TITISAN DENDAM
Wiro Sableng
PENDEKAR KAPAK MAUT NAGA GENI 212
Fanfiction By : Lisana Ulfa
Dalam Kisah : TITISAN DENDAM(JUARA KE TIGA LOMBA CERPEN WIRO SABLENG )
SATU
(Sisi lain dari lanjutan kisah Wiro sableng pendekar kapak maut naga geni 212 yang berjudul SANG PEMBUNUH)
ejak dua hari yang lalu, kerajaan Cirebon yang baru saja berdiri di buat geger atas hilangnya sebuah senjata mustika pedang ular hijau atau Ceng Coa Kiam milik Liok Ong Cun dari Tionggoan.
Kepala pasukan Tubagus Kesuma Putra yang baru saja di angkat oleh Pangeran Cakra Buana dan Nyai Rara Santang di panggil ke pendopo agung keraton Cirebon, namun pemuda gagah yang sebenarnya perwujudan dari Hantu Jatilandak inipun tidak tau prihal ra'ibnya pedang Mustika tersebut.
Setelah berbilang hari, berbilang bulan hingga berganti tahun pedang Ceng Coa Kiam tidak kunjung di temukan, Pangeran Cakra Buana dan kepala pasukan Tubagus Kesuma Putra pun melupakan pedang pusaka tersebut.
*****
Waktu berjalan terasa sangat cepat, tiada terasa tujuh belas tahun sudah berlalu begitu saja, sejak hilangnya Padang Mustika ular hijau atau Ceng Coa Kiam di kesultanan Cirebon, sementara jauh dari keraton tersebut di hutan bebukitan sekitar kadipaten Losari, tepatnya di sebuah gua yang menurut si kakek penghuni gua tersebut tersimpan sejuta kisah yang tidak pernah bisa ia lupakan dan tidak bisa pula ia tinggalkan, walaupun sebenarnya usia pria ini belum terlalu tua, tapi karena wajahnya yang rusak di beberapa bagian membuat dirinya seolah cepat menjadi tua.
Semula ia tidak tinggal sendirian di gua itu, ada seorang anak muda yang bersama dengannya menemani dan mengajarinya berbahasa jawa dan kemudian dia angkat menjadi murid, karena berkat pemuda inilah ia bisa bertahan hidup dari luka yang parah hingga membuatnya hampir meregang nyawa.
Namun sejak dua purnama terahir pemuda itu berpamitan untuk turun gunung, guna mencari keluarganya yang telah ia tinggalkan selama hampir tujuh belas tahun, serta menjalankan perintah sang guru untuk mencari kembali senjata mustika milik gurunya yang konon di simpan oleh Pangeran Cakra buana.
DUA
Sudah jadi kebiasaannya sejak sang murid pergi, pria berwajah hancur ini setiap malam tiba selalu duduk di luar gua sambil membuat perapian dari ranting ranting kering yang ada di sekitar gua, matanya yang sipit sekilas seperti terpejam menatap udara kosong di sela sela cahaya rembulan yang bersinar cerah, walaupun sesekali tertutup dengan lebatnya dedaunan hutan, pikirannya menerawang jauh entah ke mana, namun yang pasti ada sejuta penyesalan serta luka yang tidak dapat ia ungkapkan dengan kata kata.
Ketika memasuki tengah malam sebuah bayangan putih berkelebat cepat di depannya, dan kemudian berdiri tepat di antara perapian yang mulai meredup, " Arya Tirta, kaukah yang datang..? tanya pria paruh baya itu, namun sosok berpakaian putih yang baru datang tidak menjawab, dari sudur matanya yang sipit ia melihat ke depan, 'kulitnya putih jelas menunjukkan kalau dia bukanlah masyarakat desa yang tersesat ke dalam hutan' batin orang di depan gua, walaupun terkejut pria paruh baya berwajah tak karuan ini kembali diam menunggu jawaban sosok berbaju putih di hadapannya.
