Perhatikan Rekomendasi Saham KLBF Kalbe Farma dengan Performa Unggul

KMI NEWS.CO.ID - JAKARTA . Potensi performa PT Kalbe Farma Tbk ( KLBF Tetap optimis meski menghadapi kesulitan penurunan kemampuan membeli.

Investment Analyst dari Profina Visindo Indy Naila menyebutkan bahwa meskipun KLBF tetap memiliki keraguan tentang biaya bahan baku yang tinggi serta daya beli masyarakat yang belum sepenuhnya membaik, perusahaan ini berpotensi dapat mempertahankan marjin yang stabil sejalan dengan pengembangan usaha di bidang alat kesehatan dan juga lini produk obat-obatan.

Di samping itu, menurut Indy, terdapat pula kapabilitas dalam mengendalikan biaya operasional yang memungkinkan marjinnya tetap bertahan. "Marjin akan dipertahankan dengan rentang net profit margin sekitar 9%-12%," katanya saat berbicara dengan KMI NEWS.co.id, pada hari Selasa, tanggal 17 Juni.

Itu terlihat dalam kinerja kuarter I tahun 2025 yang kuat. KLBF melaporkan penerimaan sebesar Rp 8,84 triliun, meningkat 5,74% dibanding periode sama tahun lalu (Year on Year/ YoY). Pertumbuhan ini muncul berkat naiknya volume penjualan dan penyesuaian harga jual rata-rata (Average Selling Price/ ASP) untuk beberapa produk, terutama saat masa perayaan Ramadan.

Segmen kesehatan konsumen mencatatkan lonjakan signifikan sebesar 32,3% secara kuartalan menjadi Rp 1,36 triliun, terutama ditopang permintaan produk Antasida. Sementara itu, penjualan obat resep tumbuh 13% yoy menjadi Rp 2,5 triliun, diperkuat kontribusi produk onkologi dan biologis.

Performa yang kuat ini terlihat pula dari peningkatan marjin bruto hingga 41,6%, dan efisiensi biaya operasional yang mengurangi perbandingannya. opex to sales Ke 25,9%, selain itu, keuntungan yang diterima dari perusahaan asosiasi, Livzon Pharma, senilai Rp 16 miliar juga berkontribusi pada peningkatan hasil akhirnya.

Analis dari Panin Sekuritas, Sarkia Adelia mengatakan bahwa sektor farmasi tetap menjadi fondasi utama perkembangan Kalbe Farma. Ini berlanjut dengan meningkatnya ratarata harga jual (ASP), perluasan jumlah produksi, pengenalan pasar luar negeri, serta peluncuran produk-produk bioteknologi seperti sel punca dan sekretom.

"Kedua instalasi radiofarmaka yang bakal diresmikan tahun ini turut mendorong perkembangan," jelasnya.

Sarkia juga tetap optimistis akan prospek KLBF di tengah volatilitas rupiah. Ia menuturkan, dengan cadangan kas dolar Amerika Serikat (AS) sebesar US$ 52 juta dan aset bersih US$ 40 juta, eksposur terhadap pelemahan rupiah semakin minim.

"Tiap pelemahan Rp 100 per dolar AS hanya berdampak sekitar 0,1% terhadap margin perusahaan," terangnya.

Indy menambahkan bahwa kerja sama usaha antar perusahaan milik KLBF di China memiliki potensi untuk memperkecil risiko serta meningkatkan margin kotor. Dia menyebutkan bahwa ini bisa membantu dalam pengurangan risiko. supply chain disruptions juga dan cukup menarik untuk strategi efisiensi operasional, mengetahui biaya impor dari China bisa lebih murah," paparnya.

Oleh sebab itu, Indy merekomendasikan buy on weakness KLBF bertujuan untuk mencapai harga antara Rp 1.700 hingga Rp 1.800. Sementara itu, Sarkia juga mengusulkan pembelian dengan target harga sebesar Rp 1.750.