Komdigi Gandeng Sandbox Tingkatkan Kesehatan Melalui AI

Ruang Baca News, JAKARTA - Deputi Menteri Komunikasi dan Teknologi Digital, Nezar Patria, menggarisbawahi kebutuhan untuk meningkatkan serta memantau perkembangan teknologi. kecerdasan buatan (AI) di sektor kesehatan melalui pendekatan sandboxing.
Teknik sandboxing membolehkan jalannya sebuah program di dalam suatu ruang lingkup yang terpisah dan aman, dikenal sebagai "sandbox". Ruang lingkup tersebut mengontrol akses ke berbagai sumber daya lainnya.
Dalam penerapan AI di bidang kesehatan, teknologi ini awalnya hanya akan digunakan secara terbatas dalam area atau sektor spesifik sebelum kemudian dipersiapkan untuk dieksplore ke dalam lingkup yang lebih besar.
Nezar Patria mengungkapkan bahwa sebelum sistem AI diterapkan secara masif, perlu dilalui proses uji coba dalam kondisi terbuka namun tetap terkontrol guna memastikannya siap digabungkan dengan jaringan yang lebih luas.
Menurut Nezar pada hari Minggu (4/5/2025), "Sangatlah vital bahwa AI melewati tahap ini terlebih dahulu. Kita dapat mengevaluasi sejauh mana sistem tersebut mematuhi peraturan, strategi pengelolaan risiko apa yang digunakan, serta apakah hal itu sesuai dengan kegunaan yang diusulkan melalui serangkaian uji coba."
Menurut Nezar dengan menggunakan metode sandboxing, pihak-pihak yang terlibat bisa mengevaluasi beragam sisi teknis maupun etika, seperti siaga operasional serta akibatnya bagi publik.
Dia mencontohkan China negara tersebut menjadi pemimpin dalam bidang pengembangan kecerdasan buatan dengan melakukan uji coba sandboxing pada tingkat lokal sebelum mengekspansi teknologinya secara internasional.
Sudah terlihat bahwa China telah menguasai tahap kecerdasan buatan tingkat lanjut dan memproduksi banyak robot yang dilengkapi dengan teknologi tersebut untuk menyelesaikan berbagai tugas. Sebelum merambah pasar internasional, mereka pertama-tama akan mengujinya dalam lingkungan lokal, sehingga proses pengujian ini sudah dimulai di negeri mereka sendiri.
Nezar juga menekankan kesulitan pada implementasi model Artificial Intelligence Beragensi yang dapat mengambil keputusan secara mandiri.
Resikonya tersebut, selanjutnya, tak bisa dicegah pada saat mengembangkan teknologi canggih, terlebih dalam bidang kesehatan, di mana ancaman dari kecerdasan buatan mencakup aspek teknis, namun juga bersifat sosial dan etika.
"Bila tetap memerlukan intervensi manusia, kita harus memiliki pedoman mengenai 'human in the loop'. Di bidang kesehatan, tantangan bagi teknologi AI sangat signifikan. Misinformation contohnya; ini merupakan sektor paling rentan terhadap disinformasi dan berada di posisi kedua setelah politik. Selain itu, bisa juga terjadi bias akibat keuntungan komersial. Dapat dipastikan akan muncul anjuran medis tanpa melalui proses uji coba klinik," katanya.
Karenanya, Nezar Patria menggarisbawahi kebutuhan untuk menciptakan AI di bidang kesehatan yang didasarkan pada data lokal yang sudah disaring dan diperiksa oleh pakar dalam negeri.
Dengan metode ini, Indonesia dapat mengembangkan sistem kecerdasan buatan yang tak hanya inovatif, namun juga aman, bermoral, dan sejalan dengan prinsip-prinsip Pancasila," tandasnya.
Gabung dalam percakapan