengar akibat bentrokan antara cakar sang Junjungan dan tongkat kakek Segala tahu.
Menyadari serangan keperut dan leher gagal,sang Junjungan alihkan serang kaki dan selakangan sikakek"heyatt...wutt..wutt..wutt"
"Putus...kakimu,ambrol selakanganmu"teriak sang Junjungan sembari membuat gerakan mencabik sekaligus membeset keatas kebagian kemaluan.
Kakek Segala tahu,kembali membentengi tubuhnya dengan putaran cepat dari tongkatnya"Trakk..trak.."benturan cakar dan tongkat kembali terdengar.
Dua kali seranganya dibuat mentah,sang Junjungan segera berhenti,dan siapkan ilmunya yang ketiga.Sang Junjungan tiba-tiba berdiri terdiam,dari mulutnya tampak terdengar rapalan-rapalan sebuah ilmu..!
"Tukang kayu bakar...mengapa kau berhenti?apakah kayumu sudah habis,bagaimana kalau kau kuberi satu batang kayu dari tongkatku"
"Wuutt"melihat sang Junjungan tampak lengah,kakek Segala tahu melihat ada kesempatan membalas serangan,dengan sebat ia gebukan tongkatnya ketubuh sang Junjungan,tiba-tiba..
"Kraaakk....rrretttt..."tanah yang dipijak kakek Segala tahu terbelah cepat membuat sikakek yang dalam posisi menggebuk kedepan seperti orang tersandung tanpa pijakan,tak ayal lagi sikakek terjatuh kedalam tanah yang membelah tiba-tiba,baru saja kakek Segala tahu kuasai diri dan mampu menyeimbangkan tubuh,tiba-tiba.."Rett...Clapp"tanah kembali bertaut,membenam tubuh kakek segala tahu sebatas leher..
"Bha..ha..ha..mampus kau tikus tua..rasakan.."
"Guru..jangan bunuh dia.."suara seorang wanita mendadak menggema.
(EMPAT)
Di saat nyawa kakek Segala tahu sudah sangat diujung tanduk terkena himpitan tanah,mendadak berkelebat sesosok bayangan mencegah kematian sang kakek dengan sebuah teriakan,menyebabkan sang Junjungan seketika tarik serangan Cakar Neraka yang sudah siap mencabik kepala kakek Segala tahu.
"Wahai...apakah gerangan yang membuatmu menolong dia dari kematian yang sudah siap menjadi bagiannya,muridku"rupanya sosok yang mendekat sang Junjungan tiada lain adalah Hantu Santet laknat.
"Maaf guru,aku hanya coba akan menanyai kakek tua itu guru.."
"Wahai..pertanyaan seperti apa yang hendak kau ketahui jawabnya muridku?sudah sangat jelas dalam pandanganku kalaulah kakek tua ini tengah mengawasi kediamanmu,aku curiga dia orang suruhan Hantu Muka dua yang hendak mencelakaimu"
"Sebelum pertanyaan guru kujawab ijinkan aku membebaskan dia dulu,guru.."
Sang Junjungan hanya anggukan kepala tanda menyetujui apa yang hendak dilakukan muridnya.Dengan hentakkan kaki kanan kebumi sebanyak tiga kali Hantu Santet laknat keluarkan ilmu yang sama dengan sang Junjungan,yaitu ilmu Membelah Bumi menyedot Arwah.
"Trreeetttt..Blaghh"suara rekahan tanah kembali terdengar membuka himpitan tubuh kakek Segala tahu.
Diiringi suara batuk-batuk kecil,kakek Segala tahu buka suara..
"Terima kasih...nisanak mau membebaskan tikus tua buruk rupa ini..hik..hik..hik apakah yang nisanak inginkan dari tubuh renta ini..?"
"Wahai...kakek tua,aku tak inginkan apa-apa darimu,aku hanya punya pertanyaan semoga kau bersedia menjawab!"
"Selama pertanyaanmu mampu kujawab,aku bersedia nisanak,silahkan nisanak mulakan.."
"Baiklah kek,pertanyaanku pertama adalah apa maksud kedatanganmu ke kediamanku ini ada sangkut pautnya dengan Hantu Muka dua ataukah kau membekal niat yang lain?"
"Untuk apa aku ke Gunung Gora ini,tak ada sangkut pautnya dengan siapa tadi..?hantu..hantu..siapa pun aku sungguh tak mengenal,aku datang ke Gunung Gora ini adalah atas kehendak sendiri..semoga jawabanku dapat kau pahami nisanak"
"Lantas..mengapa kau mengendap-endap seperti tengah menyelidiki kediamanku,pastilah kau membekal satu niat buruk..yang keburu diketahui guruku"
"Maafkan kakek renta ini nisanak,aku hanyalah kebetulan lewat dikawasan ini dan tak tahu kalau tempat ini adalah kawasan milikmu.."kakek Segala tahu mulai berbohong,karena tujuanya adalah coba memancing rahasia sosok dihadapanya.
"Hemm...kawasan Gunung Gora ini adalah tempat yang sulit dicapai oleh orang biasa setuamu kek,aku yakin kakek pasti membekal satu niatan hingga mau bersusah payah kemari"
"Aku..hanyalah seorang pengemis buta yang kebetulan kesasar kemari,jadi maafkanlah hamba yang bodoh ini telah masuk kawasan milik..milik..siapa tadi nama kisanak..hamba lupa,karena otak hamba telah karatan"kekek Segala tahu merendah untuk memancing jawaban
"Namaku...Hantu santet laknat kek"tanpa terasa hantu santet laknat termakan pancingan kakek Segala tahu.
"Ternyata..bukan dia"kakek Segala tahu membatin.Dia tidak tahu bahwa orang yang dicarinya adalah sosok yang sama.
"Satu pertanyaan terakhir untukmu kek,apakah kau tahu dengan orang bernama Wiro Sableng?bila kau tahu atau mengenal orang yang tahu,cepat katakan padaku niscaya aku akan memohonkan kebebasanmu dari hukuman guruku"
Pertanyaan terakhir dari Hantu Santet laknat sontak mengejutkan hati kakek Segala tahu.
"Jangan..jangan..benar dia sosok yang melukai pemuda itu,karena mempunyai kemiripan dengan Wiro,aku harus korek banyak keterangan darinya"kakek Segala tahu berbicara dengan hatinya.
"Aku..tak mengenal karena mataku buta,tapi kalau mendengar nama Wiro Sableng sudah sangat sering,karena konon dia pendekar hebat penolong kaum lemah sepertiku"
"Kalau hamba boleh tahu,apakah nisanak juga pernah ditolongnya atau kah ada sebuah urusan lain?jika hamba boleh bebas kelak kalau hamba bertemu Wiro pasti hamba sampaikan berita darimu"
"Wahai...banyak..Wiro banyak menolongku kek"Hantu santet laknat kembali terpancing memberi jawab.Merasa jebakanya berhasil kakek Segala tahu ajukan pertanyaan lain.
"Rupanya..dia sangat berarti bagi nisanak,apakah dia keka..."
"Kocek...itu...,,keparat siapa kau sebenarnya kakek buta...?mengapa kocek Lasaksana ada padamu,pasti kau mencuri dari anakku...!"Sebuah bentakan keras,seketika berubah jadi cengkraman dileher kakek Segala tahu,walaupun harus dibayar mahal dengan sakitnya cekikan,tapi kakek Segala tahu telah mengetahui sebuah rahasia.
(LIMA)
Satu cekikan Hantu Santet laknat yang menghimpit leher kakek Segala tahu memang tak sekuat himpitan tanah,kendati lehernya tak bisa leluasa bergerak tapi kakek Segala tahu masih bisa bernafas dan berbicara walau terbata-bata.
"Plaakk"satu tamparan tangan kiri Hantu Santet laknat,mendarat telak dipipi kanan Kakek Segala tahu membuat ujung bibirnya pecah dan berdarah.
"Keparat..busuk kau kek,lekas katakan darimana kau mendapat kocek Lasaksana,tak salah lagi kocek yang menyembul dari ikat pinggangmu adalah milik anakku,aku sangat mengenal karena aku sendiri yang membuat".
Bentakan Hantu Santet laknat membuat sang Junjungan yang sebelumnya menepi,mendekat ingin tahu.
"Wahai...sudah kukatakan kalau tikus tua ini tak boleh dibiarkan hidup,tapi kau malah mengasih hati...sudah kuakhiri saja hidupnya sekarang"sang Junjungan menggerendeng.
"Keteranganya masih kubutuhkan guru,sebaiknya biarkan saja dia hidup,aku ingin tahu darimana dia bisa mendapat kocek tempat keping logam milik anakku"
"Wahai...aku sampai terlupa,dimana cucuku Lasaksana gerangan,mengapa sedari tadi aku tak melihatnya"Sang Junjungan seolah teringat kembali cucunya kala berbicara dengan Hantu Santet laknat,dan segera terlupa amarahnya pada kakek Segala tahu.
