Efek Kemelambatan Pertumbuhan Ekonomi Indonesia: Analisis Mendalam

RB NEWS , Jakarta - Perekonomian Indonesia mengalamiperlambatan selama tiga bulan awal tahun 2025, dengan pertumbuhan ekonomi hanya mencapai 4,87 persen dibandingkan 5,02 persen pada periode yang sama tahun lalu.

Angka tersebut juga di bawah angka pertumbuhan sebesar 5,11% pada kuartal keempat tahun 2024, mengindikasikan adanya tekanan yang terus mempengaruhi ekonomi dalam negeri.

Pertumbuhan ini mencerminkan lesunya perekonomian nasional. Lantas, apa dampaknya?

1. Menurunkan Kepercayaan Investor

Sayfruddin Karimi dari Ekonomi Universitas Andalas menyebutkan, adanyaperlambatan pertumbuhan ekonomi berpotensi menurunkan tingkat kepercayaan investor, memperlambat aliran investasi, dan melemahkan daya beli masyarakat. Ia menjelaskan bahwa stagnasi pendapatan yang disebabkan oleh lesunya aktivitas usaha dan pemutusan hubungan kerja, ditambah dengan kenaikan harga kebutuhan pokok akan semakin menekan daya beli masyarakat.

Keadaan tersebut pada akhirnya mengakibatkan pengurangan dalam pemakaian barang oleh keluarga-keluarga, hal itu selanjutnya membuat laju perkembangan ekonomi menjadi lebih lambat serta meningkatkan tingkat kesusahan finansional, terlebih bagi golongan warga kurang beruntung yang hanya mendapat dukungan sosial sangat minim.

2. Angka Pengangguran Meningkat

Menurut Ekonom dari Institut Bright Awalil Rizky, perlambatan perkembangan ekonomi Indonesia mengindikasikan penurunan produktivitas barang dan layanan lokal. Walaupun ekonomi tetap bertambah, kecepatan pertumbuhannya kurang cepat daripada masa lalu. Fenomena tersebut sangat berkaitan dengan pengurangan jumlah investasi serta penyesuaian dalam pemakaian tenaga kerja.

Penurunan investasi akibat dampak menurunnya pertumbuhan ekonomi diyakinai dapat menyebabkan kenaikan jumlah orang yang menganggur. Menurut proyeksi IMF, angka pengangguran di Indonesia diprediksikan meroket menjadi 5,0% pada tahun 2025 dan tetap stabil di posisi 5,1% sampai dengan tahun 2028.

3. Kekuatan Pembelian Berkurang dan Tingkat Kemiskinan Naik

Meningkatnya angka pengangguran akan berdampak pada daya beli masyarakat. Semakin besar jumlah orang yang kehilangan pekerjaan tentu akan berdampak pada konsumsi masyarakat. Syafruddin mengatakan, pendapatan masyarakat yang stagnan, jumlah pengangguran yang meningkat ditambah dengan harga barang yang naik akan menekan daya beli masyarakat. Kelompok masyarakat yang rentan akan mengurangi belanja. Kelompok rentan ini berpotensi menambah jumlah angka kemiskinan.

4. Penerimaan Negara Terganggu

Penurunan kemampuan pembelian masyarakat ikut mengganggu potensi pendapatan negara, terutama berasal dari segmen pajak penghasilan dan pajak penjualan. Selain itu, pemasukan dari bea cukai serta pendapatan lain di luar pajak pun memiliki risiko untuk merosot. Tantangan tambahan hadir dari perkiraan harga barang-barang global yang diperkirakan akan lebih rendah dan keraguan tentang sumbangan keuangan BUMN membuat pemerintah kesulitan mencapai tujuan fiskal mereka pada tahun ini.

perlambatan ekonomi ini turut memberikan pengaruh besar pada bidang fiskal, lebih tepatnya berkaitan dengan pendapatan negara. Ketika perlambatan terjadi, pertumbuhan ekonomi Yang diperkirakan hanya mencapai 4,7%, Awalil menyatakan bahwa sasaran pendapatan pajak senilai Rp 2.490 triliun hampir pasti tak bakal terealisasi.

5. Stagnasi Gaji

Dikutip dari fastercapital, Ketika kondisi perekonomian melemah, para pemilik usaha umumnya menghindari penambahan gaji bagi pekerjanya atau malah berpotensi mengurangi upah tersebut. Di tengah skenario seperti itu, calon pegawai seringkali dipaksa untuk menerima tawaran dengan tingkat pembayaran yang jauh dibawah ekspektasi mereka saat perekonomian dalam keadaan bagus. Keadaan ini dapat menciptakan beban finansial serta mendesak mereka melakukan pengorbanan yang kemungkinan belum pernah ada dalam pikiran mereka sebelumnya.

Intan Wahyuningtyas, Afron Mandala Putra serta Riani Sanusi Putri turut menyumbangkan pemikiran mereka pada tulisan ini.