Mengapa Stres Dapat Memicu Gangguan Fisik? Inilah Penjelasannya Berdasarkan Ilmu
Mungkin kau telah merasakannya: kepala berputar tanpa alasan yang pasti, perut terasa tak enak, buang air besar menjadi sering, rasa mual meski engkau tidak memakan makanan seenak itu atau ototmu menegang walau tiada melakukan aktivitas fisik. Setelah menyadari bahwa gejala-gejala tersebut timbul ketika dirimu sedang dalam tekanan emosi, pertanyaan pun bermunculan; apa sih hubungannya antara kondisi mental yang tertekan dengan dampak pada tubuh? “sakit”?
ternyata, tubuh dan pikiran Anda saling terkait eratnya melebihi yang Anda kira. Ketika Anda merasakan stres, otak segera memicu beberapa sistem dalam tubuh guna menangani hal tersebut. “ancaman”, Termasuk sistem saraf, kekebalan tubuh, dan endokrin. Jika kondisi tersebut berlanjut tanpa henti, respons itu dapat berkembang menjadi suatu penyakit fisik.
Berikut adalah lima eksplanasi ilmiah mengenai cara stres dapat berdampak pada tubuh Anda.
1. Sistem Saraf Simpatetik Berfungsi Terlalu Aktif
Ketika Anda merasakan stres, tubuh dengan alami akan memicu responnya fight or flight response, Yaitu respons untuk bertaruh atau menghindar. Hal ini menyebabkan denyut jantung meningkat, pernapasan menjadi lebih cepat, serta otot-otot tegang. Apabila kondisi tersebut berlanjutan secara terus menerus, maka sistem saraf simpatis Anda akan menjadi sangat aktif, yang dapat mencetuskan gejala seperti sakit kepala, rasa nyeri di area leher, hingga detak jantung tidak teratur. (Harvard Health Publishing, 2020)
2. Stres Mempengaruhi Sistim Pencernaan
Kamu pernah merasa perut mules saat gugup? Itu karena stres mengganggu sinyal antara otak dan usus. Penelitian dari Journal of Physiology and Pharmacology (2011) menunjukkan bahwa stres kronis bisa memicu irritable bowel syndrome (IBS), menyebabkan perut kembung, diare, atau sembelit. Otak dan ususmu saling terhubung erat lewat yang disebut gut-brain axis .
3. Peradangan dalam Tubuh Meningkat
Stres menyebabkan pelepasan hormon kortisol, yang biasanya bertugas membantu tubuh melawan inflamasi. Namun apabila stres ini terjadi dalam waktu lama, fungsi kortisol menjadi kurang efektif sehingga malah dapat meningkatkan tingkat inflamasi. Menurut Journal of Psychosomatic Medicine edisi tahun 2004, stres jangka panjang mampu memperburuk kondisi seperti penyakit autoimun, rasa sakit pada persendian, bahkan sampai asma.
4. Mutu Istirahat Berkurang, Badan Juga Merasakan Letih
Ketika kamu stres, otak menjadi kurang efisien “tenang”. Hal ini membuatmu susah untuk tertidur lelap. Kekurangan tidur dapat menggangu proses penyembuhan alamiah tubuh, memperberat keletihannya otot-otot, melemahkan sistem kekebalan, serta mengeraskan sensasi rasa sakitnya. Penelitian yang diterbitkan dalam Sleep Health Journal pada tahun 2017 mencatat bahwa stres dan insomnia justru semakin melengket sehingga saling memperburuk kondisinya.
5. Otot Menegang Terus-menerus
Periksalah bahu atau rahang Anda ketika merasakan stres dan kejang, ya? Itu adalah respons alamiah tubuh kita untuk persiapan menghadapi ancaman. Namun jika otot-otot tersebut tetap berada dalam posisi kencang secara terus-menerus, hal itu dapat memicu rasa sakit di area leher, punggung, hingga kepala tertentu seperti migrain. Menurut American Psychological Association, gejala ini disebut dengan istilah 'muscle tension pain' karena dampak dari stres yang tidak tersebarluaskan.
Ya, Stres tak cuma soal aspek mental, tapi bagian fisik turut merasakan imbasnya. Memahami kaitan tersebut dapat membantu Anda menjadi lebih peka serta menemukan metode pengendalian stres yang baik. Sebab ketika Anda menyembuhkan otak, badan Anda juga akan sembuh bersamanya.
Gabung dalam percakapan