"Maaf guru...sepertinya kedatangan guru kali ini tak akan melihat cucu guru,dia bersikeras turun gunung untuk mencari keberadaan Wiro,ayahnya justru..."Hantu santet laknat tak teruskan ucapanya karena tiba-tiba...
"Aaa..nnak..nak..mu...teter..luk..luk..aa"dari mulut kakek Segala tahu terbata-bata terdengar berucap.
"Apa maksudmu..jahanam..Plaakk"Hantu Santet laknat kembali tampar pipi kakek Segala tahu.
"Ak..ak..ku.."
"Lepaskan cekikanmu..,muridku mungkin dia akan memberi tahu sesuatu tentang cucuku"sang Junjungan sangat ingin mendengar kabar,hingga menyuruh Hantu santet laknat untuk melepaskan cekikan dileher kakek Segala tahu.
"Aku...bertemu dengan seorang pemuda disebuah warung di Cigowok,rupanya pemuda itu tengah menyelidiki tentang gerombolan perampok..pemuda itu sangat mirip dengan seseorang yang kukenal,Wiro.Bahkan aku sempat mengira dia adalah Wiro.Setelah terjadi sedikit kekacauan di Cigowok,dia pergi ke timur,mungkin ke kadipaten Tirta Kencana dilihat dari arahnya,setelah itu aku tak melihatnya lagi".
"Dilihat..dari cara bicaramu aku yakin kau mengenal suamiku,kek.."Hantu Santet laknat mulai melunak hatinya.
"Lanjutkan ceritamu kek.."
"Kemudian...aku menemukanya disebuah persawahan desa Jipang dengan tubuh kaku tak bergerak,bahkan aku sempat mengira dia telah tewas,setelah kuperiksa ternyata jantungnya masih berdetak,dan dari mulutnya terdengar erangan..Luh..luh..rembulan dan Gunung gora,melihat ada pergerakan kucoba mengobatinya tapi aku tak mampu"
"Luhrembulan adalah namaku kek,ibu dari sosok pemuda yang kau tolong,maaf..aku tadi telah berlaku kasar menamparmu"
"Tapi kau juga telah menyelamatkanku dari himpitan tanah,yang dilakukan gurumu"mendengar namanya disinggung Sang Junjungan hanya balikan badan.
"Ternyata...aku tak mampu menolong anakmu"
"Apa...?ja..ja..jadi anaku..tewas,kek!"
"Tenangkan dulu hatimu...Luhrembulan,akibat tak berdaya menyembuhkan anakmu maka kucoba memanggil Kyai Gede tapa pamungkas dengan suara batin,ternyata diapun tak mampu mengobati anakmu,dari dialah aku tahu bahwa pemuda yang kutolong bukan Wiro,sebelum dia pergi dia memberi tahu bahwa yang bisa menyembuhkan anakmu adalah Sinto Gendeng,guru Wiro,sebelum kakek itu pergi membawa tubuh anakmu aku sempat mengambil kocek anakmu,untuk dijadikan petunjuk"
"Apakah ceritamu layak dipercaya kek?"
"Bila kau seorang ibu,pastilah kau tahu apakah perasaanmu mengatakan sesuatu?"
"Saranku..berangkatlah keGunung gede temui guru suamimu dan ini kocek anakmu kukembalikan"
(ENAM)
Akhirnya atas saran dari kakek Segala tahu,berangkatlah Luhrembulan menuju ke Gunung gede,untuk menyambangi eyang Sinto gendeng didampingi gurunya sang Junjungan(untuk mengetahui peristiwa di Gunung gede silahkan baca episode Tiga Bayangan Setan)selanjutnya mari kita lihat nasib Pandak Sasra yang entah masih hidup ataukah telah menemui ajal dihantam tendangan Lasaksana.
Matahari pagi barulah menyapa dengan sinarnya yang hangat,selepas kepergian kakek Segala tahu beberapa saat yang lalu,kawasan persawahan di desa Jipang masih sepi belum tampak satu orang pun petani yang datang.
Dari sebuah gundukan jerami kering bekas panen para petani terlihat sebuah pergerakan.
"Kresekkk...kressek.."di susul keluarnya sesosok tubuh manusia yang tiada lain adalah Pandak Sasra.
"Keparat...akhirnya bebas juga totokan bocah itu,jahanam betul...tubuhku sampai bentol-bentol digigit semut dan banyak serangga"
"Hidungku..patah dan dadaku nyeri akibat tendangan bocah sableng yang pastinya sekarang telah menjadi bangkai...ha..ha..ha"
"Celaka..kenapa mayatnya tak terlihat..?apakah ada yang membawanya pergi"Pandak Sasra terkejut ternyata,Lasaksana yang dikiranya telah mati,tak tampak lagi terlihat dipersawahan itu.
"Peduli setan..yang pe..eehh apa yang terjadi pada Balong lumpur itu,mengapa terlihat seperti habis di keruk...?"
"Aku tak habis pikir,mengapa kumpulan lumpur yang tak terkira jumlahnya bisa nyaris kering hanya dalam waktu setengah malam,mungkinkah ada orang sakti yang mampu menguras tanpa tersedot?"
"Eh..ada banyak jejak kecil dan banyak cipratan lumpur disana-sini,jahanam...orang bercaping itu..tak salah..lagi pasti dia..
(TUJUH)
"Aneh..dua orang yang seharusnya telah mati,kini mayatnya pun tak bisa kulihat,apa mungkin salah satu dari mereka masih hidup dan membawa yang jazad satunya?akh...apa peduliku,mau satu hidup satu mati,atau dua-duanya masih hidup,hari mulai bertambah terang lebih baik aku segera beranjak dari sini sebelum tempat ini banyak didatangi orang,aku harus secepatnya tiba di kadipaten Tirta kencana".Akhirnya satu orang yang tersisa dari Tiga Bayangan Setan berlalu meninggalkan kawasan Balong Lumpur dengan satu pertanyaan kemana raibnya sosok orang bercaping dan Lasaksana yang disangka Wiro.
Apakah sebenarnya yang terjadi dipersawahan desa Jipang selepas kepergian kakek Segala tahu dan,sebelum terbebasnya Pandak Sasra?di ceritakan sebelumnya,segerombolan kodok tiba-tiba mendatangi Balong lumpur Penyedot dimana tubuh orang bercaping terpendam lumpur akibat serangan Tiga Bayangan Setan.
Dengan kaki-kaki kecil mereka,ratusan kodok yang seperti tahu bahwa didalam Balong Lumpur terdapat sosok yang membutuhkan pertolongan menggali terus menerus tanpa henti dengan menggunakan sepasang kaki belakang para kodok itu berusaha menguras timbunan lumpur.
Setelah cukup lama mereka berusaha,akhirnya tampak sebuah kepala mulai terlihat,kepala yang tertutup lumpur basah berwarna hitam itu kemudian dijilat bergantian oleh ratusan ekor kodok seolah mereka tahu apa yang harus lakukan,setelah rambut dan kepala menjadi bersih tampak seraut wajah wanita berparas cantik terlihat kendati kulitnya sedikit pucat tanda tak ada aliran darah diarah kepala.Lima ekor kodok berukuran sangat kecil kira-kira seukuran ujung kuku jari kelingking tiba-tiba melompat masuk kedalam lima lobang dikepala,dua ditelinga,dua dihidung dan satu dimulut,kelima kodok kecil itu rupanya bekerja membersihkan sisa lumpur yang masih terdapat dilima titik lobang kepala.
Sedikit demi sedikit dengan kaki mereka yang sangat mungil semua kotoran yang menyumbat dapat dikeluarkan.Setelah bagian kepala bersih,para kodok yang berjumlah ratusan itu kembali menggali untuk mengeluarkan tubuh orang bercaping yang kini tak bercaping lagi setelah capingnya lepas dihantam derasnya serangan raksasa Tiga Bayangan Setan.Lapisan lumpur yang masih membenam tubuh wanita cantik sebatas leher kebawah ternyata sangat lembek hingga tanpa kesulitan berarti para kodok telah berhasil membebaskannya.Dengan hilangnya lapisan lumpur yang menopang tubuhnya maka tak ampun lagi tubuh wanita itu menjadi tak berpegangan dan akhirnya jatuh kebelakang,terlentang disisa-sisa bekas Balong.
Melihat sosok yang mereka tolong terlentang ditanah,mendadak muncul lima ekor kodok yang berukuran sangat besar,kelimanya secara bergantian melompat dan mendarat didada si wanita seolah sedang memompa jantung,benar saja setelah sekian kalinya mereka kerjakan hal itu,tampak sebuah keajaiban terlihat.
"Uhuk..uhuk..uhuk..!!"diawali tiga kali batuk kecil,si wanita mulai bisa bernafas dan berlahan-lahan mulai siuman.
"Eennggh...enghh,apa yang..terjadi,mengapa tubuhku.....aaakkkhhh..kodok..kodok..,,huss..huss banyak sekali kodok,kenapa banyak sekali kodok mengerubuti tubuhku...??""disaat baru saja tersadar,orang bercaping yang ternyata seorang wanita itu harus dikejutkan dengan ratusan hewan yang menjijikan yang mengerubuti tubuhnya seolah seorang teman bagi mereka.
