Pisa SC Promosi ke Serie A dan Pengibaran Bendera Palestina

PISA Sporting Club ( Pisa SC Pisa SC mendapatkan promosi ke Serie A, divisi teratas sepak bola Italia, setelah memastikan tempat kedua dalam tabel akhir Serie B. Klub ini meraih total 72 angka dari 38 pertandingannya. Mengingat sisa dua pertandingan saja, tidak ada cara bagi Spezia, yang menempati urutan ketiga dengan 63 poin, untuk menyelipinya.
Dibawah naungan sang pelatih Filippo Inzaghi, Pisa SC menutup tunggu lama guna kembali merumput di ajang paling bergengsi dalam persepakbolaan Italia. Pisa SC sebelumnya sudah sekian musim tidak lagi bertarung di kompetisi tersebut. Serie A pada 1991.
Klub ini semakin menarik perhatian saat mصند Untuk merayakan promosi ke Serie A, para pemain dan Inzaghi mengeborkan bendera Palestina. Seperti yang dilaporkan oleh Instagram jurnalis olahraga Leyla Hamed, ia mengunggah video pengibaran bendera Palestina. " Merayakan promosi Serie A, para pemain dan manajer Pisa Pippo Inzaghi—penyerang legendaris AC Milan dan Italia—mengibarkan bendera Palestina, menyatukan sepak bola dan solidaritas. Forza Pisa !"
Pisa SC Masuk Serie A
Hasil promosi Pisa SC ke Serie A tidak terlepas dari peran penting Matteo Tramoni. Berdasarkan kutipan tersebut, dapat disimpulkan bahwa: Antara , Senin, 5 Mei 2025, pemain sayap ini mencetak 13 gol di Serie B musim ini dan menempati posisi kelima daftar top skor.
Pisa SC juga mengoleksi 59 gol dari 36 pertandingan dan hanya kebobolan 31 gol. Pisa SC menjadi tim dengan pertahanan terbaik kedua di kompetisi tersebut. Pencapaian ini juga dipengaruhi oleh kepemimpinan pelatih Filippo Inzaghi yang telah mengasuh klub ini pada 3 Juli 2024. Inzaghi memiliki rekam jejak baik di Serie B, termasuk saat membawa Benevento promosi ke Serie A pada musim 2019–2020.
Tentang Pisa SC
Diambil dari laman resmi klub tersebut Pisa SC , sepak bola di Pisa bermula di Piazza San Paolo, Ripa d'Arno. Daerah tersebut menjadi lokasi bagi anak-anak untuk memainkan bola buatan tangan menggunakan potongan kain. Kemudian pada tanggal 9 April 1909, sekelompok murid di sana mendirikan Klub Olahraga Pisa.
Pada musim 1963-1964, Giuseppe Donati yang dipilih menjadi presiden dari Pisa SC membangkitkan kembali tim dan klub tersebut. Di tahun 1967-1968, Pisa berhasil naik ke Serie A dan segera mengambil kesempatan itu untuk merenovasi stadionnya. Tetapi, harapan mereka di liga utama cuma berlangsung selama satu tahun saja. Kemudian pada dekade '70-an, Pisa tersandera lagi ke divisi ketiga.
Di tahun 1978, babak baru dalam persepakan bola untuk Pisa terjadi ketika klub tersebut diakuisisi oleh Romeo Anconetani. Selama kurun waktu lima tahun itu, ia berhasil mengantarkan tim ini kembali ke Serie A yang merupakan level tertinggi kompetisi sepak bola Italia setelah absen selama 13 tahun lamanya. Masa periode bersejarah bagi klub ini mencatatkan enam musim bertarung pada ajang Serie A serta sembilan kali partisipasi di Serie B. Prestasi mereka juga ditandai dengan memperoleh gelar juara dua edisi Coppa delle Alpi dan melawan beberapa dari tim-tim tersohor lainnya di kancah Liga Sepakbola Italia.
Pada tahun 1990-1991 menjadi musim terakhir Pisa SC bermain di Liga Utama sebelum mereka menurun prestasi sampai akhirnya jatuh lebih rendah lagi. Musim itu, tim ini berhasil mendapatkan total 22 poin setelah memainkan 34 laga yang mencakup delapan kali kemenangan, enam hasil seri serta dua puluh kekalahan. Setelah periode itu, Pisa tetap bertahan di Serie B selama tiga tahun lamanya. Lalu pada musim 1993-1994, klub ini menghadapi kesulitan finansial sehingga dipastikan gulung tikar dan harus turun kasta ke Eccellenza, yakni divisi kelima dalam struktur kompetisi sepak bola Italia tingkat regional.
Sejak tahun 1994, klub sepak bola Pisa SC telah berkompetisi di liga Serie C 2, Serie C 1, serta puncaknya Serie B. Di awal tahun 2021, Pisa mendapatkan harapan segar saat sebagian besar kepemilikan klub beralih ke tangan Alexander Knaster. Dia adalah wirausahawan bertabur prestasi global dan menjadi individu non-warga negara pertama yang mengambil alih kendali tim tersebut.
Dicky Kurniawan, Zulkifli Ramadhani berkontribusi dalam tulisan ini
Gabung dalam percakapan