IHSG Mulai Pelemahan Hari Ini, Dipengaruhi Krisis Eksternal

PIKIRAN RAKYAT - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) terbukti lagi-lagi berada dalam zona merah saat pembukaan perdagangan hari Rabu, 9 April 2025. Hal ini mengindikasikan bahwa tekanan di sektor bursa saham Indonesia masih tinggi dan belum reda setelah goncangannya kemarin.
Menurut data yang diberikan oleh Bursa Efek Indonesia (BEI), Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dimulai dengan penurunan sebesar 17,70 poin atau 0,30 persen hingga level 5.978,44. Di samping itu, indeks LQ45—which reflects the performance of 45 leading stocks— juga sedikit merosot 1,00 poin atau 0,15 persen menuju angka 666,77.
Meneruskan Kekuatan Lemah Kemarin
Di sesi penutupan trading pada hari Selasa, tanggal 8 April 2025, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) tercatat merosot drastis sekitar 514 poin atau turun 7,9% hingga angka 5.996. Pada saat tersebut, total ada 710 buah saham yang menunjukkan tren pelemahan, sementara hanya 33 saham saja yang berhasil bergerak naik, dengan sisanya yaitu 215 saham tidak banyak bergeser posisi mereka.
Tim Analis Pilarmas Investindo Sekuritas mengatakan bahwa penurunan IHSG dipicu oleh ketidakefektifan tindakan nyata pemerintah dalam menanggapi keputusan tariff yang diumumkan oleh Presiden AS, Donald Trump.
"Secara domestik, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) menunjukkan penurunan yang signifikan. Pernyataan pihak berwenang mengenai pembatasan tariff dari Amerika Serikat tidak sesuai dengan harapan pelaku pasar," jelas para ahli di Pilarmas dalam laporannya.
Sebagai sektor dengan penurunan terparah, bahan baku merosot sebanyak 10,55 persen, disusul oleh sektor keuangan serta sektor energi. Saham-saham yaitu INCO, MAPI, SMGR, MDKA, dan MBMA menjadi pemimpin dalam daftar penyusutan indeks LQ45.
Jumlah perdagangan saham mencapai angka yang signifikan, yaitu sebanyak 22,38 miliar lembar saham melalui 1,42 juta transaksi terpisah, menghasilkan nilai keseluruhan senilai Rp20,94 triliun. Akan tetapi, nilai pasarnya menurun menjadi Rp10,28 triliun.
Eksternal Dinamika Masih Mengaburkan Pandangan Pasar
Ketidakstabilan di pasar saham Indonesia tetap disebabkan oleh keputusan tariff yang ditingkatkan oleh pemerintahan Amerika Serikat. Minggu ini, Trump menyatakan niatnya untuk menerapkan tariff sebesar 50% pada produk-produk impor dari Tiongkok serta Indonesia, dengan syarat kedua negara itu tak membatalkan biaya masuk atas komoditas-komoditas AS.
"Tiongkok secara jelas mengambil sikap terhadap ultimatum Trump yang mereka sebut sebagai 'pengancaman'. Mereka menyatakan akan melindungi kepentingan nasional mereka," demikian dijelaskan oleh Pilarmas Investindo dalam laporannya.
Tension between these two major world economies has exacerbated global sentiment, which in turn has dragged down stock indexes in developing countries, including Indonesia.
Alternatif Rute Negotiation, pasar internasional menilai positif
Hendra Wardana, pendiri Stocknow.id dan juga analis pasar, menjelaskan bahwa tindakan pemerintah Indonesia yang lebih memilih jalan negosiasi dibandingkan dengan balasan atas kebijakan tariff Amerika Serikat merupakan indikator baik untuk kondisi pasaran.
"Keputusan pemerintah untuk mengambil langkah negosiasi daripada memberikan balasan, dipandang sebagai hal yang positif oleh pasar global karena ini mencerminkan bahwa Indonesia masih bersikap terbuka bagi investor serta berkomitmen pada kestabilan dalam jangka waktu lama," ungkap Hendra ketika diwawancara dari Jakarta, Rabu, 9 April 2025.
Menurut dia, sejumlah taktik perundingan sudah dipersiapkan oleh pemerintah Indonesia, diantaranya adalah:
- Penurunan persyaratan Tingkat Kandungan Dalam Negeri (TKDN) dalam bidang teknologi informasi dan komunikasi (ICT),
- Penilaian atas pembatasan eksportir impor barang ke/ dari Amerika Serikat,
- Kenaikan pasokan barang-barang pertanian dan energi dari Amerika Serikat, seperti minyak dan gas bumi,
- Fasilitas pajak dan non-pajak, contohnya penurunan tarif impor, PPh impor, serta PPn impor.
"Penyesuaian ketentuan TKDN di bidang ICT, tinjauan kembali pembatasan impor tertentu, serta agenda meningkatkan ekspor hasil pertanian dari AS merupakan elemen dalam taktik perundingan yang dirancang oleh pemerintahan," jelas Hendra.
Diplomasi Menjadi Kuncinya untuk Mempertahankan Stabilitas Pasar
Pada saat yang sama, berdasarkan data dari Kementerian Perdagangan, pihak berwenang di Indonesia sedang merancang serangkaian strategi diplomatik dalam wujud rancangan spesifik untuk didiskusikan bersama U.S. Trade Representative (USTR) di Washington D.C. Usulan salah satunya mencakup pembaruan kembali perjanjian kerangka Kerjasama perdagangan dan investasi (Trade & Investment Framework Agreement/TIFA) antara Indonesia dengan Amerika Serikat.
"Hingga saat ini, para diplomat Indonesia sudah membangun komunikasi dengan USTR dan sedang menantikan proposal spesifik dari pihak Indonesia," jelas Hendra.
Tahap ini dianggap menjadi langkah signifikan guna merestore kepercayaan para investor serta merestorasi keseimbangan pada bursa efek domestik yang sempat anjlok selama dua hari belakangan. ***
Gabung dalam percakapan