7 Risiko Berlebihan Zat Besi: Bisakah Mengancam Nyawa?
Besiyalah salah satu unsur mineral terpenting yang secara khusus dibutuhkan oleh sel darah merah. Unsur ini merupakan komponen esensial pada hemoglobina, yaitu protein yang ada di dalam sel darah merah tersebut. Peranan hemoglobin yakni membawaoksigen menuju setiap sel dalam tubuh kita.
Walaupun besi merupakan mineral yang esensial, namun hal itu dapat menjadi berisiko apabila dikonsumsi secara berlebihan. Berlebihan zat besi di dalam tubuh disebut dengan hemokromatosis.
Sebenarnya, zat besi memiliki sifat yang sangat berbahaya sehingga proses penyerapannya melalui saluran pencernaan diatur secara ketat. Hal ini penting untuk mengurangi dampak negatif akibat konsumsi zat besi berlebih. Apabila sistem perlindungan ini tidak bekerja dengan baik, maka bisa menyebabkan gangguan kesehatan.
Berikut ini akan dijelaskan berbagai risiko yang muncul akibat penumpukan zat besi.
1. Kanker
Konsentrasi zat besi yang tinggi bisa menyebabkan kanker baik pada binatang maupun manusia. Akan tetapi, pengeluaran darah dengan cara rutin seperti saat mendonorkan darah mampu menurunkan peluang tersebut.
Penelitian observasional mengindikasikan bahwa konsumsi berlebihan dari zat besi heme dapat meningkatkan peluang menderita kanker kolorektal. Zat besi heme memiliki potensi untuk mendukung pembentukan senyawa N-nitroso yang merangsang perkembangan kanker dalam sistem pencernaan.
2. Infeksi

Sama seperti kelemahan, kelebihan zat besi juga dapat meningkatkan risiko Anda terkena infeksi. Alasannya ada dua:
- Imunitas memanfaatkan zat besi dalam proses mengeliminasi bakteria berbahaya. Beberapa jumlah zat besi diperlukan guna menangkal infeksi.
- Kenaikan tingkat zat besi yang tidak terikat dapat mendorong perkembangan bakteri serta virus. Akibatnya, berlebihan dalam hal ini bisa memberikan dampak negatif dan memperbesar kemungkinan mengalamiinfeksi.
Beberapa penelitian menyebut bahwa suplementasi zat besi dapat meningkatkan frekuensi dan tingkat keparahan infeksi.
3. Toksisitas zat besi
Toksisitas zat besi dipicu oleh konsumsi zat besi dosis tinggi dalam waktu yang lama atau dengan overdosis tunggal.
Dosis tunggal antara 10 hingga 20 mg/kg dapat memicu beberapa gejala toksisitas zat besi. Dosis yang lebih besar dari 60 mg/kg dapat memicu kematian.
Kelebihan zat besi dapat merusak sistem pencernaan. Gejala toksisitas zat besi antara lain:
- Mual.
- Muntah.
- Diare.
- Sakit perut.
Seiring waktu, zat besi dapat menumpuk di organ, dan memicu kerusakan fatal pada hati atau otak.
4. Kerusakan hati

Hati adalah salah satu organ yang sangat sensitif terhadap efek zat besi. Karena alasan ini, banyak orang dengan hemokromatosis akan mengalami beberapa tingkat kerusakan hati.
Rusak hati umumnya tidak memunculkan tanda-tanda yang terlihat di awal, namun bisa dideteksi saat melakukan tes hemokromatosis.
Apabila overload zat besi sudah menyebabkan kerusakan yang cukup parah pada lever, beberapa tanda dan gejala ini mungkin akan timbul:
- Kelelahan dan kelemahan.
- Kehilangan nafsu makan.
- Kehilangan berat badan.
- Kulit gatal.
- Sakit tekanan atau rasa sakit di area jantung.
- Mata serta kulit terlihat kekuningan.
5. Diabetes
Hemokromatosis mengakibatkan penyerapan zat besi berlebihan oleh tubuh dari asupan makanan. Zat besi tambahan ini tersimpan dalam organ-organ termasuk pankreas. Akhirnya hal itu merusak pankreas dan membuat organ tersebut gagal memproduksi insulin secara optimal.
Tubuh butuh insulin untuk membantu glukosa (gula) masuk ke dalam sel. Orang dengan diabetes yang tidak diobati memiliki terlalu banyak glukosa dalam darahnya karena mereka tidak memiliki cukup insulin.
Oleh karena itu, kenaikan kadar zat besi di dalam darah bisa menghancurkan pankreas, sehingga organ tersebut kehilangan kemampuan untuk memproduksi insulin secara optimal. Inilah yang menjadi sumber dari diabetes sekunder akibat hemokromatosis.
Jika mengalami gejala diabetes di bawah ini, segera berkonsultasi dengan dokter:
- Sering buang air kecil.
- Menjadi sangat haus.
- Terlihat lebih letih daripada umumnya.
- Menurunkan berat badan dengan mudah.
- Gatal di area genital atau yang biasa disebut kandidiasis.
- Luka memerlukan masa pemulihan yang lebih panjang.
- Penglihatan kabur.
6. Gangguan jantung

Manfaat zat besi pada jantung dapat mempengaruhi kapabilitasnya dalam mendistribusikan aliran darah sesuai dengan keperluan tubuh. Kondisi ini dikenali sebagai gagal jantung kongestif.
Manfaat berlebih dari zat besi mampu mengarah ke ritme jantung yang tak teratur, dikenal sebagai aritmia. Pengendapan ekstra zat besi pada jantung pun dapat menciderai otot jantung atau disebut kardiomiopati.
Hal ini kemudian bisa mengarah pada gangguan jantung, suatu situasi di mana jantung terlalu hancur untuk bisa memompakan darah secara efektif keseluruhan bagian tubuh.
Gejala gagal jantung, meliputi:
- Sesak napas.
- Kelelahan ekstrem dan kelemahan.
- Bengkak terjadi di kaki serta pergelangan kakinya.
7. Radang sendi
Dalam kondisi ekstrem dan kronis dari penumpukan zat besi berlebihan, sendi bisa terkena dampaknya dengan mengalami kerusakan. Keadaan tersebut disebut peradangan pada sendi atau artritis. Ciri-ciri paling umum dari peradangan sendi mencakup hal-hal seperti:
- Nyeri persendian, terutama di sekitar jari-jemari.
- Sendi terasa kaku.
- Bengkak atau merah di sekitar sendi.
Gejalanya bisa dikurangi melalui latihan pernapasan, menggunakan obat penahan nyeri, serta mengonsumsi obat-obatan kortikosteroid. Apabila ada kerusakan yang cukup parah, mungkin dibutuhkan prosedur pemasangan sendi buatan, misalnya untuk pinggul atau lutut.
Manfaat zat besi atau hemokromatosis merupakan suatu kondisi yang bisa mengakibatkankan permasalahan signifikan. Akan tetapi, gangguan tersebut cukup berpotensi untuk disembuhkan, khususnya apabila ditangani sedari awal.
Referensi
Sisi Gelap Besi - Mengapa Terlalu Banyak Merugikan. Healthline Diakses pada bulan April tahun 2024.
"What Happens if You Take Too Much Iron?" News Medical Life Sciences. Diakses pada April 2024.
"Haemochromatosis and Diabetes." British Diabetic Association . Diakses pada April 2024.
"Hemochromatosis." Mayo Clinic Diakses di bulan April tahun 2024.
Gabung dalam percakapan