"Kisanak, berbilang hari, dan berbilang minggu aku mencari tempatmu ini, tepat di bawah cahaya purnama, kini aku temukan, apakah benar saat ini aku berhadapan dengan Sawung Seto, yang bernama asli Liok Ong Cun bekas murid Siauw Lim..? tanya sosok berbaju putih di hadapannya.
Wajah pria paruh baya bermuka hancur itu tampak berkerut, kedua matanya yang semula seperti tertutup kini terbuka, ia pandangi manusia yang ada di hadapannya dari ujung rambut hingga ujung kaki, namun ia tetap tidak tau, karena wajahnya tertutup dengan untaian manik manik putih dari batu mutiara, namun di dalam hatinya berkata, dia pastilah datang dari sebrang jauh daratan Tionggoan.
"Lain di tanya, lain yang di jawab.." gumamnya sambil tersenyum, walau sekilas senyumnya bukan terlihat manis tapi justru semakin menakutkan.
"Terimakasih, setidaknya dengan ucapanmu, aku tau kalau nisanak ini datang dari jauh.."
"Aku memang Sawung Seto, tapi bukan orang yang kau sebut bernama Liok Ong Cun dari Siau Lim.."
"Hi..hi..hi..!"
"Terimakasih, setidaknya dengan ucapanmu, aku tau kalau nisanak ini datang dari jauh.."
"Aku memang Sawung Seto, tapi bukan orang yang kau sebut bernama Liok Ong Cun dari Siau Lim.."
"Hi..hi..hi..!"
"Kau boleh berdusta pada para setan Ong Cun.."
"Tapi di hadapanku, setan kepala tujuh sekalipun tidak berani berani berbohong..!" sahut sosok serba putih yang ternyata seorang perempuan.
"Tapi di hadapanku, setan kepala tujuh sekalipun tidak berani berani berbohong..!" sahut sosok serba putih yang ternyata seorang perempuan.
"Kau lihat ini Ong Cun.." lanjutnya sambil menarik sebilah pedang dari balik baju putihnya yang longgar.
Sriiiing...!
Seketika cahaya hijau terang memenuhi tempat itu, tanpa di sadari, dari mulut pria paruh baya berwajah tak karuan ini terucap "Ceng Coa.
Hi..hi..hi..!"
Matamu ternyata tidak bisa berdusta Liok Ong Cun, walaupun kau sembunyikan jati dirimu menjadi Sawung Seto, pedang ular hijau ini adalah saksinya, darah yang sudah kau tumpahkan, harus kau ganti dengan darahmu, nyawa yang sudah kau cabut harus kau bayar dengan nyawamu..!" sahut wanita berpakaian serba putih sambil julurkan pedang bersinar hijau terang ke arah pria paruh baya yang ia panggil Liok Ong Cun dan mengaku bernama Sawung Seto.
"Aku sudah tidak takut pada yang namanya kematian nisanak.."
"Aku memang Liok Ong Cun, namun apa salahku padamu sehingga kau merasa berhak atas nyawa manusia tak berguna seperti diriku ini..?!"
"Hi..hi..hi..!"
"Kau memang manusia tidak berguna Ong Cun..!"
"Beban dosa yang kau pikul sudah terlalu berat, hingga setan penghuni neraka pun sudah turut menanti kedatanganmu..!" balas sosok berpakaian serba putih sambil memutar pedang yang mengeluarkan cahaya hijau di tangan kanannya.
"Bersiaplah Ong Cun, arwah orang tuaku menanti kedatanganmu di neraka sana..!" ucap wanita berpakaian serba putih sambil memutar pedang ular hijau di tangan kanannya.
"Jay Hong Toh Te..!" (Pelangi melengkung ke bumi) ucap Liok Ong Cun sambil menggulingkan tubuhnya ke belakang.
"Bagus Ong Cun, ternyata kau masih mengenali jurus jurus Siauw Lim, ucap wanita berpakaian serba putih sambil merubah jurusnya dengan cepat.
"Cip Hian Jai Hon..!" (Tiba-tiba muncul pelangi) ujarnya sambil terus menghindari serangan wanita berpakaian putih di hadapannya.