"Jangan..takut,kedatanganmu telah kami tunggu,Wahai...sang pemelihara,kami semua datang untuk menjemputmu.."satu suara kecil mendadak terngiang ditelinga si wanita,membuatnya celingukan kesana-kemari mencari sumber suara.
"Ada satu suara...menyebutku sang pemelihara"
(DELAPAN)
"Siapa kau...mengapa tak unjukan diri?apakah kau yang telah menolong membebaskanku dari pendaman lumpur,bila benar mengapa kau malu tampakkan ujudmu,aku akan ucapkan ribuan terima kasih atas budi baikmu"si wanita masih tetap mencari sosok penolongnya,dengan pandangan yang ia arahkan kesetiap penjuru.
"Kami ada didepanmu,wahai..sang Pemelihara"satu suara kecil kembali terdengar ditelinga si wanita.
"Kami..?berarti jumlah kalian tak hanya satu?"
"Benar,jumlah kami ratusan...lihatlah kebawah maka kau akan melihat kami"si wanita cantik pun akhirnya tundukan kepala dan pandanganya kembali membentur ratusan ekor kodok yang seolah tak mau beranjak kendati barusan ia usir,dengan pandangan yang lebih teliti ia memperhatikan mulut kodok yang bergerak -gerak seolah tengah berbicara,dengan perasaan heran ia ambil satu kodok dengan telapak tanganya lalu ia angkat didepan muka.
"Apakah benar kalian sedang berbicara denganku,ataukah mata dan kupingku yang salah hingga menganggap kalian bisa berbicara"si wanita coba mengajak bicara kodok ditanganya.
"Benar..kamilah yang berbicara padamu,dan kamilah yang menolongmu,wahai...sang Pemelihara dari masa lampau"
"Gusti..Allah,sungguh sukar dipercaya aku bisa dan mengerti bahasa mereka"dengan takjub si wanita pandang dan coba bertanya lagi pada kodok ditelapak tangannya.
"Apa yang kalian sebut sang Pemelihara dari masa lampau itu aku?"
"Benar..engkaulah yang telah memelihara para leluhur kami,untuk itulah kami menyambut kedatanganmu ditanah ini untuk dijadikan Pemelihara kami,sesungguhnya kami telah menyiapkan sebuah tempat untuk dijadikan isatanamu"
"Sungguh sukar dipercaya semua keanehan ini,aku bisa berbicara dengan bangsa kodok dan didaulat untuk dijadikan pemimpin mereka"si wanita berbicara dalam hati.
"Terima kasih tak terhingga untuk kalian yang telah menolongku,dan aku merasa terhormat dijadikan sang Pemelihara oleh kalian bahkan telah disiapkan sebuah tempat,tapi karena ada satu hal penting yang harus segera aku kerjakan,maka sementara waktu permintaan kalian belum bisa kuturuti"
"Aku masih harus mencari gerombolan bejat Tiga Bayangan Setan,bukannya saya menolak tapi lain kali pasti saya kesini lagi,selamat tinggal kodok-kodok yang baik....Wess.."Dengan terlebih dahulu meletakan kodok ditanganya si wanita pergi dengan sekali lompatan.
KADIPATEN TIRTA KENCANA,sebuah kadipaten yang terletak diujung dua kerajaan yaitu Kerajaan Galih dibarat dan kerajaan Slemantara ditimur siang itu tampak sepi menyusul adanya berita tentang kematian lima kepala desa yang sebelumnya diundang menghadap Adipati Kaiman,tuduhan bahwa penyebab tewasnya kelima kepala desa ada sangkut pautnya dengan sang Adipati,membuat tak adalagi kepala desa yang berani sowan menghadap.
Disebuah kamar yang terletak didalam gedung kadipaten,tampak seorang wanita cantik berpakaian kemben sedang berbicara dengan seorang pria berbaju biru.
"Darimana saja kau,harusnya kemarin sore kau telah tiba disini,mana saudara-saudaramu?"
"Ampun..nyai Dewi,hamba ada sedikit masalah,diperjalanan kami dihadang oleh pendekar sakti bernama Wiro Sableng dan..dan.."
"Dan..apa?ngomong jangan terbata-bata gitu.."
"Dua saudaraku menemui ajal,dewi..."
"Apa...jahanam kau Wiro.."
(SEMBILAN)
"Jahanam..kau Wiro,sampai kapan kau akan selalu membuat kesusahan untukku"wanita yang dipanggil nyai Dewi oleh sibaju biru mengumpat kesal.Siapakah sosok wanita berkemben dihadapan pria berbaju biru itu sebenarnya?.Dialah istri adipati Kaiman yang bernama Dewi sekar kenanga,sedangkan pria berbaju biru tiada lain adalah Pandak sasra yang tengah menghadap.
"Bagaimana kau bisa lolos,sementara kedua saudaramu mati,Pandak sasra?"siwanita kembali bertanya menyelidik.Pandak sasra pun akhirnya menceritakan semua peristiwa yang terjadi dipersawahan desa Jipang.
Tanpa mereka sadari sepasang mata tengah mencuri pandang dan mencuri dengar dari celah pintu yang sedikit terbuka.
"Celaka..ternyata orang yang kusuruh membantu membereskan semua masalah ini,mampu dicelakai oleh mereka bertiga,naga-naganya aku akan sulit keluar dari cengkraman istriku sendiri yang kini telah berubah menjadi pemuja Iblis"si pengintip membatin dengan raut kegelisahan yang tak dapat ia sembunyikan.Siapakah kiranya sosok sang pengintip yang tampak gelisah itu?dia tiada lain adalah sang adipati Kaiman.
Apakah sebenarnya yang terjadi pada istri adipati sebelumnya sehingga dia berubah menjadi liar dan bahkan mampu membuat sang adipati bertekuk lutut dibawah kakinya?semua berawal dari keinginan sang Dewi yang berambisi untuk menaklukan Galih,kerajaan milik kerabat suaminya,maka terjadilah persekutuan jahat antara istri adipati dan para perampok yang banyak berkeliaran dikawasan hutan sekitar Tirta Kencana,salah satunya dengan gerombolan Tiga Bayangan Setan yang terkenal sakti dan mampu menggunakan kuasa gaib.Dengan iming-iming pangkat yang tinggi mudah saja gerombolan itu akhirnya jadi kaki tangan Dewi sekar kenanga.Tertarik dengan ilmu gaib yang Tiga Bayangan Setan kuasai,Dewi Sekar Kenanga meminta mereka mempertemukannya dengan guru mereka dengan imbalan tubuh moleknya,tanpa menolak mereka sanggupi permintaan istri sang adipati.Rupanya sosok guru yang semula dikiranya adalah manusia ternyata adalah sesosok roh tanpa wadag dan berupa bayangan saja.Dari gurunya yang baru Dewi Sekar banyak mendapat ilmu kesaktian walaupun dengan syarat yang cukup mengerikan yaitu,bercinta dengan mayat.
Kembali kekamar sang Dewi,"Pandak sasra..mayat kelima kepala desa yang telah kuperdaya telah mulai membusuk,sudah saatnya kau carikan yang baru,sesuai perintah guru kita"
"Baik..nyai Dewi,aku berangkat sekarang..tapi-tapi dulu aku tak kebagian oleh kedua kakakku,bolehkah aku mencicipi tubuhmu barang sekejap?"
(SEPULUH)
"Hik..hik..hik..itu bukan salahku,Pandak sasra.Apa kau lupa,ataukah kau sudah tak sayang nyawamu lagi,berani bercinta denganku berarti..."
"Sudah..sudah,aku pergi sekarang.."Melihat ada sosok yang akan berlalu,adipati Kaiman segera menyelinap pergi.
Perjalanan wanita cantik yang sebelumnya diselamatkan oleh ratusan kodok,kini mulai mendekat kebatas terdalam kadipten,yaitu desa Kedung wuluh,setelah singgah sebentar untuk membeli caping baru,siwanita kembali teruskan perjalanannya menuju Tirta kencana.Selama perjalanan pikirannya teringat peristiwa yang membuatnya selalu bertanya-tanya selama ini,yaitu tentang asal-usul kehidupannya yang menurut ki Lurah Karang endep dia ditemukan disebuah hutan seorang diri dalam keadaan pingsan.
"Siapakah sebenarnya aku ini,darimana asalku dan siapakah kedua orangtuaku,Gusti Allah...apakah kelak semua tabir misteri yang menyelimuti kehidupanku akan terkuak?kodok itu..ya..ya..aku ingat,menurut ayah angkatku,ketika tubuhku ditemukan banyak kodok mengerubutiku,mungkinkah itu satu pertanda darimana asalku ataukah yang dikatakan para kodok sawah tadi bahwa aku adalah seseorang dari masa lampau,kelak bila urusan dendam adik angkatku telah kutuntaskan aku akan kembali".
