5 Komoditas Global yang Harga dan Pasokannya Terancam di Tengah Konflik Perang

Perang di suatu daerah umumnya memiliki dampak besar yang mencapai skala internasional, tidak hanya mempengaruhi negera tersebut tapi juga keseimbangan ekonomi dunia secara keseluruhan. Sebuah bidang yang sangat dipengaruhi oleh hal ini ialah perdagangan barang-barang mentah global. Saat konflik pecah, hambatan dalam sistem distribusi, pembatasan finansial, serta keragu-raguan di pasar bisa membuat nilai dari bermacam-macam produk merosot tajam atau malahan naik dengan cepat, bergantung pada bagaimana hubungan antara penawaran dan permintaannya berubah-ubah.

Tidak adanya stabilitas geopolitik membuat para pembeli dan penjual barang-barang global menyesuaikan taktik dagang mereka. Pada kondisi konflik senjata, berbagai jenis bahan bakar atau produk penting lainnya bisa jadi sangat rawan akibat betapa vitalnya posisinya dalam rutinitas harian serta perekonomian. Di bagian ini akan diuraikan tentang kelima hasil bumi tersebut yang dapat mengalami goncangan harga apabila pecah peperangan skala internasional.

1. Minyak mentah

Minyak mentah adalah komoditas yang sangat peka terhadap situasi geopolitik, terlebih apabila konflik melanda area produsen besar seperti Timur Tengah dan Rusia. Peperangan bisa menahan laju produksi, menghancurkan fasilitas penyulingan, atau menyumbat rute pendistribusionya termasuk Selat Hormuz sebagai gerbang perdagangan minyak global utama. Bila kelangsungan suplai dirisiko, pasar akan cepat berbalas dengan lonjakan harga signifikan, meski belum ada penurunan riil dalam outputnya.

Misalnya saja invasi Irak ke Kuwait pada tahun 1990 serta konflik yang terjadi di Libya pada 2011 menyebabkan kenaikan harga minyak secara signifikan karena adanya ketidakpastian pasar mengenai kelangsungan suplai. Tambahan lagi, para pemimpin ekonomi dunia seperti AS, China, dan beberapa negara Eropa umumnya akan menanggapinya dengan campur tangan dalam pasar atau melepaskan stok strategis mereka. Akan tetapi, upaya-upaya semacam ini cenderung hanya memiliki efek sementara.

2. Gas alam

Gas alam, khususnya dalam wujud LNG (Liquefied Natural Gas), Sangat vital untuk memenuhi permintaan energi global. Pertikaian di wilayah penyedia utama seperti Rusia dan negara-negara Asia Tengah bisa berdampak langsung pada eksportasi gas lewat pipa maupun kapal. tanker Eropa sangat rawan dalam keadaan seperti itu dikarenakan mayoritas gasnya masih bergantung pada pasokan dari negara lain, khususnya Rusia.

Ketika Rusia mengurangi pasokan gas ke Eropa selama konflik Ukraina, harga gas melonjak tajam hingga lebih dari tiga kali lipat dalam waktu singkat. Kenaikan ini berdampak langsung pada biaya listrik, industri manufaktur, dan rumah tangga. Negara-negara pengimpor terpaksa mencari alternatif mahal atau melakukan penghematan besar-besaran untuk menjaga kestabilan energi domestik.

3. Gandum

Sebagai bahan pangan utama, gandum sangat terpengaruh oleh konflik yang melibatkan negara produsen besar seperti Ukraina, Rusia, Amerika Serikat, dan Kanada. Perang dapat merusak lahan pertanian, memutus rantai pasok, atau membuat ekspor terhambat oleh sanksi atau blokade pelabuhan. Ketika dua negara yang menguasai hampir 30 persen ekspor gandum dunia (seperti Rusia dan Ukraina) terlibat perang, dampaknya terasa secara global.

