Thailand Diambang Skandal Besar: Federasi Dilaporkan Jual Data Tim Nasional ke Malaysia

RB NEWS Federasi Sepak Bola Thailand (FAT) dihadapkan pada tudingan besar-besaran oleh media lokal setempat atas dugaan penyalahgunaan informasi pertandingan sepak bola untuk diserahkan kepada pihak Malaysia. Hal ini diklaim menjadi salah satu penyebab kegagalan tim nasional dalam rentetan pertandingan berturut-turut dalam beberapa tahun belakangan.
Bola Thailand saat ini tidak hanya terjebak dalam masalah keuangan, melainkan juga telah kehilangan keyakinan para pendukungnya.
Peristiwa tersebut muncul usai beredar informasi kalau FAT, yang dikendalikan oleh mantan presiden Somyot Poompanmoung, mengontrakkan data analisis strategi dari Liga Thailand serta tim nasional Thailand kepada sebuah firma asal Malaysia untuk jangka waktu sampai tahun 2028.
Pengambilan keputusan tersebut dianggap menjadi sebuah kesalahan besar yang membuka jalan bagi negara pesaing utama seperti Malaysia memperoleh manfaat dari informasi tersebut.
Sehingga, tim Thailand kerap merugi ketika bermain melawan Malaysia dalam beberapa tahun belakangan ini.
"Dibawah kepemimpinan Presiden Somyot, Asosiasi Sepak Bola Thailand telah menyerahkan hak analisis data untuk tim nasionalnya ke sebuah perusahaan di Malaysia melalui kesepakatan kontrak yang akan berlangsung sampai tahun 2028," demikian dilaporkan oleh BBC Thailand.
Saat menguasai kekuasaan, Madam Pang (Presiden FAT yang sekarang) berusaha membeli kembali perusahaan tersebut guna mencegah ancaman bocornya data rahasia.
Tetapi, perusahaan dari Malaysia menolak tawaran untuk membelikannya kembali.
Di sepak bola kontemporer, analisis memiliki peranan krusial dalam menyusun taktik serta meningkatkan performa tim.
Fenomena FAT yang mengalihkan informasi tersebut ke entitas luar negeri, khususnya pada kompetitor utama seperti Malaysia, memicu diskusi seputar tingkat kedewasan dan hasil positif yang dirasakan Thailand atas kerjasama semacam itu.
Sejumlah pakar percaya bahwa ini adalah alasan mengapa Thailand sering kali kalah dari Malaysia selama sepuluh tahun terakhir.
Data mencatat bahwa Thailand telah memenangkan 2 pertandingan, bermain imbang sebanyak 3 kali, dan kalah 4 kali ketika bertemu dengan Malaysia dalam dekade terakhir.
Setelah mendapatkan kendali pemerintahan di tahun 2024, Nyonya Pang menemui perjanjian yang menuai pro-kontra tersebut.
Ia lalu mencoba menegosiasikan pembelian kembali untuk mengendalikan data sepak bola nasional.
Akan tetapi, perusahaan di Malaysia enggan melepas hak untuk mengexploitasikan informasi tersebut, yang kemudian membuat FAT berada dalam situasi yang memprihatinkan.
Dalam jumpa pers terbaru, Nyonya Pang meneteskan air mata sambil menceritakan tantangan finansial besar yang dialami oleh FAT.
Termasuk hutang sebesar 105 juta baht ketika dia menjabat sebagai pimpinan federasi tersebut.
Di luar itu, FAT gagal dalam tuntutan hukum melawan Siam Sport Syndicate Public Company Limited dan dipaksa untuk mengganti kerugian senilai 500 juta baht karena perselisihan hak cipta Liga Thailand yang berada di bawah kepemimpinan mantan presiden Somyot.
Bukan sekadar soal finansial, skandal penjualan data sepak bola ke Malaysia telah memicu arus besar protes kuat dari para pendukung dan ahli di Thailand.
Banyak orang bertanya-tanya apakah FAT bisa lagi menguasai informasi vital tersebut, atau jika tim dari Thailand bakal tetap merelakan kekalahan strategis di beberapa tahun kedepan.
Pembagian informasi taktis tentang FAT kepada kompetitor secara langsung adalah titik hitam pada catatan sejarah sepak bola di Thailand.
Itu pun mengundang banyak tanya jawab terkait tanggung jawab dan keterbukaan dalam pengelolaan federasi.
Dengan dampak yang nyata di lapangan, sepak bola Thailand akan memerlukan banyak waktu untuk menyembuhkan luka-lukanya dan mereposisi diri mereka di kancah regional.
Gabung dalam percakapan