Laki-laki tua berpakaian serba putih,perlahan masuk kedalam luasnya telaga,tubuhnya masuk hingga tak terlihat lagi,tanpa kesulitan layaknya didarat sikakek menyelam hingga kedasar telaga,yang mengherankan adalah kendati didalam air sikakek bisa bernafas dan leluasa bergerak didalam air.Siapakah gerangan kakek tua ini?tak salah lagi dialah Kyai Gede tapa pamungkas,sang penguasa telaga Gajah mungkur sekaligus guru dari eyang Sinto gendeng.Di kedua tangan sang kakek tampak sosok kaku seorang pemuda gagah yang tiada lain adalah Lasaksana,anak Luhrembulan dan Wiro sableng.
Setelah terlebih dahulu membaringkan Lasaksana disebuah batu datar,Kyai Gede tapa pamungkas duduk bersila menghadap tubuh Lasaksana.
"Siapa kau sebenarnya anak muda,mengapa wajah dan perawakanmu sangat mirip cucumuridku?"kyai Gede bertanya dalam hati.
"Tubuhmu kubawa kemari adalah supaya aku tahu adakah kaitanya kemunculanmu dengan raibnya Wiro,apakah kau seorang yang dikirim untuk menggantikanya atau kah ada rahasia lainya"Dengan satu telapak tangan didepan dada dan satunya diletakan didahi Lasaksana kyai Gede kemudian pejamkan matanya mulai mencari petunjuk semua peristiwa yang dialami Lasaksana dari penyebab dia terluka sampai mundur jauh tentang asal-usulnya hingga sampai kehari dia dilahirkan
(SEBELAS)
"Hmm...rupanya kau kalah dari Tiga bayangan setan nak,...sikaleng rombeng menyangka kau Wiro di Cigowok,sebuah..gunung..dan satu pondok berdinding daun pandan..siapa makhluk bermuka jerangkong ini mengapa dia digubuk?dan..siapa pula wanita mengerikan bermuka burung gagak ini?...kau menjura memanggil mereka ibu dan kakek..kau kecil bermain dengan ular besar..Gusti Allah wanita gagak berubah jadi wanita cantik...kau datang dari sebuah lorong cahaya..banyak orang dalam lorong..Gusti Allah..Wiro ada dilorong itu dan tubuhnya penuh luka ditahan dua tangan gaib..istana penuh orang menjerit termasuk kau bayi..sebuah batu meledak..ibumu mengandung,Gusti Allah pernikahan ibumu dan Wiro,jadi..jadi kau benar anak Wiro,berarti kau cicitmuridku,aku harus segera membawanya ke Gunung gede sekarang juga".
Wanita cantik yang kembali menyamar dengan memakai caping langkahkan kakinya memasuki gerbang kadipaten,dengan penuh waspada dan penuh selidik dia susuri tiap langkahnya,pandangan dari balik capingnya tak henti-hentinya ia arahkan kesegala penjuru.
"Dimanakah letak penginapan dikota ini kisanak?"wanita bercaping bertanya pada seorang kusir delman.
"Oh..penginapan..ada disebelah utara kadipaten,kisanak mau aku antar kesana?"kusir delman tak menyadari sosok yang bertanya adalah seorang wanita.
"Boleh..asal ongkosnya tidak mahal,aku pengembara ki,mana banyak uang"
"Kisanak tak perlu kuatir..karena kisanak pengembara bolehlah kisanak bayar separuh"
"Dengar-dengar..kota kadipaten sedang mencekam keadaanya ya ki?"
"Dibilang mencekam sebenarnya tidak juga"
"Eh..kenapa bisa begitu,sebenarnya apa yang terjadi dikota ini ki?"
"Kisanak tenang saja..karena kisanak masih hidup berarti kisanak aman"
"Aku semakin tak mengerti ceritamu ki?"
"Begini..kisanak,sebenarnya kota ini tengah dicekam dengan banyaknya orang kecurian,tetapi yang dicurinya adalah mayat-mayat baru dan kesemuanya berjenis kelamin laki-laki"
"Oo..sungguh aneh ya ki"
"Iya..kisanak,,eh..itu penginapan yang kisanak cari sudah terlihat".
(DUABELAS)
Sejenak kita tinggalkan dulu Tirta kencana dan kembali keperistiwa puncak Gunung Gede yang telah lama ditinggalkan.
Malam mulai beranjak menggulung selimutnya,semburat cahaya jingga mulai nampak diufuk timur,tampak tiga sosok masih terdiam dalam kebisuan,sementara satu sosok lagi terbaring setengah terduduk dalam pangkuan seorang nenek,tangan sinenek tak henti-hentinya membelai rambut dan kepala sosok dalam pangkuanya yang ternyata seorang pemuda,dihadapannya duduk bersimpuh seorang wanita berparas burung gagak yang selalu memandang penuh kecemasan,satu lagi sosok berwujud jerangkong tampak duduk membelakangi,sesekali sosok ini dongakan kepala jerangkongnya keatas.
Pagi yang mulai menurunkan tirai embunnya membuat udara dipuncak Gunung Gede makin dingin,satu tangan sinenek tiba-tiba terangkat dengan telapak terbuka seolah sedang merasakan turunnya para embun.
"Hmm..embun yang dingin tidak bagus bagi tubuh cucuku yang butuh kehangatan,lebih baik kubawa saja cucuku kedalam gubuk"si nenek bergumam sembari bangkit membopong si pemuda.Kendati bertubuh kurus kering ternyata sinenek enteng saja membopong tubuh pemuda yang tiga kali lebih berat dari tubuhnya,jelas sinenek bukanlah orang sembarangan.
"Luhrembulan..aku akan membawa cucuku kedalam gubuk,terserah dirimu mau ikut atau hanya mau berdiam diri bersama gurumu"si nenek yang tiada lain adalah Sinto Gendeng membuka keheningan.
"Wahai...eyang,guru suamiku tentulah aku akan masuk,ibu manakah yang tega melihat kesengsaraan anaknya"wanita berparas burung gagak,yang tak lain adalah Hantu santet laknat alias Luhrembulan membalas ajakan Sinto Gendeng.
Setelah terlebih dahulu menyingkirkan boneka jerami yang menyerupai manusia dan sempat menipu Laehitam,Sinto gendeng baringkan tubuh Lasaksana diamben,dengan menggunakan pahanya sebagai bantal,Sinto gendeng dengan pelan rebahkan kepala Lasaksana.
Semua yang dilakukan guru Wiro Sableng tak luput dari pandangan Luhrembulan,tak terasa airmatanya menetes membasahi bulu-bulu hitam dipipi,melihat betapa sayangnya sinenek pada anaknya,walaupun restu sinenek belum diraih tapi kasih sayang sang nenek terhadap anaknya terlihat tulus penuh rasa cinta.Sejenak Luhrembulan kesampingkan urusannya bahkan mulai melupakan penolakan guru suaminya.
Entah karena udara hangat didalam gubuk Sinto Gendeng,ataukah bau pesing kain si nenek tiba-tiba kepala Lasaksana mulai bergerak lemah.
"Gusti Allah..kau mulai sadar cucuku..!"dengan cepat Sinto Gendeng alirakan tenaga dalam ketelapak tangan dan segera ditempelkan ke dada Lasaksana.
Mendengar anaknya mulai tersadar,Luhrembulan segera mendekat dan duduk didepan amben,diraihnya kedua tangan Lasaksana sembari memanggil-manggil namanya.
"Lasaksana...lasaksana..bangun nak..ini ibumu.."dengan raut kebahagian dimuka gagaknya,Luhrembulan pegang erat pundak Lasaksana.
"Enggh..."erangan lirih Lasaksana terdengar berbarengan dengan bergeraknya kelopak mata secara berlahan.
Hawa hangat yang disalurkan Sinto Gendeng sangat membantu mempercepat aliran darah Lasaksana keseluruh bagian tubuhnya,hingga kesembuhan tampaknya tinggal menunggu waktu.
"Lasaksana..ini ibu nak..bangun nak,wahai..."
Sayup-sayup telinga Lasaksana mendengar namanya disebut,dengan mulai pulihnya kesadaraan dia mengenali suara itu dan membalas perlahan.
"Ibu..ibu..Luhrembulan..kau..kah ini?mengapa kainmu bau pesing..bu?"
"Wala..dala....ampun..dasar anak bapak sama kurang ajarnya"satu bentakan menggerendeng.
(TIGABELAS)
Seketika Sinto Gendeng melompat mendengar ucapan Lasaksana,membuat kepala Lasaksana terangkat keatas akibat paha Sinto Gendeng yang semula dijadikan bantal ikut pergi bersama tubuhnya.Melihat kepala anaknya mengambang tak berpenopang secepat kilat tangan Luhrembulan yang semula ada dipundak Lasaksana disorongkan untuk menyangga,kalau tak segera bertindak cepat niscaya kepala itu akan membentur kerasnya kayu amben.
