Fakta Tersembunyi Dibalik Uji Coba Vaksin TB Bill Gates di Indonesia

JURNAL NGAWI - Vaksin M72/AS01E merupakan calon vaksin paling baru yang dihasilkan dengan tujuan mencegah penyakit tuberculosis (TB) pada orang dewasa yang telah terpapar bakteri TB.

Vaksin yang dikembangkan oleh GlaxoSmithKline (GSK) dan didukung oleh Bill & Melinda Gates Foundation saat ini sudah berada dalam tahap uji klinis fase 3 di sejumlah negara seperti halnya Indonesia.

Indonesia dipilih karena merupakan negara dengan beban kasus TBC tertinggi ketiga di dunia, dengan lebih dari 1 juta kasus baru setiap tahunnya. Infrastruktur riset yang kuat dan dukungan dari pemerintah menjadikan Indonesia lokasi strategis untuk uji coba vaksin skala besar.

Uji coba vaksin TB berlangsung dengan metode ganda buta serta randomisasi (acak). Uji ini mencakup 2.095 partisipan dari Indonesia dan sekitar 20.000 partisipan di skala dunia. Inilah tahapan-tahapannya:

  • Pemilihan Volunter: Didasarkan pada standar kesehatan yang sangat selektif.
  • Persetujuan Informasi: Peserta mengesahkan dokumen informed consent.
  • Penyerahan Vaksin atau Plasebo: Terjadi tanpa peserta maupun peneliti mengetahuinya (double-blind).
  • Pemantauan Kesehatan: Dilakukan berkala hingga beberapa tahun untuk mengukur efektivitas dan efek samping.

Uji coba ini dilaksanakan berdasarkan Pedoman Uji Klinis yang Baik (CUKB) yang ditetapkan oleh pemerintah serta mematuhi standar internasional.

Badan Pemeriksa Obat dan Makanan (BPOM) sudah mengeluarkan izin formal untuk melakukan tes klinis pada vaksin tuberculosis M72/AS01E di tanah air. Sebagaimana disampaikan dalam pengumuman resminya, BPOM menyatakanbahwa:

  • Setiap tahap proses sudah melalui penilaian ilmiah serta aspek etika.
  • Uji klinis dijalankan dengan terbuka dan sécura.
  • Tidak ada paksaan atau eksploitasi terhadap masyarakat Indonesia.

Pemerintah juga menolak anggapan bahwa masyarakat Indonesia menjadi “kelinci percobaan”, menegaskan bahwa partisipasi bersifat sukarela dan dilindungi hukum.

Satu tujuan pokok dari percobaan klinik tersebut ialah mengevaluasi keselamatan vaksin. Beberapa informasi penting di antaranya adalah sebagai berikut:

  • Telah melewati tahapan 1 dan 2B dengan indikasi aman yang memuaskan.
  • Menyediakan proteksi sebesar 50% dari peningkatan penyakit TBC aktif.

Dampak negatif yang sering kali muncul mencakup:

  • Nyeri di lokasi suntikan
  • Demam ringan
  • Kelelahan sesaat

Tidak ada dampak negatif berat yang muncul dalam tahap pengujian sebelumnya.

Ahli immunologi dari Universitas Airlangga menggarisbawahi bahwa vaksin tersebut cukup aman dan berpotensi menjadi jawaban jangka panjang untuk mengontrol TBC. ***