"Aku tidak ingin bertarung denganmu nisanak, sebelum aku tau siapa kau sebenarnya..!" ucap Sawung Seto atau Liok Ong Cun.
"Terserah apa katamu..!"
"Tapi, jangan menyesal kalau kau mampus nantinya..!" ucap sosok wanita berpakaian serba putih, kembali menyerang Ki Sawung Seto atau pada masa lalu lebih di kenal dengan nama Liok Ong Cun Pendekar Muka Tengkorak murid murtad dari Siau Lim Tiongkok.
Pedang Mustika Ular Hijau menderu berputar kekiri dan ke kanan, cahaya hijau terang yang keluar dari badan pedang terlihat semakin terang pertanda wanita itu mengeluarkan seluruh kemampuan serta tenaga dalamnya, ketika permainan pedang wanita berbaju putih itu berubah, pria bermuka hancur melompat mundur sampai tiga tombak "Ilmu Pedang Naga Merah" ucapnya tanpa sadar.
"Loan Nio Nikouw..!" kau kah yang ada di dadapanku saat ini..?!" ucap Liok Ong Cun sambil mengangkat tangan kanannya ke depan, meminta agar wanita berbaju putih itu hentikan perkelahian.
"Hi..hi..hi..!"
"Kau salah orang Ong Cun, aku bukan Loan Nio Nikouw, namaku Wie Louw, putri Sie Wie Louw.
"Tujuh belas tahun lalu, kau telah membunuh kedua orang tuaku di tanah jawa ini, berkat kebaikan seseorang, aku di selamatkan dan di bawa ke Tionggoan dan di angkat murid olehnya, sebagai murid yang baik, aku di minta untuk menuntut pertanggungjawabanmu, darah di bayar darah nyawa di bayar nyawa.."
"Siapa nama gurumu..?!"
"Kau tak perlu tau siapa guruku, sekarang bersiaplah untuk mampus pendekar muka tengkorak.." jawab wanita berbaju putih seraya tusukan pedang ular hijau di tangan kanannya ke dada Liok Ong Cun, gerakannya begitu cepat hingga yang terlihat hanya kilatan cahaya hijau yang siap menembus jantung pendekar muka tengkorak.
Kali ini, pria paruh baya ini tidak tinggal diam, dia tau lawannya memiliki kemampuan yang luar biasa, walaupun sebenarnya tidak mudah bagi siapa pun mengalahkan Liok Ong Cun, (seperti yang telah di ceritakan dalam kisah Wiro Sableng pendekar kapak maut naga geni 212, di episode Dadu setan, hingga episode sang pembunuh.
Liok Ong Cun adalah murid Siauw Lim sebuah perguruan besar di Tiongkok selain itu dia juga pernah mempelajari ilmu sihir tingkat tinggi, sehingga mudah baginya untuk mempengaruhi lawan, atau mengecoh dengan berbagai macam hal yang tidak masuk di akal.
Namun setelah tujuh belas tahun hidup dalam penyesalan, ia bertobat dan memusnahkan ilmu ilmu hitam yang ia kuasai, dan lebih memperdalam ilmu yang dia dapat dari perguruan Siau Lim dan mengembangkannya.
Pertarungan hebat terjadi, tiada terasa, sang fajar tiba dan matahari pagi mulai mengintip di ufuk timur, keadaan yang semula gelap, kini sedikit demi sedikit menjadi terang, memasuki jurus ke tujuh puluh, dengan gerakan yang sangat gesit Liok Ong Cun berhasil menarik untaian manik manik di muka wanita berpakaian serba putih yang ketika pagi tiba terlihat memiliki rambut hitam panjang di kuncir ke atas dengan secarik kain putih.
Untaian manik manik putih dari mutiara itu berserabutan mental ke mana mana, wanita berbaju putih itu menjerit marah dan berusaha melindungi wajahnya dengan telapak tangan kirinya, namun terlambat, Liok Ong Cun sudah sempat melihat wajah cantik wanita berbaju putih tersebut.
"King Loan Nio Nikouw..!" ucapnya sambil melompat mundur sejauh tiga tombak.