"Lasaksana...jaga sikapmu nak,ini ibumu"
"Ibu..Luhrembulan,kukira tadi yang memangku kepalaku adalah engkau"Lasaksana yang mulai sadar sepenuhnya kendati masih lemas,membalas ucapan Luhrembulan.Teringat bentakan keras yang didengarnya ia putar kepala menoleh kesebelah kanan ketempat sumber suara sebelumnya terdengar.Tampak dalam pandangannya yang mulai jelas,berdiri sosok seorang nenek kurus nyaris tak berdaging,kepalanya nyaris botak dengan rambut tinggal beberapa lembar dan yang mengerikan adalah bertenggernya lima tusuk konde dikulit kepala si nenek.
"Si..siapa..kau nek?"ucapan bertanya Lasaksana terhadap sosok disamping kanan ibunya terdengar.Masih kesal dengan kata-kata Lasaksana,Sinto Gendeng tak menjawab pertanyaan yang tertuju padanya,bahkan dia kembali berucap.
"Bukan saja wajah dan perawakan kalian yang mirip,bahkan mulut kalian pun sama kurang ajarnya terhadapku...hik..hik..hik"
"Lasaksana...lekas kau menghormat kepada nenekmu,nak"Luhrembulan segera terangkan siapa adanya sosok yang dilihat anaknya.
"Nenek..?jadi..jadi kakek Junjungan telah menikah,wah..wah..wah cantiknya kau nek,sungguh beruntung kakek Junjungan menikahimu"Lasaksana segera menjura sembari memuji.
"Cuih...siapa sudi kawin dengan tulang,mana enak hik..hik..hik"
"Lasaksana,jaga mulutmu...dia eyang Sinto Gendeng guru ayahmu"Luhrembulan kembali memberi penjelasan.
"Apa?jadi..jadi ibu telah bertemu ayah?"mendengar perkataan Luhrembulan,sontak Lasaksana terduduk saking gembiranya,dia tidak tahu bahwa ayah yang selama ini dicari-carinya tidak berada bersama gurunya.
"Aku belum bertemu dengan ayahmu nak,bahkan nenekmu pun sudah sangat lama tak mengetahui keberadaanya"
"Wahai...benarkah yang dikatakan ibuku nek?"
Sinto Gendeng hanya mengangguk menjawab pertanyaan Lasaksana.
"Sudah..lupakan dulu sejenak ayahmu,sekarang ceritakan peristiwa apa yang menyebabkan kau nyaris kehilangan nyawamu,cucuku..".
(EMPATBELAS)
Setelah Lasaksana menceritakan semua peristiwa yang mencelakainya,wajah Sinto Gendeng berubah kelam membesi penuh amarah.
"Jahanam kalian...,Tiga Bayangan Setan tunggu kedatanganku,pasti akan kutumpas habis kalian"Sinto gendeng geram atas apa yang menimpa cucumuridnya.
"Dua orang berhasil kulenyapkan nek,satunya mungkin masih hidup,walaupun aku berhasil menotoknya tapi pada saat akan menyerangnya dengan sisa tenagaku,aku teringat seseorang yang berkepentingan untuk menuntut balas padanya atas pemerkosaan dan perampokan di Karangendep,maka hanya kutendang ringan didada"
"Disaat nyawamu terancam,kau masih memikirkan kepentingan orang lain,sungguh kau mewarisi sifat ayahmu,cucuku.."
"Ibu...apakah kita sedang berada dirumah?mengapa semuanya tampak berbeda selama kepergianku,apakah ibu merubahnya"
"Kau berada di Gunung gede tempat eyang Sinto Gendeng tinggal,nak"Luhrembulan menjelaskan keberadaanya pada Lasaksana yang mulai bisa berdiri lagi walaupun dengan kaki masih gemetaran.
"Baiklah..semua urusan rupanya telah selesai,dan aku sungguh sangat merasa bahagia dapat berjumpa denganmu Laksana..Laskana..ah..susah amat aku menyebut namamu,hik..hik..hik..lebih baik kupanggil saja namamu Cucu Setan,apakah kau setuju bila sementara kau tinggal bersamaku''
"Maafkan..aku nek,dengan segala hormat ajakan nenek terpaksa ku tolak"
"Wahai...apa alasanmu menolak permintaanku,cucu setan?"Sinto Gendeng tirukan ucapan Luhrembulan.
"Maaf..nek,mana betah aku tinggal bersama nenek tua,mending dirumah sendiri"
"Kampret...memang matamu gak sepet cucu setan,tiap hari yang kau lihat muka burung gagak dan jerangkong hidup saja"Sinto gendeng balas gurauan Lasaksana.
Hari mulai beranjak siang,seiring kesehatan Lasaksana yang mulai pulih seutuhnya.
Dan akhirnya selepas tengah hari kesehatan Lasaksana benar-benar kembali kesediakala,itu berarti saatnya Lasaksana untuk beranjak dari Gunung gede.
"Selamat..tinggal eyang,aku akan kembali ke Gunung Gora mengantar kepulangan ibuku dan selanjutnya aku akan teruskan pengembaraanku mencari sosok ayah"
"Baiklah..kemauanmu untuk mencari sosok ayahmu tak bisa kucegah,satu pesanku cucu setan,bila kelak kau berjumpa dengan ayahmu segeralah bawa kemari,ada sebuah kabar yang harus dia dengar"
"Aku..pergi eyang,sampai kapan pun aku tunggu restumu,wahai..."Luhrembulan peluk tubuh eyang Sinto Gendeng yang diam mematung,tangan Luhrembulan yang merangkul leher eyang Sinto Gendeng membuat baju lengan pendeknya sedikit menurun dibagian lengan,dan itu cukup untuk membuat eyang Sinto Gendeng kembali melihat tiga buah angka dilengan dalam sebelah kanan Luhrembulan.
"Maafkan aku saudaraku,sulit bagiku untuk merestuimu..."bisik hati Sinto Gendeng.
(LIMABELAS)
Akhirnya dengan berat hati Sinto Gendeng melepas kepergian Lasaksana,cucu yang baru dikenal kembali bersama ibunya,walaupun ada sedikit rasa kesedihan dihati tetapi dia merasa bersyukur dapat menyelamatkan hidup sang cucu dari ancaman maut racun pembeku darah.
Setelah sosok ketiga tamunya sudah tak terlihat lagi dari pandangan,segera Sinto masuk kembali kedalam gubuknya.
"Haruskah...haruskah aku merestui kalian,Gusti Allah sekiranya Wiro menikahi demit sekalipun aku pasti merestuinya,tapi..tapi ini saudaraku sendiri,bagaimana mungkin mataku salah melihat sampai dua kali deretan angka keramat itu,duh..Gusti apakah ini jalanmu untuk kebaikan muridku?"Sinto Gendeng duduk diamben sembari seka dua bulir airmata yang mengalir dipipi keriputnya.
Larut dalam kesedihan yang berkecamuk dihatinya,Sinto Gendeng tak menyadari sepasang mata berwarna hitam tengah mengawasi semua gerak -geriknya dari balik semak-semak,sepasang mata milik Laehitam yang baru kembali dari mencari mangsa,ular sahabat Luhrembulan itu pergi saat semua orang tengah menanti kesembuhan Lasaksana,dan kembali saat para sahabatnya telah pergi.
Melihat orang yang dikenalnya tak berada ditempat,dengan gerakan halus nyaris tanpa suara Laehitam tinggalkan sosok Sinto Gendeng yang tengah melamun.
Dengan ilmu lari yang mumpuni,menjelang sore sampailah rombongan keluarga itu disebuah pinggiran desa dikaki Gunung Gora sebelah barat yang bernama Batur Denta,sejenak rombongan itu berhenti untuk beristirahat.
"Ibu...mengapa ibu tak lanjutkan saja perjalanan kita,aku yakin sebelum tengah malam kita sudah sampai dilembah Serang"Lasaksana membuka percakapan,melihat sang ibu tiba-tiba hentikan larinya.
"Aku cemas dengan kesehatanmu,bukankah semenjak kita turun dari gunung Gede perutmu belum terisi makan secuilpun?"
"Tapi ibu,aku merasa sudah se.."
"Lasaksana....sejak kapan kau berani membantah ibumu,nak?"
"Baiklah...aku manut saja kata ibu"
"Ibu mana yang mau anaknya sakit nak,lagi pula apa salahnya sesekali kita berkumpul diluar Lembah Serang"Luhrembulan menjelaskan sembari letakkan pantatnya disebuah akar pohon yang menjulur keluar.
Apa yang dilakukan Luhrembulan diikuti pula oleh Lasaksana,sementara sang Junjungan seperti biasa bertengger didahan pohon dengan kepala terbalik mirip kelelawar besar.
"Ibu apakah Laehitam tak ikut ke Gunung Gede,mataku tak melihatnya bersama ibu?"
"Wahai..aku benar-benar terlupa,kalau tak kau ingatkan nak"
"Laehitam sebenarnya ikut bersama kami,tetapi karena mungkin dia lapar,dia pergi selama aku dan eyang Sinto menunggu kesadaraanmu,tetapi..mengapa dia belum kembali saat kita akan pergi?"
"Apakah kelak Laehitam bisa pulang ke Gunung Gora bu?"
"Kau tak usah cemaskan dia Lasaksana,seperti kau tahu dia bukan ular sembarangan.
