Orang-Orang Tenang Sering Gunakan 8 Teknik Psikologis Ini Saat Berada di Sekitar Orang Susah

Ruang Baca News Berurusan dengan individu yang menantang—seperti kolega yang selalu murung, sahabat yang cenderung memanipulasi, atau kerabat yang cepat tersinggung—dapat sangat melelahkan secara emosi bagi kita.

Akan tetapi, ada juga beberapa individu yang dapat mempertahankan ketenangan serta kewaspadaan mereka di tengah kondisi demikian, sebagai jika mereka tidak terpengaruh oleh godaan untukprovokasi.

Apakah mereka tidak merasa terganggu? Sudah pasti terganggu. Namun, mereka mengerti cara untuk menanggapi situasi tersebut, bukannya bertindak dengan gegabah.

Berdasarkan laporan dari Geediting di hari Sabtu (3/5), sesuai dengan penjelasan para ahli psikologi, individu yang mampu bertahan dengan tenang saat berada dalam situasi sosial yang membingungkan cenderung merespons dengan menggunakan serangkaian teknik khusus baik secara mental maupun emosi.

Berikut ini adalah 8 strategi diam-diam yang kerap kali digunakan oleh mereka:

1. Mereka Menangani Respon Fisiologi Melalui Pernapasan

Saat bertemu dengan individu yang menyebabkan kemarahan atau kekecewaan pada diri kita, tubuh cenderung merespons secara instingtif: denyut nadi naik, pernapasan memburuk menjadi lebih cepat, serta otot-otot mengeras.

Orang yang damai menyadari petunjuk dari tubuhnya itu dan langsung mengurangi kecepatan pernapasan mereka.

Berdasarkan teori psikologi kognitif, metode bernapas dengan sengaja dapat memicu aktivasi sistem saraf parasimpatis—yang berfungsi untuk meredakan dan menyegarkan tubuh.

Dengan pernapasan yang disadari, mereka dapat menghindarkan diri dari masuk ke dalam mode "lawan atau lari".

2. Mereka Menentukan Ambang Emosi (Emotional Boundaries)

Orang yang mengalami kesulitan sering berusaha "mentransmisikan" emosi mereka kepada orang lain—membuat kemarahan mereka menjadi marah kita juga.

Seseorang yang damai menyadari bahwa tak perlu ikut terpancing oleh kemarahannya oranglain.

Di bidang psikologi, hal tersebut dikenal sebagai pemisahan emosi—jenis menjaga jarak secara emosional tanpa kehilangan kesadaran akan perasaan.

Mereka mengerti kalau emosi pihak lain bukan beban mereka, serta tak ada kewajiban untuk menolong atau meredakan keadaan hati oranglain.

3. Mereka Mendengar Tanpa Perlu Setuju

Seseorang yang damai tak selalu mencoba untuk bertentangan atau menunjukkan kalau dirinya tepat.

Mereka memahami kekuatan dari active listening—mendengarkan untuk memahami, bukan untuk merespons.

Dengan berada sepenuhnya di sana, mereka dapat mengurangi perselisihan dengan lebih cepat.

Ini juga memberi lawan bicara rasa didengar, yang sering kali cukup untuk menurunkan tensi emosional.

4. Mereka Menyadari Teknik Pengendalian Yang Dipakai

Orang yang kesulitan sering kali menerapkan teknik-teknik pengaruh seperti menuduh, menciptakan rasa bersalah, atau memindahkan pembicaraan.

Orang yang tenang tidak dengan cepat terlibat dalam permainan tersebut karena mereka mengerti dinamika psikologis yang tengah berjalan.

Dengan kesadaran diri yang tinggi (self-awareness), mereka mampu mengenali tanda-tanda manipulasi dan tetap berdiri teguh pada nilai dan batas mereka.

5. Mereka Tidak Memandang Sebagai Hal yang Personal

Satu keterampilan utama bagi mereka yang tetap tenang adalah tidak memandang tiap umpan balik buruk sebagaimana serangan langsung kepada diri sendiri.

Di bidang psikologi, hal tersebut terkait dengan adanya kontrol internal—keyakinan yang mendorong seseorang untuk percaya bahwa mereka memegang kendali atas respon pribadi, daripada dikuasai oleh pandangan atau perilaku orang lain.

Mereka menyadari bahwa amarah atau hal-hal negatif yang ditunjukkan oleh orang lain biasanya lebih menggambarkan situasi dalam diri orang tersebut daripada disalahkan kepada mereka.

6. Mereka Melakukan Pengaturan Ulang Perspektif (Mengubah Cara Pandang Terhadap Suatu Keadaan)

Sebagai gantinya dari menilai kondisi sebagai ancaman atau serangan, individu yang tenang kerapkali menerapkan teknik pengalihan pikiran—yang berarti merombak sudut pandang mereka tentang keadaan itu sendiri.

Misalnya, daripada berpikir “Orang ini menyebalkan,” mereka mungkin berpikir, “Orang ini sedang berjuang dengan emosinya.”

Reframing membantu mereka melihat situasi dengan lebih objektif dan mengurangi intensitas emosi negatif.

7. Mereka Mengerti Waktu yang Tepat untuk Hening

Terkadang, cara terbaik untuk merespons bukan dengan mengatakan apa-apa, tetapi dengan menenangkan diri dalam keheningan.

Bisu tidak berarti lemah, tetapi justru sebuah strategi yang mencerminkan pengendalian diri.

Di bidang psikologi, hal tersebut berhubungan dengan kemampuan self-regulasi yaitu mampu menahan diri dari godaan emosi sesaat demi mencapai tujuan di masa depan.

Mereka sadar bahwa tak setiap argument harus dibalas.

Tidak setiap godaan pantas untuk dijawab.

8. Mereka Menjaga Kesehatan Mental dengan Baik

Tenanglah ketika berada di dekat orang dengan sifat menyulitkan karena itu menuntut ketersediaan energi emosi yang baik.

Seseorang yang tenang umumnya menerapkan rutinitas perawatan diri seperti bermeditasi, menulis jurnal, melakukan latihan fisik, ataupun menyempatkan waktu sebatas untuk memulihkan vitalitas mereka.

Psikologi positif mengutamakan kesetimbangannya dalam berbagi dengan orang lain serta merawat kebutuhan pribadi sendiri.

Mereka tahu bahwa untuk bisa hadir secara sehat dalam hubungan sosial, mereka harus terlebih dahulu sehat secara internal.

Penutup

Ketenangan bukanlah sifat bawaan.

Ia adalah hasil dari latihan, kesadaran diri, dan strategi psikologis yang konsisten.

Orang-orang yang bisa menjaga ketenangan saat berada di antara individu yang sukar belum tentu tak pernah terpengaruh, melainkan mereka paham bagaimana menangani respon mereka secara sehat.

Dengan mengimplementasikan delapan strategi tersebut, kita dapat mempelajari bagaimana menjadi individu yang lebih kuat dan tenang saat berhadapan dengan arus emosi orang lain.