Sriiiing...!
Seketika cahaya hijau terang memenuhi tempat itu, tanpa di sadari, dari mulut pria paruh baya berwajah tak karuan ini terucap "Ceng Coa.
Hi..hi..hi..!"
Matamu ternyata tidak bisa berdusta Liok Ong Cun, walaupun kau sembunyikan jati dirimu menjadi Sawung Seto, pedang ular hijau ini adalah saksinya, darah yang sudah kau tumpahkan, harus kau ganti dengan darahmu, nyawa yang sudah kau cabut harus kau bayar dengan nyawamu..!" sahut wanita berpakaian serba putih sambil julurkan pedang bersinar hijau terang ke arah pria paruh baya yang ia panggil Liok Ong Cun dan mengaku bernama Sawung Seto.
"Aku sudah tidak takut pada yang namanya kematian nisanak.."
"Aku memang Liok Ong Cun, namun apa salahku padamu sehingga kau merasa berhak atas nyawa manusia tak berguna seperti diriku ini..?!"
"Hi..hi..hi..!"
"Kau memang manusia tidak berguna Ong Cun..!"
"Beban dosa yang kau pikul sudah terlalu berat, hingga setan penghuni neraka pun sudah turut menanti kedatanganmu..!" balas sosok berpakaian serba putih sambil memutar pedang yang mengeluarkan cahaya hijau di tangan kanannya.
"Bersiaplah Ong Cun, arwah orang tuaku menanti kedatanganmu di neraka sana..!" ucap wanita berpakaian serba putih sambil memutar pedang ular hijau di tangan kanannya.
"Jay Hong Toh Te..!" (Pelangi melengkung ke bumi) ucap Liok Ong Cun sambil menggulingkan tubuhnya ke belakang.
"Bagus Ong Cun, ternyata kau masih mengenali jurus jurus Siauw Lim, ucap wanita berpakaian serba putih sambil merubah jurusnya dengan cepat.
"Cip Hian Jai Hon..!" (Tiba-tiba muncul pelangi) ujarnya sambil terus menghindari serangan wanita berpakaian putih di hadapannya.
"Aku tidak ingin bertarung denganmu nisanak, sebelum aku tau siapa kau sebenarnya..!" ucap Sawung Seto atau Liok Ong Cun.
"Terserah apa katamu..!"
"Tapi, jangan menyesal kalau kau mampus nantinya..!" ucap sosok wanita berpakaian serba putih, kembali menyerang Ki Sawung Seto atau pada masa lalu lebih di kenal dengan nama Liok Ong Cun Pendekar Muka Tengkorak murid murtad dari Siau Lim Tiongkok.
Pedang Mustika Ular Hijau menderu berputar kekiri dan ke kanan, cahaya hijau terang yang keluar dari badan pedang terlihat semakin terang pertanda wanita itu mengeluarkan seluruh kemampuan serta tenaga dalamnya, ketika permainan pedang wanita berbaju putih itu berubah, pria bermuka hancur melompat mundur sampai tiga tombak "Ilmu Pedang Naga Merah" ucapnya tanpa sadar.
"Loan Nio Nikouw..!" kau kah yang ada di dadapanku saat ini..?!" ucap Liok Ong Cun sambil mengangkat tangan kanannya ke depan, meminta agar wanita berbaju putih itu hentikan perkelahian.
"Hi..hi..hi..!"
"Kau salah orang Ong Cun, aku bukan Loan Nio Nikouw, namaku Wie Louw, putri Sie Wie Louw.
"Tujuh belas tahun lalu, kau telah membunuh kedua orang tuaku di tanah jawa ini, berkat kebaikan seseorang, aku di selamatkan dan di bawa ke Tionggoan dan di angkat murid olehnya, sebagai murid yang baik, aku di minta untuk menuntut pertanggungjawabanmu, darah di bayar darah nyawa di bayar nyawa.."
"Siapa nama gurumu..?!"