"Baiklah bu...,aku tak perlu kawatir kalu begitu,tapi ibu...bolehkah aku bertanya padamu?"
"Wahai...tentu saja boleh anaku,memangnya apa yang ingin tahu?"
"Maaf ibu,setahuku kutukan ibu telah dicabut tetapi mengapa ibu senang tetap memakai muka burung gagak jelek ini"
"Ini karena janjiku sendir nak,ibu berjanji sebelum ayahmu ditemukan,ibu akan tetap memakai muka ini,karena yang berhak melihat muka asliku,pertama adalah ayahmu"
"Baiklah bu,aku paham sekarang"Lasaksana kemudian terdiam tak bicara lagi,tubuhnya ia sandarkan pada sebuah pohon untuk sekedar melepas lelah.
Disaat yang sama tetapi berbeda tempat,tampak wanita yang menyamar memakai caping berada dalam sebuah kamar penginapan,tubuhnya tampak terbaring disebuah ranjang empuk dan bersih,dengan kedua tangan disilangkan dibawah kepala seolah bantal,pandangannya tertuju pada langit-langit kamar seolah sedang memikirkan sesuatu.
"Bila hari mulai gelap,aku harus menyelinap dari penginapan ini dan gedung kadipaten wajib ku selidiki pertama kali"dalam benak wanita bercaping berbicara sendiri.
Tampaknya ia tengah menyusun sebuah rencana.
(ENAMBELAS)
Malam barulah menggelar selimutnya,tetapi kesunyian sudah dimulai sejak sandekala,kadipaten Tirta kencana berubah menjadi seperti kota mati.Dari sebuah jendela penginapan yang terletak diutara kadipaten,tampak menyelinap sesosok tubuh berpakaian serba hitam dengan sebuah caping bertengger dikepala,dengan sekali lompatan yang enteng sosok serba hitam keluar tanpa menimbulkan suara berisik,seolah apa yang dilakukanya takut membangunkan para tamu penginapan.
Dengan memasang pandangan dan pendengaran yang lebih,sosok serba hitam segera beranjak menuju kearah selatan,mungkin yang dituju adalah ibu kota kadipaten melihat arah yang diambil.Di lihat dari gerak-geriknya yang penuh perhitungan,bisa dipastikan sosok serba hitam ini tentulah memiliki ilmu kanuragan tidak rendah.
Selang beberapa saat,si sosok serba hitam hentikan langkahnya,tampak didepan pandanganya sebuah bangunan besar dengan beberapa pengawal bersenjata tombak didepan pagar,dengan terlebih dahulu menyelinap kedalam,sosok serba hitam segera melompat keatas genteng atap kadipaten.
"Lebih baik aku bersembunyi dulu dibalik atap joglo ini"Kata sosok serba hitam susun siasat!.
Baru saja dia melindungi diri dari pandangan,tampak matanya menangkap sebua klebatan bayangan.
Sesaat sosok bercaping dilanda kebingungan mau tetap menyelidik atau coba mengejar sosok yang baru keluar yang tampaknya memakai baju berwarna biru.Akhirnya ia putuskan coba mengikuti sosok yang baru saja keluar.Dengan tetap berhati-hati dia berharap sosok berbaju biru yang baru keluar adalah sosok yang diburunya.
Tak sampai sepeminum teh,sosok didepanya masuk kesebuah pekuburan,tak mau sosoknya diketahui,si serba hitam memilih bersembunyi.
Tanpa diketahui satu pasang mata juga ikut mengawasi orang beebaju biru,yang ternyata adalah Pandak Sasra.
"Seperti dugaanku,nampaknya orang berbaju biru ada kaitan dengan hilangnya mayat-mayat dikota"bisik hati sang pengintip yang terlihat berkepala botak .
"Dimana kuburanmu Jalitheng"Pandak Sasra sebut nama orang yang baru dikebumikan.
Dengan pandangan ia arahkan kesegala arah,seolah tengah diburu waktu,Pandak Sasra kembali mencari nama Jalitheng disetiap batu nisan yang tertancap.Tak berapa lama kemudian,dengan hanya memakai kedua tangan tampak Pandak Sasra mulai menggali kubur Jalitheng.
Tanpa kesusahan berarti,mudah saja Pandak Sasra membongkar makam Jalitheng,seorang rsmpok sadis yang mati dikeroyok warga desa.
"Tugas sudah beres...saatnya aku kembali,sebelum nyai Dewi memulai upacara.
(TUJUHBELAS)
Dengan memanggul mayat Jalitheng dibahunya,Pandak Sasra bergegas tinggalkan pekuburan Raga seda.Melihat orang yang diincarnya berlalu,wanita berbaju serba hitam segera menguntit dibelakang dengan menjaga jarak.
Sementara itu dalam sebuah kamar yang terletak dibangunan utama kadipaten,tampak nyai Dewi sekar kenanga mulai melucuti satu persatu busana yang dipakainya,siap untuk sebuah upacara gaib bernama"Malam anggara kasih"satu upacara sakral yang wajib dilaksanakan untuk menambah kesaktian dan ilmu awet muda.
Seperti telah diketahui sebelumnya untuk ritual gaib itu,nyai Dewi sekar kenanga harus bersetubuh dengan mayat sebagai syarat wajib yang harus dipenuhi sesuai perjanjian dengan gurunya.
Dua sosok telah meninggalkan pekuburan Raga seda dengan cepat,tak lama berselang satu sosok berkepala botak mengkilap keluar dari tempatnya bersembunyi.
"Tampaknya ada seseorang yang berniat sama denganku untuk menyelidiki semua keanehan disini"
"Hmm..rasa-rasanya aku mengenal sosok perawakannya,tapi apakah mungkin dia..?sayang wajahnya terlindung sebuah caping,hingga aku tak bisa mengenali parasnya"sambil bergumam sosok berkepala botak melesat pergi menyusul dua orang sebelumnya.
Asap dupa sebagai pengantar mantra telah mengepul tebal dikamar yang tak terlalu luas,membuat aroma yang kuat menusuk indra penciuman,mulut Dewi sekar kenanga tampak komat-kamit merapal mantra.
"Guru..guru..datanglah..aku memanggilmu,hamba telah siap menjadi budak birahimu.."tak lama berselang satu gumpalan asap tipis berwarna hitam mulai terlihat samar-samar pertanda kehadiran sang guru sudah menunggu waktu.
"Ha..ha..ha..bagus..bagus,rupanya kau masih bernafsu ingin secepatnya menguasai tahta Galih,berarti bertambah cepat pula aku menikmati tubuhmu"satu suara sember terdengar menggidikan seolah datang dari kedalaman liang kubur.
Asap hitam tipis kini berlahan berubah menjadi sebuah bayangan seorang lelaki tinggi besar yang terlihat memakai jubah hitam,dan sekilas tampak sebuah jarahan gambar satu gunung.
(DELAPANBELAS)
Akhirnya setelah sepeminum teh,Pandak sasra pun tiba kembali dibelakang gedung kadipaten,sengaja dia masuk lewat pintu belakang demi menghindari kepergok oleh para pengawal adipati Kaiman,dengan sosok mayat dibahunya Pandak sasra melompati pintu pagar yang tak terlalu tinggi,setelah kakinya menjejak bumi kembali,sejenak Pandak sasra mengarahkan pandanganya kesegala sudut memastikan tak ada seorang pun yang melihat kehadirannya,tiba-tiba matanya melihat lima gundukan tanah yang terlihat masih baru.
"Rupanya kelima mayat membusuk para kepala desa telah dikuburkan,nyai Dewi pastilah sudah mulai melakukan upacara malam Anggara kasih,aku harus segera bergegas memberikan mayat ini"setelah melewati dapur dan satu kamar emban,sebuah lorong panjang harus dilewati Pandak sasra sebelum akhirnya tiba disebuah kamar tak terlalu luas yang bernama Kamar keabadian.
Tanpa pikir panjang Pandak sasra segera mengetuk pintu.
"Siapa diluar"Dewi sekar kenanga langsung menyahut dengan satu pertanyaan menyelidik.
"Saya nyai..."Pandak sasra balas menyahut.
"Apakah kau membawa mayat yang kubutuhkan,Pandak sasra...?"
"Sesuai dengan perintahmu nyai..."
"Lekas kau masuk,upacara sudah kumulai"
"Baik nyai.."tanpa disuruh lagi,Pandak sasra segera panggul mayat Jalitheng masuk kedalam kamar keabadian.Begitu pintu terbuka,pandangan Pandak sasra kembali dimanjakan oleh tubuh polos Dewi sekar kenanga,walaupun sebelumnya dia pernah melihat nyai Dewi tak berpakaian,pemandangan indah itu tentulah tak mungkin dilewatkan begitu saja.
"Mengapa kau diam saja,dasar manusia tak berguna..."satu suara tiba-tiba menggembor marah dari arah sebuah sudut yang tertutup asap tebal dupa.
"Gu..guruu..,ma..maafkan saya tak melihat kehadiranmu"mengenali suara yang barusan membentak,Pandak sasra langsung tertunduk ketakutan.
