Kerja Berlebihan Bisa Merusak Otak: Dampaknya pada Kesehatan Mental!

RB NEWS - Bekerja melewati waktu telah menjadi elemen integral dalam gaya hidup profesi kontemporer. Dalam lingkungan tempat kerja yang dinamis dan selalu aktif, berbagai pegawai dipaksa untuk meningkatkan durasi bekerja guna mencapai sasaran, melengkapi harapan, atau semata-mata mempertahankan letak mereka di organisasi.

Sayangnya, perilaku tersebut kerap kali dipandang biasa saja, meskipun dampak negatifnya jauh melebihi keletihan fisik semata.

Bukan hanya merusak keseimbangan kehidupan dan mengurangi mutu waktu berkumpul dengan keluarga, bekerja terlalu banyak pun memiliki efek negatif pada kondisi psikis seseorang.

Beberapa penelitian sudah menunjukkan bahwa bekerja terus-menerus dapat memperbesar kemungkinan mengalami stres jangka panjang, masalah tidur, dan bahkan depresi.

Tetapi, apakah Anda tahu bahwa kebiasaan ini tidak hanya mempengaruhi kelelahan mental, melainkan juga dapat merubah struktur otak secara fisik?

Lembur Bisa Ubah Struktur Otak

Dilansir dai Your Tango, Sebuah penelitian berasal dari Korea Selatan mendapatkan hasil yang mencengangkan, yakni individu yang biasa bekerja lembur mengalami modifikasi sebenarnya di beberapa bagian otak mereka, terlebih daerah yang berhubungan dengan tugas-tugas kontrol diri dan pengaturan emosi.

Penelitian ini melibatkan 110 tenaga kesehatan. Dari jumlah tersebut, 32 orang rutin bekerja lebih dari 52 jam per minggu, sementara sisanya memiliki jam kerja normal. Hasil pemindaian otak menunjukkan bahwa kelompok yang lembur memiliki volume materi abu-abu ( gray matter ) yang lebih besar. Materi abu-abu berperan penting dalam pengolahan informasi, memori, dan pengendalian emosi.

Kenaikan kadar zat abu-abu dalam otak dianggap sebagai sesuatu yang baik. Akan tetapi, para ilmuwan masih belum menentukan dengan pasti apakah perkembangan ini menuju kepada peningkatan ataupun malah kemunduran kondisi kesehatan otak. Mereka mencatat bahwa pertambahan itu mungkin adalah respons otak untuk beradaptasi dengan tekanan panjang dan keletihan konstan.

Berdasarkan pendapat David Nield dari ScienceAlert, pertambahan materi abu-abu otak yang disebabkan oleh stimulasi positif seperti mempelajari bahasa baru memiliki perbedaan dengan kenaikan tersebut akibat stres mental berlebihan karena bekerja overtime secara konstan.

Risiko Kesehatan Mental Akibat Kerja Berlebihan

Studi ini memperkuat bukti bahwa kerja lembur berdampak buruk bagi kesehatan mental. Riset dari Stanford menemukan bahwa produktivitas seseorang menurun drastis saat bekerja lebih dari 60 jam per minggu. Bahkan, waktu kerja 60 jam hanya menghasilkan dua pertiga dari output saat bekerja 40 jam.

Sementara itu, laporan dari National Library of Medicine menyebutkan bahwa karyawan yang bekerja lebih dari 60 jam per minggu berisiko 1,4 kali lebih tinggi mengalami depresi, dan 1,66 kali lebih besar mengalami gangguan mental. Namun, memiliki hobi atau aktivitas relaksasi bisa membantu meredam efek negatif lembur tersebut.

Bisa Dipulihkan dengan Membatasi Lembur

Perubahan pada otak akibat lembur bisa dipulihkan setidaknya sebagian. Hal ini disampaikan oleh Joon Yul Choi, penulis studi sekaligus profesor di Departemen Teknik Biomedis Universitas Yonsei. Ia menekankan bahwa membatasi jam lembur adalah langkah penting untuk menjaga kesehatan otak dan mental.

Bekerja dengan giat tentu diperlukan, namun menjaga kesehatan sangatlah vital. Hanya ada satu badan serta pikiran yang kita miliki; pekerjaan baru dapat dicari lagi tetapi kerusakan pada kesehatan sulit untuk diatasi.

Dimulai dengan mengutamakan waktu tidur, mengejar hobi Anda, serta tidak sungkan menyampaikan batas atas tugas yang membuat lelah.