Hoaxes Terkait: Aplikasi Bluetooth untuk Mendeteksi Status Vaksinasi COVID-19
Isu terkait vaksin COVID-19 yang menyebar di dunia maya tetap menjadi perbincangan. Sesudah adanya klaim bahwa vaksin messenger RNA atau vaksin mRNA untukCOVID-19 dapat mengakibatkan dampak samping dariMpox, kini bermunculan pula informasi tentang suatu aplikasi berbasis tersebut. bluetooth untuk mengenali individu yang telah menerima imunisasi vaksin Covid-19.
Akun Facebook bernama " Jefri Papahnya Aqiela ” ( arsip ) menyebarkan cerita ini bersama dengan tautan untuk mengunduh aplikasi pengecekan BLE. Aplikasi tersebut diklaim dapat menampilkan status "صند vaccinated” bila seseorang telah menerima imunisasi.
“ Unduh dan pasang di ponsel Anda, aplikasi ini dapat digunakan dalam mode offline tanpa memerlukan sinyal seluler atau Wi-Fi aktif; cukup hidralkan Bluetooth-nya. Bagi mereka yang telah menerima vaksin COVID atau mengenal seseorang yang sudah divaksin, silakan periksa menggunakan aplikasi BLE SmartDiscover. ," demikian tertulis dalam unggahan tersebut.
Selama empat hari berkelana di Facebook, yaitu mulai Jumat (16/5/2025) hingga Selasa (20/5/2025), postingan Ini telah disenangi oleh 65 orang dan dibagikan ulang sebanyak 14 kali. Tambahan pula, postingan ini pun mendapatkan 17 komentar.
Jika menilik kolom komentarnya, mayoritas warganet terlihat mengeluhkan aplikasi yang tidak bisa diunduh, tapi ada pula yang memperlihatkan tangkapan layar aplikasi dengan tulisan “ vaccinated”.
Lantas, benarkah orang yang telah divaksin Covid-19 bisa dideteksi dengan aplikasi berbasis bluetooth?
Penelusuran Fakta
Tim Riset Tirto pada awalnya memeriksa link aplikasi yang bersifat bluetooth Yang dilampirkan adalah akun uploader. Link tersebut menuju ke sebuah aplikasi. Bluetooth Smart Discover yang dihasilkan oleh Microchip Technology Inc.Aplikasi tersebut mampu menyatu dengan perangkat Bluetooth Low Energy (BLE). Sehingga aplikasi ini dapat mendeteksi semua perangkat yang sudah tersambung atau masih mencari koneksi. bluetooth .
Meskipun begitu, cerita dari individu yang telah menerima vaksin COVID-19 dapat dideteksi melalui platform berbasis tersebut. bluetooth Sebenarnya hal tersebut adalah sebuah teori konspirasi yang telah lama berputar. Tipe klaim seperti itu sering dikaitkan dengan cerita bahwa vaksin Covid-19 yang diberikan menyimpan mikrochip atau magnet.
Saat Tim Riset Tirto Melalui pencarian di Google, kita mengetahui bahwa ada klaim tentang individu yang sudah mendapatkan vaksin COVID-19 dapat dikenali melalui sebuah aplikasi berbasis cloud. bluetooth telah diumumkan sebagai tidak sah oleh Kementerian Komunikasi dan Digital ( Komdigi ).
Sebenarnya, tubuh yang telah mendapatkan vaksinasi tidak akan bisa berhubungan dengan tersebut. bluetooth karena vaksin mengandung berbagai zat kimia yang tidak dapat memancarkan sinyal radio dalam jarak dekat.
Meskipun demikian, Kementerian Kesehatan (Kemenkes) telah mengklarifikasi bahwa tidak ada konten mikrochip magnetis di dalam vaksin Covid-19. situs Gambarannya, Ketua Indonesia Technical Advisory Group on Immunization (ITAGI), Profesor Sri Rezeki Hadinegoro, menyatakan bahwasanya ukuran lobang jarum suntikan begitu sempit hingga tak terdapat butiran magnetik pun yang mampu menembusnya.
"Vaksin terdiri dari protein, garam, lemak, serta pelarut, dan tidak mengandung logam. Oleh karena itu, penting untuk menjelaskan bahwa informasi tersebut adalah hoaks," ucapnya, merujuk pada situs web Kementerian Kesehatan.
Lebih lanjut lagi, juru bicara vaksinasi COVID-19 dari Kementerian Kesehatan, Siti Nadia Tarmidzi menyampaikan bahwa vaksin terdiri atas komponen aktif dan tidak aktif. Komponen yang bersifat aktif memuat antigen sedangkan bagian yang tak aktif memiliki zat penguatan kestabilannya. Tujuannya adalah untuk melestarikan mutu vaksin sehingga tetap dalam kondisi prima ketika diberikan kepada pasien melalui suntikan.
Menurut Nadia, volume cairan yang diberikan pada tiap individu adalah 0,5 cc saja dan akan cepat tersebar ke dalam semua jaringan terdekat, sehingga tak ada sisa cairan.
Pernyataan bahwa orang yang telah mendapatkan vaksin dapat menghasilkan sinyal tersebut. bluetooth Ini pun pernah dinamakan sebagai mitos oleh Public Health Communications Collaborative (PHCC). situs Gambar resmi tersebut menegaskan bahwa vaksin COVID-19 tidak mengandung mikrochip, termasuk jenis yang dapat menyambungkan peralatan secara nirkabel. bluetooth .
PHCC didirikan pada Agustus 2020 oleh CDC Foundation, de Beaumont Foundation, dan Trust for America’s Health dengan tujuan memberikan informasi yang tidak berpihak mengenai pandemi COVID-19.
Kesimpulan
Temuan dari penyelidikan fakta mengindikasikan bahwa program yang didasarkan pada bluetooth untuk mengidentifikasi individu yang telah menerima vaksin COVID-19 merupakan informasi yang keliru dan bisa membingungkan false & misleading ).
Klaim tersebut telah dibantah oleh Kementerian Komunikasi dan Digital (Komdigi). Cerita seperti itu sering dikaitkan dengan tudingan bahwa vaksin COVID-19 yang diberikan mengandung mikrochip atau magnet.
Meskipun demikian, Kementerian Kesehatan (Kemenkes) telah menyangkal tentang kemungkinan adanya chip mikro magnet di dalam vaksin Covid-19. Melalui laman webnya, Ketua Indonesia Technical Advisory Group on Immunization (ITAGI), Profesor Sri Rezeki Hadinegoro, menyatakan bahwa ukuran lobang pada jarum suntik terlalu kecil untuk memungkinkan partikel magnetik melintasinya.
==
Apabila pembaca mempunyai masukan, gagasan, pendapat ataupun penolakan atas pernyataan yang diuji faktabilitasnya oleh Periksa Fakta dan Decode, silakan kirimkan kepada alamat surel factcheck@RB NEWS.
Gabung dalam percakapan