"Kau tak perlu tau siapa guruku, sekarang bersiaplah untuk mampus pendekar muka tengkorak.." jawab wanita berbaju putih seraya tusukan pedang ular hijau di tangan kanannya ke dada Liok Ong Cun, gerakannya begitu cepat hingga yang terlihat hanya kilatan cahaya hijau yang siap menembus jantung pendekar muka tengkorak.
Kali ini, pria paruh baya ini tidak tinggal diam, dia tau lawannya memiliki kemampuan yang luar biasa, walaupun sebenarnya tidak mudah bagi siapa pun mengalahkan Liok Ong Cun, (seperti yang telah di ceritakan dalam kisah Wiro Sableng pendekar kapak maut naga geni 212, di episode Dadu setan, hingga episode sang pembunuh.
TIGA
Liok Ong Cun adalah murid Siauw Lim sebuah perguruan besar di Tiongkok selain itu dia juga pernah mempelajari ilmu sihir tingkat tinggi, sehingga mudah baginya untuk mempengaruhi lawan, atau mengecoh dengan berbagai macam hal yang tidak masuk di akal.
Namun setelah tujuh belas tahun hidup dalam penyesalan, ia bertobat dan memusnahkan ilmu ilmu hitam yang ia kuasai, dan lebih memperdalam ilmu yang dia dapat dari perguruan Siau Lim dan mengembangkannya.
Pertarungan hebat terjadi, tiada terasa, sang fajar tiba dan matahari pagi mulai mengintip di ufuk timur, keadaan yang semula gelap, kini sedikit demi sedikit menjadi terang, memasuki jurus ke tujuh puluh, dengan gerakan yang sangat gesit Liok Ong Cun berhasil menarik untaian manik manik di muka wanita berpakaian serba putih yang ketika pagi tiba terlihat memiliki rambut hitam panjang di kuncir ke atas dengan secarik kain putih.
Untaian manik manik putih dari mutiara itu berserabutan mental ke mana mana, wanita berbaju putih itu menjerit marah dan berusaha melindungi wajahnya dengan telapak tangan kirinya, namun terlambat, Liok Ong Cun sudah sempat melihat wajah cantik wanita berbaju putih tersebut.
"King Loan Nio Nikouw..!" ucapnya sambil melompat mundur sejauh tiga tombak.
"Bukan, kau bukan Loan Nio Nikouw..!" jawabannya kemudian.
"Tapi, wajahmu sama persis dengan Nio Nikouw, siapa kau sebenarnya nisanak..?!"
"Sudah ku katakan, aku adalah Wie Louw, putri Sie Wie Louw..!" ucapnya tandas sambil menatap tajam Liok Ong Cun yang berdiri dalam kebimbangan.
"Dengar nisanak, aku tidak pernah mengenal orang yang bernama Sie Wie Louw, apa lagi membunuhnya.." jawab Liok Ong Cun kembali, "gurumu pasti salah orang, atau mungkin, dia menipumu.."
"Manusia bermulut culas, jangan berbicara sembarangan, guruku adalah seorang paderi, dia adalah manusia jujur dan yang sudah di sumpah untuk tidak berkata bohong.." bentak wanita muda berpakaian serba putih tersebut dengan raut muka marah.
'Benar dugaanku' ucap Liok Ong Cun dalam hati, 'hati kecilku mengatakan, gadis ini adalah putri Loan Nio Nikouw, dan jangan jangan dia juga putriku' ucap Liok Ong Cun kembali, kedua matanya menatap tajam gadis berbaju putih di hadapannya, kedua matanya berkaca kaca, hatinya terasa teriris iris ketika bayangan masa lalu terlintas kembali di hatinya, pelan namun pasti pendekar paruh baya ini merasakan seluruh tubuhnya terasa sangat lemas, dan kemudian jatuh terduduk di atas tanah, dengan tatapan mata sedih dia berkata.
"Aku tidak tau harus berkata apa, kalau memang kau putri King Loan Nio Nikouw, aku pasrah, aku rela mati di tanganmu nisanak, dosaku pada ibumu, tidak akan mungkin bisa aku tebus, sekalipun dengan nyawaku, dan aku tidak akan menyesal sekalipun mati di tangan putriku sendiri, bunuhlah, hujamkan pedangmu, aku tidak akan melawanmu lagi.."