Negara-negara di wilayah Afrika Utara serta Timur Tengah yang mengandalkan impor gandum cenderung merasakan dampak langsung dari krisis makanan saat pasokannya terhenti. Pada tahun 2022, harga gandum global naik dengan signifikan, menyentuh titik tertingginya dalam sepuluh tahun belakangan. Kenaikan tersebut menimbulkan inflasi bahan makanan dan semakin mempersulit kestabilan pangan di banyak negeri sedang berkembang.

4. Emas

Walaupun emas tidak termasuk barang yang dikonsumsi secara langsung, fungsinya sebagai instrumen pelindungan nilai menjadikan harga emas terpengaruh cukup besar oleh ketidakstabilan dunia. Pada kondisi konflik militer, banyak investor lebih memilih mengambil kembali modal mereka dari aset dengan tingkat risiko tinggi untuk dialokasikan pada emas. safe haven. Sehingga, kebutuhan akan emas bertambah, menyebabkan harganya merangkak naik dengan cukup besar.

Di samping itu, beberapa negara di kawasan konflik seperti Afrika Utara dan Timur Tengah juga menjadi lokasi tambang emas aktif. Perang dapat mengganggu aktivitas penambangan dan ekspor, baik karena kerusakan fasilitas maupun hambatan perizinan dan transportasi. Jika pasokan emas fisik terganggu, maka tekanan harga akan bertambah dari sisi penawaran.

5. Logam industri, khususnya tembaga, nikel hingga aluminium

Logam-industri seperti tembaga, nikel, dan aluminium memiliki peranan krusial dalam proyek-proyek infrastruktur, kendaraan elektrik, serta perkembangan teknologi digital. Konflik bersenjata antar negara-negara pengekspor besar-besaran dari Asia dan Afrika bisa merusak jaringan suplai dunia secara keseluruhan, terlebih lagi apabila pelabuhan-pelabuhan atau rute-rute pengiriman berlokasi dekat area-area pertempuran tersebut atau bahkan di dalamnya. Kondisi tidak pasti semacam itu mendorong pemilik usaha untuk menghentikan sementara proses produksi mereka atau malah mencari material-material ganti dengan harga yang cenderung naik.

Misalnya saja, tembaga banyak dipakai pada kabel-kabel listrik serta instalasi sumber energi matahari. Apabila kelancaran suplainya terhambat, maka dapat mempengaruhi kemajuan dari berbagai proyek energi yang ramah lingkungan tersebut. Nikel Dan alumunium juga memainkan peran penting dalam baterai serta sektor otomotif. Ketika harganya naik, hal itu akan memberi dampak signifikan pada biaya pembuatan produk akhir, mulai dari baterai sampai kendaraan. smartphone sampai ke Kendaraan Listrik, yang pada akhirnya memberatkan konsumen di seluruh dunia.

Perang dapat mengakibatkan kerusakan besar pada ekonomi global, karena nilai dari beberapa barang di seluruh dunia bisa terpengaruh saat perang meletus. Barang-barang seperti sumber daya energi, pangan, dan material untuk industri sangat sensitif terhadap gangguan yang disebabkan oleh pertempuran senjata. Karena alasan ini, stabilitas politik internasional adalah elemen penting untuk menahan agar harga komoditas tidak melonjak tak terkontrol dan juga mempertahankan kelancaran distribusi produk tersebut kepada populasi dunia secara berkelanjutan.

Apakah Itu Komoditas? Pahami Definisi serta Ragam Jenisnya! Trump Memperpanjang Batas Waktu TikTok untuk ketiga kalinya
  • Minyak mentah cukup peka terhadap situasi geopolitikal, khususnya di area produksi besar seperti Timur Tengah dan juga Rusia.

  • Perselisihan dalam area penyedia gas alam bisa mengganggu pengiriman gas melalui saluran pipa maupun tanki laut, yang mana hal ini dapat menimbulkan dampak terhadap tarif listrik serta operasional industri manufaktur dan kehidupan sehari-hari masyarakat.

  • Biji gandum cukup dipengaruhi oleh perselisihan yang mencakup negara-negara pengepul utama seperti Ukraina, Rusia, Amerika Serikat, dan Kanada. Pada tahun 2022, harga biji gandum global naik dengan signifikan.