Pemeriksaan Kesehatan Gratis bagi Pelajar Sekolah dan Pesantren Dimulai Bulan Juli

RB NEWS.CO.ID – JAKARTA. Pemerintah sudah mengimplementasikan program pengecekan kesehatan tanpa biaya (PKG) sejak tanggal 10 Februari 2025. Sesudah dimulainya kegiatan ini di Puskesmas, akan ada ekspansi untuk melaksanakannya juga di lingkungan sekolah serta pesantren.

Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin menyebutkan, pilot project Pemeriksaan medis tanpa biaya telah digelar di sejumlah sekolah.

"Nanti pada bulan Juli, kami akan memulai program ini. Selain untuk 10.000 puskesmas, kami juga akan menerapkannya di sekitar 200.000 sekolah dan pondok pesantren dimana mereka dapat mengecek kesehatan para siswanya," terang Budi saat menghadiri rapat kerja bersama Komisi IX DPR, Rabu (14/5).

Kemenkes melaporkan bahwa program layanan medis gratis telah menjangkau lebih dari 5 juta individu.

“Ini sejak 10 Februari jalan. Sekarang sudah tembus 5,3 juta orang daftar dan per harinya sudah di atas 187.000 orang. Dari sisi jangkauan seingat saya ini udah di atas makan bergizi gratis,” jelas Budi.

Budi menyebutkan bahwa ada beberapa provinsi yang memiliki jumlah penduduk besar tetapi implementasi dari program pemeriksaan kesehatan gratis di sana belum bisa mengungguli provinsi-provinsi lain. Sebagai contoh, meskipun Jawa Barat adalah provinsi dengan populasi tertinggi, ranking-nya untuk pengecekan kesehatan gratis berada di posisi ketiga. Di bawah Provinsi Jawa Tengah dan Jawa Timur.

Oleh karena itu, tantangan utama pertama ini sungguh sangat bergantung. leadership kepala daerah,” ungkap Budi.

Budi menyebut, data ini sudah dibagikan ke Kementerian Dalam Negeri dan seluruh gubernur. Dengan demikian dapat diketahui mana yang aktif atau kurang aktif dalam mendorong pemeriksaan kesehatan gratis.

"Dengan melakukan pemeriksaan ini, kita dapat mengidentifikasi permasalahan. Setelah semua masalah terungkap, kita harus segera bertindak," kata Budi.

Budi mengambil contoh bahwa di kalangan anak usia balita, masalah kesehatan gigi sangat tinggi mencapai 30%, artinya satu dari tiga anak memiliki gangguan gigi. Sedangkan dalam grup lanjut usia, baru sekitar 28,4% saja yang memiliki tekanan darah dan kadar glukosa darah yang berada dalam batas normal.

Di antara mereka yang berusia lebih dari 60 tahun, persentase penderitahipertensi adalah 44%. Angka tersebut terdapat dalam data. by name by addres. Jadi sekarang di satu sisi bagus ketahuan, kita bisa preventif lebih serius. Kemudian mesti ada edukasinya, mau minum obatnya karena orang – orang seperti ini kalau kita bisa tangani dari sekarang InsyaAllah enggak kena stroke, enggak kena jantung, ginjal,” jelas Budi.

Ketua Komisi IX DPR Felly Estelita Runtuwene menanyakan apa yang dilakukan Kemenkes setelah mengetahui kondisi kesehatan masyarakat setelah PKG.

"Setelah menyadari bahwa mereka menderita penyakit A B C D, langkah selanjutnya apa? Dari angka 5 juta tersebut, apa yang akan dilakukan oleh departemen di masa mendatang? Bukankah tidak cukup hanya dengan pengetahuan semacam ini saja. Saya percaya Presiden menginginkan lebih daripada sekadar pemeriksaan; ia juga berharap adanya lanjutan setelah itu. Misalnya mulai dari persediaan vaksin hingga hal-hal lain," terangkan Felly.

Merespons hal tersebut, Menkes Budi mengatakan, sudah ada tata laksana PKG. Misalnya ketika seseorang terdeteksi terkena diabetes akan mendapat obat gratis di Puskesmas. Atau ketika terdeteksi darah tinggi, juga mendapat obat darah tinggi di Puskesmas.

"Treatmentnya telah tersedia," kata Budi.