Kedua mata gadis berbaju putih itu tampak mengerenyit, dia tidak mengira kalau lawannya akan mengalah begitu saja، untuk sesaat hatinya pun goyah, namun sekejap mata kemudian ucapan keras gurunya kembali terngiang di kedua telinganya ' Wie Louw, pembunuh kedua orang tuamu adalah Liok Ong Cun, dia ada di tanah jawa, bunuh dia, ini perintah gurumu yang harus kau lakukan !'.
Api dendam yang sudah mendarah daging pun kembali membakar darah muda gadis bernama Wie Louw, pedang ular hijau di tangan kanannya kembali di angkat dan di arahkan tepat ke arah Liok Ong Cun yang duduk bersimpuh sambil memandangi si gadis dengan air mata yang menitik satu persatu, sesaat kemudian ia melompat dan hujamkan pedangnya dengan cepat ke dada Liok Ong Cun.
"Jangan..!" teriak seseorang dari belakang si gadis, namun terlambat, pedang ular hijau sudah menembus tubuh pria paruh baya itu hingga tembus ke punggung.
"Crraaabb.."
"Guru..!" teriak seseorang pemuda dari sisi kiri, dan kemudian memegangi punggung Liok Ong Cun.
"Arya Tirta..!" ucap Liok Ong Cun sambil membuka kedua matanya, "inilah ahir hidupku, kau jangan pernah menyimpan dendam pada gadis itu, dia adalah putriku sendiri, mud..dah mud..dahan dos..a dos..aku bi..sa di am..pun..ni de..ngan kem..mat..tian..ku ini.." ucap Liok Ong Cun dengan terbata bata.
"Wala kadalah..! Bocah edan, gara gara kau kita semua jadi terlambat..!" ucap seorang nenek dari arah belakang Wie Louw.
"Eyang Sepuh Kembar Tilu, kita tidak terlambat, mungkin itu takdirnya si muka tengkorak harus mati di tangan putrinya sendiri..!" jawab bocah kecil berbaju hitam berambut tegak dengan mimik wajah konyol menggemaskan.
"Dasar konyol, Wiro sableng sudah bilang, manusia itu sudah tobat..!" jawab si nenek berbaju hitam agak seronok dengan belahan dada yang rendah, memamerkan pepesan peot di dadanya.
Sementara gadis berbaju putih bernama Wie Louw menjadi bingung, rasa yang seharusnya puas karena telah membalas dendam kematian kedua orang tuanya seperti yang di perintahkan oleh sang guru, jadi berubah, harinya terasa sakit melihat Liok Ong Cun terkapar sekarat, seluruh tubuhnya terasa lemas dan akhirnya jatuh terduduk di tanah dengan tatapan mata kosong, "apa yang ku lakukan.." ucapnya pelan.
"Nona Wie, Liok Ong Cun adalah ayah kandungmu, gurumu, Loan Nio Nikouw adalah ibumu sendiri, dia marah dan dendam terhadap ayahmu, karena perbuatannya yang memperkosa ibumu hingga kau ada, kuatkan hatimu, minta maaflah pada Liok Ong Cun, sejahat apapun ayahmu dia sudah bertobat dan mengakui kesalahannya.." ucap Eyang Sepuh Kembar Tilu yang sudah ada di belakangnya.
Tubuh Wie Louw jadi terasa lemas, kedua matanya tak mampu lagi menahan tangis, dengan di papah Eyang Sepuh Kembar Tilu gadis ini mendekati Liok Ong Cun dan kemudian jatuh berlutut sambil berkata "ayah.." Liok Ong Cun tersenyum dan kemudian berkata, put..tri ..ku.." ucapnya pelan dan kemudian terputus, kepalanya terkulai ke kiri, matanya terpejam untuk selama lamanya dengan senyum yang indah.
"Salam 212.
Cerita ini hadir dan Ter ispirasi dari kisah Wiro sableng yang berjudul Sang Pembunuh.
