Ekonom Prediksi BI Tetapkan Suku Bunga Stabil di 5,5% Hingga Juni 2025

Beberapa ahli ekonom memperkirakan bahwa Bank Indonesia (BI) akan tetap memelihara tingkat suku bunga dasar atau BI-Rate sebesar 5,5% saat rapat RDG bulan Juni tahun 2025. Mereka berpendapat langkah tersebut sangat diperlukan untuk menjamin keseimbangan ekonomi serta sistem finansial menghadapi keragaman kondisi dunia yang tidak pasti.

Fikri C. Permana dari Ekonom KB Valbury Sekuritas mengatakan bahwa BI harus berhati-hati untuk tidak terlalu cepat menurunkan tingkat suku bunga acuan, khususnya ketika dasar-dasar perekonomian domestik belum cukup stabil.

Fikri menyatakan ketika diwawancara dari Jakarta pada hari Selasa (17/6), 'Menurut saya, BI kemungkinan besar akan menahan suku bunga acuan mereka (BI-Rate) lebih dulu. Lebih baik jika tetap tertahan,'.

Fikri mengatakan bahwa walaupun BI sudah mengurangi tingkat suku bunga sebanyak dua kali yaitu masing-masing 25 point basis pada bulan Januari dan Mei tahun 2025, tindakan itu dilakukan ketika Federal Reserve dari Amerika Serikat alias The Fed belum melakukan pengurangan tarif dasar mereka (Federal Funds Rate / FFR) sedikitpun.

“Artinya, ada interest rate differential yang semakin mengecil antara BI-Rate dan The Fed," katanya.

Interest rate differential Adalah perbedaan tingkat suku bunga antar dua buah negara. Apabila selisih tersebut menyusut, minat berinvestasi di Indonesia mungkin akan merosot sebab return-nya hampir sama dengan negara lain, tetapi resikonya lebih besar.

Fikri juga menyoroti kondisi ekonomi makro Indonesia yang belum kondusif. Neraca transaksi berjalan masih mencatat defisit, dan neraca pembayaran belum menunjukkan perbaikan signifikan.

Dalam situasi seperti ini, penurunan suku bunga dikhawatirkan bisa memicu aliran modal keluar (capital outflow). “Saya agak khawatir pada saat ada capital outflow, "Atau risiko geopolitik lainnya, dapat menyebabkan gangguan pada perekonomian kita," ujarnya.

Fikri juga menekankan bahwa risiko ketidakstabilan ekonomi tak hanya datang dari aspek perdagangan luar negeri atau pergerakan investasi, namun juga dapat mempengaruhi situasi ekonomi secara menyeluruh. Karena itu, Bank Indonesia harus lebih baik lagi dalam menjaga kestabilan dengan cara merencanakan untuk mempertahankan tingkat suku bunga di angka 5,5%.

Pendapat serupa juga diutarakan oleh Myrdal Gunarto, Ekonom Pasar Global dari Maybank Indonesia. Menurutnya, Bank Indonesia kemungkinan akan lebih berhati-hati walaupun inflasi untuk bulan Mei tahun 2025 cukup rendah dengan angka 1,6% secara year-on-year, pertumbuhan pinjaman per bank terus merosot sampai ke periode April serta perekonomian baru berkembang sebesar 4,87% pada triwulan pertama tahun 2025.

"Jadi sepertinya BI sedikit terikat oleh faktor-faktor luar yang berdampak pada fluktuasi nilai tukar rupiah," kata Myrdal.

Selain risiko dari konflik Israel-Iran, BI juga mempertimbangkan dampak dari perang dagang yang dilancarkan AS. “Kami melihat bahwa BI masih akan stay di level 5,5%,” kata.