Sentimen Global Menurun, Apakah Rupiah Siap Menguat?

RB NEWS.CO.ID – JAKARTA. Rupiah dalam perdagangan valas internasional mengalami penurunan nilai ketimbang dolar AS karena kecemasan soal masalah ekonomi dunia mulai mereda. Meskipun demikian, perbaikan suasana global ini bisa jadi akan mendukung kenaikan nilai rupiah.
Menurut Bloomberg, Selasa (13/5), nilai tukar rupiah pada perdagangan valas internasional tercatat di posisi Rp 16.627 untuk setiap dolar AS, mengalami penurunan sebesar 0,14% dibandingkan dengan sesi trading sebelumnya.
Menurut Riset & Pengembangan di PT Trijaya Pratama Futures yang dilakukan oleh Alwy Assegaf menunjukkan bahwa peningkatan nilai tukar dolar Amerika Serikata sebagian disebabkan oleh pengurangan ketegangan perdagangan antara kedua negara superpower terkuat, yaitu AS dan Cina.
Memang, pada Senin (12/5) kemarin, AS dan China memutuskan untuk menjeda sementara penetapan tarif hingga 90 hari ke depan.
Selama periode tunggu ini, kedua negara bersedia mengurangi tarif ekspornya masing-masing. Amerika Serikat berkomitmen menurunkan tarif sebesar 145% pada produk impor dari Cina hingga ke angka 30%, dan di sisi lain, Cina menyepakati pengurangan tarif mencapai 125% menjadi hanya 10% untuk barang-barang masuknya dari Amerika Serikat.
Tren itu tidak diragukan lagi membawa angin segar untuk dolar Amerika Serikat. Setelah sekian lama bertahan di posisi 99 selama sebulan terakhir, DXY akhirnya mampu merangkak kembali ke atas level 100.
Waduh, dengan menguatnya dolar Amerika Serikat ini secara langsung menyebabkan nilai rupiah menurun. Akan tetapi, Alwy menyatakan bahwa terdapat kemungkinan bagi rupiah untuk memperkuat diri meskipun dalam kondisi adanya sentimen yang optimis tentang perekonomian dunia.
Jangan lupakan pula bahwa rupiah merupakan mata uang. emerging market, Properti yang rawan tersebut. Apabila sentimen mengalami perbaikan, properti-properti ini umumnya akan mendapatkan keuntungan dari atmosfer positif tersebut. risk on ," ujar Alwy kepada RB NEWS, Selasa (13/5).
Kembali lagi, Alwy mengatakan bahwa gerakannya rupiah tetap relatif stabil dengan berada dalam kisaran harga sekitar Rp 16.600 untuk setiap dolar AS. Dia menambahkan, penurunan nilai tukar rupiah yang dialami akibat penguatannya dollar AS ini belum termasuk cukup signifikan.
Tetapi Alwy tidak membantahkan bahwa secara umum rupiah masih mengalami penurunan nilai dibandingkan dengan dolar AS.
Agar bisa mengawasi gerakannya sampai paling lambat pertengahan tahun mendatang, Alwy menyebutkan beberapa sentimen internal yang penting untuk diwaspadai.
Berikut di antaranya adalah arah tingkat suku bunga yang ditetapkan oleh Bank Indonesia (BI). " Umumnya, pemotongan tingkat suku bunga dapat berdampak pada pelemahan nilai mata uang," jelas Alwy.
Wah, mengenai defisit anggaran serta manajemen aset Danantara. Menurut Alwy, hal tersebut merupakan salah satu faktor utama yang mempengaruhi sentimen terhadap rupiah di pasaran global.
"Bila pengelolaannya tidak optimal, pastinya kepercayaan pasar akan berkurang. Hal ini pun dapat memperlemah nilai tukar rupiah, sehingga harus diwaspadai," tegas Alwy.
Menurut proyeksi Alwy, hingga tengah tahun nanti, rupiah masih akan bergerak di rentang Rp 16.140–Rp 16.870 per dolar AS. Alwy menilai ruang penguatan bagi rupiah memang terbuka, tetapi risiko pelemahan juga masih ada.
Gabung dalam percakapan