(Setelah menyerahkan dua buah dadu setan pada wakil ketua perguruan Siauw Lim, Loan Nio Nikouw memencilkan diri di satu puncak gunung, dia berubah pikiran untuk menggugurkan kandungannya dengan obat yang di berikan oleh Eyang Sepuh Kembar Tilu, sang paderi punya rencana dahsyat, Bilamana si anak yang di lahirkannya sudah besar kelak, anak itu akan disuruhnya mencari dan membunuh Liok Ong Cun, kepadanya akan di tanamkannya cerita yaitu Liok Ong Cun adalah orang yang telah membunuh ayah kandungnya, jadi adalah kewajiban si anak untuk membalas dendam kematian sang ayah.)
Nama Wie Louw, adalah ide saya karena cinta Loan Nio Nikouw pada Pendekar kita, Wiro sableng, dan seperti itulah Loan Nio Nikouw memanggil pendekar kita saat pertama kali bertemu.
"Tapi, wajahmu sama persis dengan Nio Nikouw, siapa kau sebenarnya nisanak..?!"
"Sudah ku katakan, aku adalah Wie Louw, putri Sie Wie Louw..!" ucapnya tandas sambil menatap tajam Liok Ong Cun yang berdiri dalam kebimbangan.
"Dengar nisanak, aku tidak pernah mengenal orang yang bernama Sie Wie Louw, apa lagi membunuhnya.." jawab Liok Ong Cun kembali, "gurumu pasti salah orang, atau mungkin, dia menipumu.."
"Manusia bermulut culas, jangan berbicara sembarangan, guruku adalah seorang paderi, dia adalah manusia jujur dan yang sudah di sumpah untuk tidak berkata bohong.." bentak wanita muda berpakaian serba putih tersebut dengan raut muka marah.
'Benar dugaanku' ucap Liok Ong Cun dalam hati, 'hati kecilku mengatakan, gadis ini adalah putri Loan Nio Nikouw, dan jangan jangan dia juga putriku' ucap Liok Ong Cun kembali, kedua matanya menatap tajam gadis berbaju putih di hadapannya, kedua matanya berkaca kaca, hatinya terasa teriris iris ketika bayangan masa lalu terlintas kembali di hatinya, pelan namun pasti pendekar paruh baya ini merasakan seluruh tubuhnya terasa sangat lemas, dan kemudian jatuh terduduk di atas tanah, dengan tatapan mata sedih dia berkata.
"Aku tidak tau harus berkata apa, kalau memang kau putri King Loan Nio Nikouw, aku pasrah, aku rela mati di tanganmu nisanak, dosaku pada ibumu, tidak akan mungkin bisa aku tebus, sekalipun dengan nyawaku, dan aku tidak akan menyesal sekalipun mati di tangan putriku sendiri, bunuhlah, hujamkan pedangmu, aku tidak akan melawanmu lagi.."
Kedua mata gadis berbaju putih itu tampak mengerenyit, dia tidak mengira kalau lawannya akan mengalah begitu saja، untuk sesaat hatinya pun goyah, namun sekejap mata kemudian ucapan keras gurunya kembali terngiang di kedua telinganya ' Wie Louw, pembunuh kedua orang tuamu adalah Liok Ong Cun, dia ada di tanah jawa, bunuh dia, ini perintah gurumu yang harus kau lakukan !'.
Api dendam yang sudah mendarah daging pun kembali membakar darah muda gadis bernama Wie Louw, pedang ular hijau di tangan kanannya kembali di angkat dan di arahkan tepat ke arah Liok Ong Cun yang duduk bersimpuh sambil memandangi si gadis dengan air mata yang menitik satu persatu, sesaat kemudian ia melompat dan hujamkan pedangnya dengan cepat ke dada Liok Ong Cun.
"Jangan..!" teriak seseorang dari belakang si gadis, namun terlambat, pedang ular hijau sudah menembus tubuh pria paruh baya itu hingga tembus ke punggung.
"Crraaabb.."
