6 Efek Samping Berbahaya dari Diet Ketat yang Bisa Mengancam Kesehatan Anda

JAKARTA, KMI NEWS Mengurangi berat badan melalui program diet pastinya mengharuskan adanya dedikasi besar. Akan tetapi, menjalaninya dengan cara yang ekstrem justru dapat memiliki efek negatif pada kondisi fisik Anda.

Membatasi asupan kalori dengan cara yang drastis, menolak berbagai macam makanan, atau melakukan olahraga berlebihan bisa merusak kinerja seluruh organ dalam tubuh.

Sebaliknya dari menjadi lebih bugar, tubuh malah dapat kurang mendapatkan gizi, terganggu dalam proses metabolisme, dan justru menimbulkan permasalahan pada bidang psikologi seperti tekanan emosional atau disfungsi pola makan.

Maka dari itu, perlu dipahami bahayanya pola makan yang terlalu ekstrem supaya target penurunan berat badan masih sesuai dengan usaha untuk merawat kesejahteraan tubuh secara keseluruhan.

Dilansir laman Livestrong.com Berikut adalah 6 efek samping negatif dari diet yang terlalu Ketat dan Berlebihan untuk kesehatan tubuh.

6 Efek Buruk dari Diet Ketat dan Berlebihan pada Kesejahteraan Jasmani

1. Kehilangan massa otot

Satu bahaya besar dari pola makan yang sangat ketat adalah penurunan massa otot. Saat konsumsi kalori menjadi terlalu sedikit, tubuh akan memulai proses pengambilan energi dari stok protein otot.

Akibatnya, metabolisme melambat, tubuh terasa lemas, cepat lelah, dan justru lebih mudah mengalami kenaikan berat badan setelah diet dihentikan.

Berdasarkan penelitian yang dipublikasikan dalam The American Journal of Clinical Nutrition (2015) menunjukkan bahwa pengurangan massa otot karena diet ketat dapat mencapai 5% dari seluruh massa otot dalam tubuh, sebuah angka yang cukup besar dan memiliki dampak terhadap kesehatan jangka panjang.

2. Penurunan sistem imun

Asupan kalori dan gizi yang tidak mencukupi akan mengganggu fungsi sistem kekebalan tubuh. Tubuh menjadi lebih rentan terhadap infeksi, pemulihan luka lebih lambat, dan lebih mudah terserang penyakit.

Kehilangan nutrisi penting seperti vitamin dan mineral seperti zinc Vitamin C dan vitamin A memiliki peranan penting dalam penurunan kekebalan tubuh.

3. Gangguan pola makan

Dieta yang sangat berlebihan bisa menyebabkan masalah dengan pola makan seperti binge eating , orthorexia , atau anorexia nervosa .

Ketegangan yang timbul dari upaya konstan dalam membatasi asupan makanan dapat menciptakan kecemasan berlebih, stres, dan bahkan sikap menyalahkan diri jika seseorang gagal menjalankan pedoman diet dengan tepat.

Efeknya dapat menyebar ke bidang psikologi, misalnya menjadi lebih cepat geram, kesulitan fokus, serta timbul rasa bersalah berlebihan ketika makan.

4. Sering merasa lapar dan kecanduan pada makanan

Diet dengan kalori sangat rendah dapat mempengaruhi keseimbangan hormon leptin, yaitu hormon yang menentukan perasaan lapar dan kenyang.

Apabila tingkat leptin bermasalah, maka sinyal rasa kenyang menjadi kurang efektif dan ini membuat tubuh cenderung lebih sering merasa lapar.

Penelitian yang dimuat dalam Physiological Research menandakan bahwa tidak seimbangnya kadar leptin bisa menyebabkan kecenderungan berlebihan terhadap makanan, meningkatkan risiko mengalaminya. craving atau mengejar makanan dengan cara berlebihan, yang akhirnya menyebabkan pola makan menjadi compulsive.

5. Kekurangan gizi

Mengurangi tipe makanan dengan cara ekstrem dapat menyebabkan badan kehilangan asupan nutrisi esensial yang diperlukan sehari-hari. Hal ini pada akhirnya menaikkan peluang terjadinya kurang gizI.

Diet yang sangat ketat sering mengakibatkannya kekurangan kalsium, vitamin D, vitamin B12, asam folat, dan zat besi.

Secara jangka panjang, kurangnya gizi tersebut dapat mengakibatkan anemia, keletihan berkelanjutan, masalah pada tulang, bahkan sampai kerusakan organ.

6. Rambut rontok

Rambut merupakan salah satu bagian tubuh yang dengan cepat dapat mengindikasikan kurangnya asupan nutrisi.

Ketika tubuh kekurangan protein, asam amino, dan vitamin B12, folikel rambut tidak lagi mampu mendukung pertumbuhan rambut baru secara optimal.

Studi yang dimuat dalam Dermatology Practical & Conceptual (2015) mencatat bahwa ketidakcukupan gizi tersebut dapat membuat rambut menjadi patah mudah, tipis, serta mengalami kerugian yang signifikan pada jumlahnya.

Kadar zat besi yang rendah ikut menyumbang terhadap kerontokan rambut serta gejala anemia yang memburukkan keadaannya.