"Lekas kau minggat dari sini,sebelum nyawamu yang kubuat minggat..!
Satu ancaman dari sang guru sontak membuat nyali Pandak sasra langsung lumer,dia tahu betul kalau ancaman gurunya bukanlah satu omong kosong belaka,setelah meletakan mayat yang dibawanya dilantai kamar tanpa menoleh lagi Pandak sasra segera berlalu meninggalkan kamar keabadian dan langsung keluar dari gedung kadipaten.
"Ha..ha..ha..tunggu apa lagi,lekas kau naik keranjang kekasihku...ayo kita ulang lagi kemesraan kita sampai subuh..!tak mau membuat sang guru menunggu lama,Dewi sekar kenanga baringkan tubuhnya terlentang siap menyambut kemesraan dari gurunya.
Perlahan-lahan bayangan tinggi besar berwarna hitam kembali kebentuk asap tipis yang kemudian langsung masuk kemayat Jalitheng yang terbujur kaku dilantai,tiba-tiba mayat Jalitheng yang semula diam membeku mendadak bergerak layaknya hidup kembali.
Dengan langkah yang sedikit kaku mayat Jalitheng yang telah dirasuki arwah tinggi besar berjalan menuju ranjang dimana Dewi sekar kenanga terlentang polos,setelah tiba diranjang mayat Jalitheng mulai melepas satu persatu kain dibadannya,selanjutnya terjadilah sebuah peristiwa yang biasa dilakukan oleh sepasang suami istri,tubuh mereka menyatu satu sama lain.
Takut akan ancaman gurunya,Pandak sasra segera lari keluar kadipaten tanpa perdulikan arah dan kewaspadaanya menjadi lemah,tanpa dia sadari sosok hitam bercaping kembali membuntuti hingga kebatas kadipaten,di pinggiran desa Kedung wuluh Pandak sasra hentikan larinya setelah melihat sebuah gubuk dipersawahan,merasa telah cukup jauh dia beristirahat sejenak.
"Akhirnya...tibalah saatnya aku menuntut balas,mumpung dia sendiri tentu akan mudah aku menghabisinya"wanita bercaping berencana menyerang Pandak sasra saat itu juga setelah sebelumnya dia kuntit dari kadipaten.
"Keparat busuk...pemerkosa bejat..rampok dajjal,terimalah kematianmu..."satu suara menggembor diiringi satu tendangan menderu cepat,kejutkan Pandak sasra.
(SEMBILANBELAS)
Mendapati serangan mendadak begitu rupa,Pandak sasra sudah tak punya waktu lagi untuk mundur maupun menghindar,satu-satunya yang bisa dilakukan adalah menangkis memapaki datangnya tendangan yang terarah ke bagian kepala menggunakan lengan kanan bagian luar.
" Desss...krakk" tendangan yang hampir mencelakainya bisa dibuat mental dan langsung menghantam tiang gubuk hingga patah,membuat atap gubuk miring sebagian.
"Ka..kau.."Pandak Sasra memang lolos dari tendangan yang hampir meremukan kepalanya,tapi tak ayal membuat retak tulang lengannya,belum hilang rasa kejut yang di alami,dia harus kembali terkejut demi melihat sosok yang baru saja coba menghabisinya.
"Kenapa?kau takut melihatku masih hidup atau kau takut ajalmu sebentar lagi kujemput?"
"Dasar tak tahu diuntung,dulu sengaja kami tak membunuhmu,karena kasihan padamu..,tapi rupanya kini kau minta dibuat mampus lagi,kali ini tak akan kukasihani lagi kau...ha..ha..ha..!
"Keparat..jangan kau senang dulu,bukankah dulu kalian menang karena kalian suka main keroyok,tapi mana kedua temanmu sekarang..hah! tanpa kedua temanmu mudah saja aku menghabisimu"
"Jahanam..kau datang mengantar nyawa,Heatt...Bess..bess..bess"termakan pancingan lawan,Pandak sasra langsung keluarkan ilmu andalanya yang bisa membuat tubuhnya menjadi sosok raksasa,dia sadar ilmu silat luar dan tenaga dalamnya kalah jauh dari sosok bercaping kala mereka bertarung sebelumnya.
"Bha...ha..ha..ha,kau ingat dengan ilmu apa dulu kami mengalahkanmu?bersiaplah tubuhmu sebentar lagi akan kucabik-cabik dagingmu akan kupisahkan dari tulang-tulangmu"
Sosok bercaping paham bahayanya ilmu gaib yang tengah disiapkan untuk menyerangnya,tanpa ragu lagi ia segera loloskan capingnya dari kepala,tampak geraian rambut panjang terlihat bergerak-gerak tertiup angin,dia berniat membabat tiap bagian tubuh raksasa dihadapanya dengan ilmu caping terbang.Dia tak mengetahui bila raksasa didepannya bisa memulihkan tubuh apa bila terluka,bahkan mampu menumbuhkan kembali bagian tubuh yang terpotong.
"Bha...ha..ha..tak kusangka dirimu seorang wanita,besar nian rejekiku malam ini,daripada tubuhmu terluka alangkah lebih baik kalau kita bercinta saja,cantik..."
"Cuih...bercinta saja kau dengan capingku ini...Wesss...sretth"sosok wanita yang semula bercaping langsung lemparkan caping mautnya mengincar leher si raksasa.
Sengaja ingin pamerkan kesaktian,raksasa perwujudan Pandak sasra hanya berdiam diri tatkala lesatan caping yang mampu mengoyak sebuah kayu,sebentar lagi akan membabat putus lehernya,dan...
"Crasss.."tak ampun lagi leher raksasa langsung kutung tanpa kepala yang seketika menggelinding ditanah,celakanya kutungan kepala itu justru menggelinding ke kaki si wanita,tanpa ragu lagi kutungan kepala itu diinjaknya sepenuh tenaga dan,..
"Kkrraak"kepala raksasa langsung rengkah dengan cairan otak menyembur "
"Mampus...kau durjana...hi..hi..hi"si wanita tak mengira akan sangat mudah menghabisi musuhnya,dan dia tertawa puas melihat keberhasilanya.
"Siapa yang kau bilang mampus cantik,aku baik-baik saja..tak usah khawatir,setelah kita selesai bermain-main,aku akan membuat dirimu naik ke nirwana,kita akan bercinta sayang.."satu suara dari arah tubuh raksasa yang masih berdiri mengucurkan darah terdengar.
"Ap..apa yang terjadi,jahanam ini memang hebat ilmu hitamnya,jelas-jelas kepalanya telah hancur kuremukan,tapi mengapa bisa tumbuh lagi"
"Bagaimana cantik?apa kau terima tawaranku"
"Cuihh..jangan harap kau dapat berbuat macam-macam,lebih baik aku mati dari pada harus jadi korban kebejatanmu,bersiaplah kali ini kau kubuat benar-benar mampus,keparat...!
"Percuma saja kau menebasnya berkali-kali,dia akan dapat menumbuhkan kembali bagian yang kau potong,Pakai..ini"
Satu suara tiba-tiba terdengar dari arah gubuk yang sebelumnya telah miring atapnya,diiringi melesatnya sebatang rumput berdaun hijau panjang yang secara aneh jatuh dikaki si wanita.Dalam gubuk yang hampir roboh itu tampak sesosok laki-laki berkepala botak mengkilap duduk uncang-uncangkan kaki,sementara satu tanganya ditopangkan kedagu layaknya orang melamun,atau termangu -mangu.
(DUAPULUH)
Di saat wanita bercaping hendak kembali meneruskan menyerang raksasa perwujudan Pandak sasra,tiba-tiba satu suara mengejutkan dua orang yang tengah berseteru datang dari gubuk yang hampir roboh,tampak sosok pria botak mengkilap tengah duduk uncang-uncang kaki sembari bertopang dagu,sosok aneh ini sebelumnya telah melempar sebatang rumput berdaun hijau panjang untuk si wanita bercaping sebagai syarat untuk dapat mengalahkan Pandak sasra.
"Si..siapa kau..,mengapa kau menyuruhku menggunakan sebatang rumput untuk mengalahkan seorang raksasa yang bertubuh besar,apa kau sudah gila?bagaimana mungkin,sungguh aku yakin kau pastilah hendak menjebakku orang asing"
Sementara Pandak sasra yang masih berwujud raksasa hanya bergumam sendiri
"Darimana..jahanam itu tahu kelemahanku,keparat betul"
"Terserah...kau mau percaya atau tidak,Luhcinta"si botak sebut sebuah nama.
"Luhcinta?nama siapa yang kau sebut"tanpa terlebih dahulu menjawab pertanyaan wanita bercaping,si botak kembali berkata.
"Terkadang sesuatu yang dianggap lemah,mampu mengalahkan sesuatu yang kuat,jadi walaupun hanya sebatang rumput,tidak pantas kau hina dan remehkan begitu saja,Luhcinta"sambil tetap bertopang dagu dan seolah acuh sibotak menggurui wanita bercaping yang terus dipanggilnya Luhcinta.