"Guru..!" teriak seseorang pemuda dari sisi kiri, dan kemudian memegangi punggung Liok Ong Cun.
"Arya Tirta..!" ucap Liok Ong Cun sambil membuka kedua matanya, "inilah ahir hidupku, kau jangan pernah menyimpan dendam pada gadis itu, dia adalah putriku sendiri, mud..dah mud..dahan dos..a dos..aku bi..sa di am..pun..ni de..ngan kem..mat..tian..ku ini.." ucap Liok Ong Cun dengan terbata bata.
"Wala kadalah..! Bocah edan, gara gara kau kita semua jadi terlambat..!" ucap seorang nenek dari arah belakang Wie Louw.
"Eyang Sepuh Kembar Tilu, kita tidak terlambat, mungkin itu takdirnya si muka tengkorak harus mati di tangan putrinya sendiri..!" jawab bocah kecil berbaju hitam berambut tegak dengan mimik wajah konyol menggemaskan.
"Dasar konyol, Wiro sableng sudah bilang, manusia itu sudah tobat..!" jawab si nenek berbaju hitam agak seronok dengan belahan dada yang rendah, memamerkan pepesan peot di dadanya.
Sementara gadis berbaju putih bernama Wie Louw menjadi bingung, rasa yang seharusnya puas karena telah membalas dendam kematian kedua orang tuanya seperti yang di perintahkan oleh sang guru, jadi berubah, harinya terasa sakit melihat Liok Ong Cun terkapar sekarat, seluruh tubuhnya terasa lemas dan akhirnya jatuh terduduk di tanah dengan tatapan mata kosong, "apa yang ku lakukan.." ucapnya pelan.
"Nona Wie, Liok Ong Cun adalah ayah kandungmu, gurumu, Loan Nio Nikouw adalah ibumu sendiri, dia marah dan dendam terhadap ayahmu, karena perbuatannya yang memperkosa ibumu hingga kau ada, kuatkan hatimu, minta maaflah pada Liok Ong Cun, sejahat apapun ayahmu dia sudah bertobat dan mengakui kesalahannya.." ucap Eyang Sepuh Kembar Tilu yang sudah ada di belakangnya.
Tubuh Wie Louw jadi terasa lemas, kedua matanya tak mampu lagi menahan tangis, dengan di papah Eyang Sepuh Kembar Tilu gadis ini mendekati Liok Ong Cun dan kemudian jatuh berlutut sambil berkata "ayah.." Liok Ong Cun tersenyum dan kemudian berkata, put..tri ..ku.." ucapnya pelan dan kemudian terputus, kepalanya terkulai ke kiri, matanya terpejam untuk selama lamanya dengan senyum yang indah.
----------------------------- T A M A T ---------------------------
"Salam 212.
Cerita ini hadir dan Ter ispirasi dari kisah Wiro sableng yang berjudul Sang Pembunuh.
(Setelah menyerahkan dua buah dadu setan pada wakil ketua perguruan Siauw Lim, Loan Nio Nikouw memencilkan diri di satu puncak gunung, dia berubah pikiran untuk menggugurkan kandungannya dengan obat yang di berikan oleh Eyang Sepuh Kembar Tilu, sang paderi punya rencana dahsyat, Bilamana si anak yang di lahirkannya sudah besar kelak, anak itu akan disuruhnya mencari dan membunuh Liok Ong Cun, kepadanya akan di tanamkannya cerita yaitu Liok Ong Cun adalah orang yang telah membunuh ayah kandungnya, jadi adalah kewajiban si anak untuk membalas dendam kematian sang ayah.)
Nama Wie Louw, adalah ide saya karena cinta Loan Nio Nikouw pada Pendekar kita, Wiro sableng, dan seperti itulah Loan Nio Nikouw memanggil pendekar kita saat pertama kali bertemu.
WARNING : !!!!!!
Cerita ini Hanya untuk hiburan semata.
Dipersembahkan Khusus untuk seluruh pengemar serial wiro sableng pendekar kapak maut naga geni 212. Karya Bastian Tito.
0 $type={blogger}: