Refleksi tentang Semangat Islam dalam Memerdekakan Diri dari Penindasan

Oleh: Muh Ramsi SP

Ketua Divisi Pendidikan Tertinggi, Kehidupan Mahasiswa, dan Pemuda dari HMI Cabang Barru

Jogjandroid Blog - Islam merupakan salah satu agama samawi yakni agama yang turun langsung dari langit berdasarkan wahyu Allah SWT yang diberikan kepada Para Rasul untuk kemudian disebarkannya kepada seluruh insan.

Islam sampai saat ini sudah menjadi subjek studi yang luas bagi berbagai ahli dan pemikir. Berdasarkan penelitian mereka, telah muncul bermacam-macam interpretasi dan pemahaman mengenai agama Islam.

Islam yang diidentifikasi secara unik sebagai agama tungan, tetapi interpretasi tentang hal tersebut bisa menghasilkan perspektif yang bervariasi.

Perbedaan dalam sudut pandang atau interpretasi ini tak lepas dari beragam elemen yang memengaruhi hal tersebut, termasuk pengalaman pribadi, setting kerangka pikir, jaringan sosial, dan lain-lain.

Perspektif atau cara berpandangan serta paradigma memainkan peranan yang sangat signifikan dalam mengarahkan bentuk pikiran Islam, apakah digunakan sebagai metode penelitian atau sebagai dasar untuk pengertian dan pemahaman.

Diskusi pada kesempatan ini bertujuan untuk memperkenalkan kembali cara pandang Islam yang kritis melalui metode pendekatan paradigma kritis.

Paradigma kritis cenderung membahas pemahaman yang bersifat holistik, terutama yang berhubungan dengan struktur sosial. Di dalam kerangka ini, keadilan dijadikan asas utama.

Di luar itu, ia juga mengutamakan pencarian akan dasar-dasar teologis, cara-cara kerja, serta tindakan-tindakan yang bisa mendukung perubahan sosial.

Dukungan untuk kelompok kurang beruntung dan tertindas tak sekadar dipengaruhi oleh Al-Quran, melainkan juga berasal dari pemikiran mendalam tentang sistem yang sudah ada.

Islam telah menjadi jalan pemelepasan bagi orang-orang yang tertindas dan berperan dalam mengubah sistem eksploitasi menjadi satu yang lebih adil.

Terdapat berbagai pendekatan kritis di antara pikiran-pikiran Islam untuk menginterpretasikan sistem Islam yang berkembang saat ini. Sebagaimana ditampilkan dalam buku "Teologi Pembebasan" oleh Asghar Ali Engineer.

Teologi pembebasan yang memperkenalkan pendekatan pemikiran kritis di mana aspek pembebasan menjadi sentral dalam alat analisinya.

Misalnya, Asghar Ali menginterpretasikan bahwa urutan pesan yang diberikan Nabi Muhammad Saw. adalah suatu bentuk pembebasan dari era kegelapan jahiliyah menuju masa penerangan Islam; oleh karena itu ia menamakan Nabi Muhammad SAW sebagai juru pembebas.

Tidak hanya itu, paradigma kritis juga hadir dalam konsep "Kiri Islam" Hasan Hanafi yang merupakan proyek Hasan Hanafi dalam rangka melawan dominasi sistem kapitalisme dalam dimensi sosial, ekonomi dan politik.

Di sebelah kiri, Islam seperti sebuah nyalaapi yang enggan padam dalam mendorong semangat perjuangan melawan penindasan.

Pada awal kemunculannya, teologi pembebasan hadir di Eropa pada abad ke-20 sebagai maksud untuk melihat peran agama dalam membebaskan manusia dari ancaman dosa sosial dan menawarkan paradigma kritis untuk memperbaiki sistem sosial yang ada.

Dominasi kuasa baik itu negara, agama, tradisi dan yang lainnya ketika sudah terbentuk akan cenderung melanggengkan status quo yang menindas kelas sosial yang berada di bawahnya.

Pemahaman tentang teologi yang bersifat transendental dan rasional, yang hanya berkutat dalam upaya memahami Tuhan dan iman secara rasional yang menurut para pemikir menimbulkan kemandekan berpikir, bertindak, dan menjauhkan agama dari masalah-masalah konkret.

Teologi yang membatasi diri pada penyampaianajaran agama terkait hal-hal pribadi, menyarankan kepada publik untuk bersabar saat menghadapi kesulitan, serta memberikan penghibatan bagi kaum kurang beruntung dan tersisih dengan janji surgawi di akhirat.

Agama seharusnya mampu secara nyata melibatkan diri dalam permasalahan yang dihadapi oleh umatnya dan berpihak kepada mereka yang tertindas.

Agama dan teologi tidak seharusnya meninabobokan umatnya, melainkan harus memberikan dorongan kepada masyarakat terkhususnya umat beragama untuk melakukan perubahan.

Masyarakat atau umat beragama harus disadarkan bahwa penderitaan dan kemiskinan bukanlah sesuatu yang tiba-tiba jatuh dari langit, melainkan dampak dari struktur sosial, ekonomi dan politik yang berlaku.

Teologi yang ada pada masa kini kebanyakan dipegangi oleh mereka yang ingin menjaga kondisi sekarang tetap seperti adanya.

Teologi itu lebih condong pada aspek ritual, dogma, dan metafora. Sementara itu, esensi dari Islam sebenarnya adalah sumber pemelebaran hak yang melawan tendensi eksploitasi, penindasan, dan ketidakadilan.

Islam datang untuk mengubah keadaan saat ini dan melepaskan kelompok yang teraniaya seperti halnya Islam melawan praktik bunga, perbudakan, ketimpangan ekonomi, dan ketidakegalanpolitikan.

Pengajaran tentang kesendirian ilahi di sini merupakan suatu pencerahan terhadap Kekuatan Yang Maha Besar, sehingga apabila ada individu yang mengexploitasi dan mendesak rakyat, maka orang itu telah kehilangan prinsip ketauhidannya. (*)