Danantara dan INA Bahas Kemungkinan Kerjasama Investasi dengan Chandra Asri

KMI NEWS , Jakarta - Badan Pengelola Investasi Daya Anggana Nusantara Danantara ), Otoritas Investasi Indonesia ( INA ), dan PT Chandra Asri PT Pacific Tbk telah menandatangani memorandum of understanding guna mendiskusikan potensi kerjasama dalam pengembangan pabrik Chlor Alkali – Ethylene Dichloride (CA-EDC) dengan nilai proyek mencapai USD 800 juta atau kira-kira setara dengan Rp 13,03 triliun (mengacu pada kurs tukar Rp 16.299 per dolar AS).

Chief Investment Officer Danantara Pandu Sjahrir menyebut kerjasama ini sebagai tindakan yang tepat sasaran guna meningkatkan kekuatan di bidang downstream dan bahan mentah kimia. Proyek nasional vital itu ditujukan untuk menurunkan pengimporan karena sektor kimia memiliki peranan signifikan dari proses produksi sampai dengan pertukaran energi.

"Investasi ini meningkatkan kekebalan nasional dengan mengecilkan ketergantungan pada barang impor vital seperti soda api dan Etilena Dikhlorida," ungkap Pandu dalam laporan publik yang dipublikasikan di Bursa Efek Indonesia, Senin, 16 Juni 2025.

Proyek CA-EDC akan dioperasikan oleh PT Chandra Asri Alkali, sebuah perusahaan anak dari kelompok usaha Chandra Asri. Pada tahap awalnya, konstruksinya meliputi pembentukan instalasi manufaktur dengan daya tampung hingga 400 ribu ton natrium hidroksida padat tiap tahun. Jumlah tersebut setara dengan volume 827 ribu ton bila dikonversi ke dalam bentuk cair. Tambahan lagi, lokasi produksi ini mampu menghasilkan 500 ribu ton etilen dietil klorida.

Proyek ini ditujukan untuk menurunkan ketergantungan Indonesia pada impor kedua bahan tersebut. Perusahaan berupaya mendukung ketangguhan dalam produksi lokal dan sekaligus memperkokoh tahapan pengolahan akhir di industri.

Presiden Direktur Chandra Asri Group Erwin Ciputra mengatakan masuknya Danantara Indonesia dan INA mencerminkan kepercayaan investor terhadap potensi pertumbuhan industri kimia di Indonesia. "Melalui kolaborasi ini, kami membangun fondasi yang kuat untuk mendorong pengembangan industri yang berkelanjutan dan pertumbuhan ekonomi nasional,” kata dia.

Fase kedua dari pengembangan proyek ini akan berfokus pada peningkatan kapasitas produksi Chlor-Alkali. Selain itu perusahaan akan mengembangkan produk turunan dari klorin yang akan meningkatkan efisiensi operasional dan sinergi dalam rantai nilai. Saat ini, studi kelayakan sedang dilakukan untuk mengidentifikasi dan mengevaluasi potensi produk hilir berbasis klorin yang dapat menciptakan nilai tambah lebih besar dan mendukung pertumbuhan industri dalam negeri.

Perusahaan berniat untuk mengeksportasikan Ethylene Dichloride melalui fasilitas produksi itu. Menurut perkiraan Erwin, pendapatannya diperhitungkan mampu menyentuh angka sekitar Rp 5 triliun tiap tahunnya. Selain itu, pembangunan pabrik ini bertujuan untuk mengurangi tingkat ketergantungan Indonesia pada produk impor seperti soda kaustik dan diproyeksikan akan memberi efisiensi biaya hingga Rp 4,9 triliun per tahun.

Erwin menyebutkan bahwa pabrik CA-EDC juga bakal menghasilkan sejumlah bahan mentah krusial dalam negeri yang diperlukan oleh beberapa industri seperti penanganan air, pembuatan sabun serta deterjen, penyulingan alumina, dan pengolahan nikel. "Melalui pelembutan jaringan pasok domestik dan perluasan kemampuan ekspor, langkah ini ikut mendorong perkembangan industri secara berkesinambungan sambil merampingkan posisi persaingan Indonesia pada skala internasional," ungkapnya.

Chief Executive Officer INA Ridha Wirakusumah menyebut lembaganya bertekad memperkokoh dasar industri dengan meningkatkan output serta pengadaan dalam negeri sambil mengurangi ketergantungan pada barang mentah yang diimpor. "Kerjasama dengan Danantara dan Chandra Asri Grup ini sejalan dengan mandat investasi jangka panjang kami untuk menggerakkan modal yang mendukung prioritas nasional, memperkuat ketahanan industri, serta berkontribusi terhadap pembangunan ekonomi Indonesia yang berkelanjutan,” kata dia.