"Bha..ha..ha..ada orang gila kesasar rupanya,sungguh otakmu dungu mana mungkin rumput bisa mengalahkanku"Pandak sasra yang tahu bahayanya rumput disebelah kaki wanita bercaping berupaya mempengaruhi supaya si wanita menjadi bimbang,dan lengah.
Benar saja,karena tak lama kemudian."Heat..wuss..wuss"dua tangan besar mendadak mengibas tubuh wanita yang dipanggil Luhcinta oleh sibotak,Pandak sasra bermaksud untuk menyapu rumput didekat kaki Luhcinta,satu keanehan kembali terjadi kendati tubuh Luhcinta terpental tetapi rumput berdaun hijau panjang masih berada ditempatnya tak bergeming sekalipun.
"Celaka..rumput sialan itu tak mampu kubuat menjauh"melihat hal yang dilskukannya hanya berbuah sia-sia,mendadak perasaan tak enak mulai merasuki hati Pandak sasra,maka dicobanya sekali lagi dia kibaskan telapak tanganya kuat-kuat,seperti sebelumnya usaha Pandak sasra menemui kegagalan.
"Jahanam..aku tak mungkin mengambil atau menginjaknya,bisa-bisa aku tersayat lebih baik aku kembali kebentuk semula,wess...wess..wess"tubuh Pandak sasra kembali mengecil seperti sebelumnya,dan baru saja dia berubah wujud,tahu-tahu sebuah pukulan telak mengenai pundaknya.
"Bukk...eegghh"kerasnya pukulan wanita yang baru saja bernama Luhcinta,seketika membuat tubuh Pandak sasra melintir dan terbanting keras diatas tanah,belum juga dia mampu kuasai diri,satu injakan keras menderu mengincar kepalanya,sejengkal lagi kepala Pandak sasra pastilah akan remuk,tiba-tiba..
"Srett...traaak"satu lemparan sebatang ranting mengenai alas kaki Luhcinta,walaupun hanya ranting kecil tetapi berhasil menghindarkan Pandak sasra dari kematian yang mengerikan.
"Keparat...rupanya benar dugaanku,kau bersekongkol dengan rampok bejat ini"Luhcinta berteriak marah niatnya membunuh Pandak sasra terhalang lemparan ranting si botak.
"Luhcinta..membunuhnya sekarang tentulah sangat mudah bagimu sekarang,semudah kau membalik tangan,tapi...apakah kau tak ingin menyelamatkan dua kerajaan yang saat ini mulai saling curiga"
"Aku tak peduli...sekalipun dua kerajaan akan berperang,aku tetap harus menghabisi rampok ini"
"Jadi begitu...?lalu apa bedanya kau dengan dia?bukankah kau dulu sering berucap"memaafkan lebih mulia walau berat dirasa"
Ucapan sibotak rupanya mulai membuat amarah Luhcinta mengendur,dia sejenak terdiam.
"Kau..sebenarnya siapa kisanak?mengapa kau memanggilku dengan nama Luhcinta,sesungguhnya namaku adalah Kemuning"
"Itu nama yang diberikan kilurah Karangendep ayah angkatmu,karena dia menemukanmu dibawah pohon kemuning dengan beberapa ekor kodok didekatmu"
"Baiklah..tapi sebelumnya kutotok dulu dia,karena ada hal besar yang ingin kutanyakan padanya"si botak kemudian menotok urat dileher Pandak Sasra untuk mencegah kabur.
"Namaku sendiri aku tidak tahu,orang-orang memanggilku IBLIS JURANGMANGU,ada juga yang menamaiku Si Pengelana Jagad,terutama dua nenekmu Luh Masigi dan Luhniknik.
"Be..benarkah ceritamu kisanak,kau tidak sedang mendongeng kan.
(DUAPULUH SATU)
"Sungguh...tiada untungnya aku mengarang cerita,Luhcinta"
"Yang kulakukan semata karena ingin menolong cucu dua sahabatku"Iblis jurang mangu menjawab keraguan Luhcinta.(Untuk mengetahui siapa Iblis Jurang mangu,harap baca "PENDEKAR LIMA JAGAT"karya saya sebelumnya).
Sejenak Luhcinta terdiam kembali,dalam hatinya berkata"Sepertinya pria berkepala botak ini tulus ingin menolong mengembalikan ingatanku"
"Kalau kau ijinkan,bolehkah aku memeriksa bagian belakang kepalamu"dengan tetap bertopang dagu dan acuh,bahkan tak menatap Luhcinta,Iblis Jurang mangu ulurkan satu tangannya.
"Silahkan saja kisanak,asal kau tidak sedang mengelabuhiku,untuk menotok leherku".
Luhcinta akhirnya setuju,walau dengan sedikit kekawatiran Iblis Jurang mangu akan menotoknya.Sejurus kemudian tangan Iblis Jurang mangu mulai meraba leher bagian belakang kepala Luhcinta dengan tetap membuang muka menunduk menatap tanah,sementara tangan satunya tak bergerak dari menopang dagu.
"Hmmm..rupanya ada bengkak berwarna biru yang menandakan kau pernah terbentur sebelumnya dan mengakibatkan beberapa urat halus tak lagi menyambung"hanya dengan meraba saja Iblis Jurang mangu,mampu mengetahui ada yang tidak beres di kepala Luhcinta.
"Bisakah kau kembalikan ingatanku kisanak?"
"Untuk menyambung kembali urat-urat halus antara leher dan kepala kau harus meminum ramuan buatanku,itu pun kalau kau bersedia Luhcinta"
"Asalkan bukan racun yang kau berikan,demi kesembuhan ingatanku pasti aku akan minum"
"Bagus..Luhcinta,sekarang terimalah obat ramuanku sendiri,telan saja langsung jangan kau coba mengecapnya,karena bisa membuatmu muntah"sebuah tabung bambu kecil yang diselipkan diikat pinggang diambilnya untuk kemudian ditaruh ditelapak tangan Luhcinta.
"Pluukk"begitu tutup tabung bambu dibuka,seketika aroma amis tercium dengan terlebih dulu menutup hidung,Luhcinta telan obat dari Iblis Jurang mangu.
"Glek..glek.."dua kali tegukan terdengar bersama masuknya obat berbau amis ditenggorokan Luhcinta.
"Obatmu sangat berbau amis,kalau boleh kutahu dari apa kau meramunya kisanak?"
"Kau jangan takut,obatku kuramu hanya menggunakan putih telur ayam hutan,pasti sangat amis dimulutmu"Iblis Jurang mangu berbohong karena obat ramuan yang diminum Luhcinta sebenarnya dibuat menggunakan lendir biawak di tambah lendir kodok dan juga telurnya.
"Berapa lama obatmu bisa menyembuhkanku kisanak"Luhcinta bertanya sambil seka sisa cairan amis dibibirnya.
"Kalau kau tak terbentur lagi dibelakang kepalamu,satu pekanpun urat-urat halusmu akan pulih kembali"dengan tak berubah dari memandang tanah Iblis Jurang mangu jawab,menerangkan.
"Sepertinya ada satu hal lagi yang harus kulakukan untuk kesembuhanmu Luhcinta,karena ada satu kabut gelap telah mempengaruhi pandanganmu,kabut yang disebabkan dari melihat satu peristiwa yang mengguncang hati,hingga melukainya".
Seperti diketahui sebelumnya bahwa peristiwa yang membuat Luhcinta terguncang adalah,tatkala ia dan Luhsantini menyaksikan perkawinan Wiro dan Luhrembulan dibukit batu kawin.
"Aku tak mengerti apa maksudmu kisanak,lakukanlah apa saja yang menurutmu baik"Luhcinta hanya pasrah dan percaya apa yang hendak diperbuat orang didepannya adalah demi kesembuhan ingatannya.
Berbeda dari sebelumnya,kini Iblis Jurang mangu dudukan pantatnya ditanah dan dengan tetap menopang dagu dan tatapan mata kosong,ia mulai membuat guratan-guratan gambar ditanah menggunakan sebuah ranting kayu,tampak sebuah gambar menyerupai wanita dengan dua mata hitam tergurat ditanah,tampak mulut Iblis Jurangmangu komat-kamit merapal sesuatu,setelah menengadah keatas sebentar gambar mata berwarna hitam,secara aneh berubah seperti gambar mata asli hitam dan putih.
"Kabut gelap yang menutup pengelihatanmu telah kuhapus Luhcinta,selesai sudah aku mengobatimu kau tinggal menunggu hasilnya pekan depan"sambil berdiri kembali Iblis Jurang mangu mendekati sosok Pandak sasra.
"Kini..saatnya kukorek keterangan darimu,apa yang kau ketahui tentang Dewi Sekar kenanga dan apa dibalik semua peristiwa yang membuat kedua kerajaan mulai memanas"
"Tukk.."suara membuka totokan jalan suara terdengar
WARNING : !!!!!!
Cerita ini Hanya untuk hiburan semata.
Dipersembahkan Khusus untuk seluruh pengemar serial wiro sableng pendekar kapak maut naga geni 212. Karya Bastian Tito.
0 $type={blogger}: