Study Tour ke Bali,SMAN 1 Cianjur Akhirnya Susul SMAN 6 Depok,Dedi Mulyadi: Kami Sungguh Membenahi

Sekolah Menengah Atas Negeri (SMAN) 1 Cianjur mengalami nasib yang sama seperti SMAN 6 Depok, karena mereka harus berangkat study tour ke Gunung Bromo dan lanjut ke Bali.

Setelah kepala sekolah di Depok, kini kepala SMA Negeri 1 Cianjur yang digantikan oleh Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi (Demul).

Ini disampaikan oleh Dedi Mulyadi melalui akun Youtube-nya pada Kamis (27/2/2025).

Dedi mengatakan bahwa sebelumnya tim inspektorat dari Pemerintah Provinsi Jawa Barat telah dikirim ke SMAN 1 Cianjur tersebut.

Dari hasil penyelidikan tersebut, maka diputuskan bahwa Kepala Sekolah (Kepsek) SMAN 1 Cianjur dimutasi.

Namun pengunduran diri Kepala Sekolah Madrasah Aliyah Negeri 1 Cianjur ini masih berstatus sementara, belum permanen.

"Kami menyampaikan bahwa dua hari yang lalu kami menurunkan tim inspektorat ke SMA Negeri 1 Cianjur," kata Dedi Mulyadi.

"Dan malam itu telah ditetapkan dan disimpulkan bahwa hasil pemeriksaan kepala SMA Negeri 1 Cianjur sementara diberhentikan," lanjut Demul.

Dia mengatakan bahwa penghapusan ini masih bersifat sementara karena Inspektorat masih melakukan penyelidikan lebih lanjut.

Dedi tidak menyebutkan secara terperinci permasalahan yang menimpa Kepala Sekolah SMAN 1 Cianjur ini.

Namun Dedi menyebutkan bahwa hal ini terkait masalah keuangan di sekolah tersebut.

"Karena kami harus melakukan penelitian terhadap berbagai kegiatan pengelolaan keuangan di SMA Negeri 1 Cianjur," kata Dedi.

Tidak hanya SMAN 1 Cianjur, kata Dedi, investigasi masalah keuangan di sekolah akan terus dilakukan termasuk di sekolah-sekolah lainnya di Jawa Barat.

Agar nanti bisa dibuat rekomendasi untuk kepentingan dunia pendidikan di Jawa Barat.

"Dan kami akan terus melaksanakan kegiatan ini ke seluruh SMA dan SMK di seluruh Jawa Barat," kata Demul.

"Oleh karena itu, kami bisa mendapatkan rekomendasi yang objektif untuk kepentingan dunia pendidikan," imbuhnya.

Jika dalam penyelidikan oleh inspektorat ini ditemukan adanya pelanggaran berat, maka Demul mengaku akan bertindak tegas.

Yaitu mengangkat atau menggantikan kepala sekolah secara permanen.

Tapi kepala sekolah yang dipecat itu akan tetap bisa bekerja di dunia pendidikan.

"Dengan menemukan kesalahan besar yang tidak bisa ditolerir oleh kepala sekolah, kami akan memutuskan untuk mengakhiri kontraknya secara permanen," kata Dedi.

"Saya akan ditugaskan menjadi guru biasa di seluruh sekolah di Provinsi Jawa Barat," tambah Dedi.

Dedi menginformasikan kepada semua orang tua siswa bahwa Pemerintah Provinsi Jawa Barat sungguh-sungguh ingin memperbaiki pendidikan di Jawa Barat.

Pemerintah Provinsi Jawa Barat bahkan mengeluarkan dana puluhan triliun untuk mengurangi beban biaya yang dikeluarkan oleh orang tua siswa.

"Pendidikan di Jawa Barat, membuat biaya yang dikeluarkan oleh orang tua menjadi lebih ringan," katanya.

"Karena kami telah mengeluarkan uang puluhan triliun. Namun, jika di sekolah masih ada beban dan biaya yang tinggi, itu berarti bahwa subsidi yang diberikan puluhan triliun itu tidak bermakna apa-apa," kata Dedi.

Saat itu, Dedi Mulyadi kemudian mengungkapkan permintaan maaf.

Dapat terlihat, Dedi Mulyadi dan Pemerintah Provinsi Jawa Barat sungguh-sungguh dalam niatnya memperbaiki regulasi pendidikan di Jawa Barat.

Dedi Mulyadi meminta maaf kepada siapa pun yang merasa marah dengan kebijakan barunya.

Tapi menurut Dedi Mulyadi, semua itu dilakukan demi memperbaiki sekolah di Jawa Barat.

Dia menyampaikan itu saat berbicara melalui telepon seluler dengan Humas SMAN 6 Depok, yang direkam dan diposting di akun Instagram @dedimulyadi71, Selasa (25/2/2025), seperti dipantau KMI News, Rabu (26/2/2025).

Seperti diketahui, setelah dilantik sebagai Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi mengambil Tindakan tegas dengan memberhentikan Ketua SMAN 6 Depok karena memaksakan diri tetap mengikuti study tour padahal sudah dilarang.

“Mengapa wajib piknik?” tanya Dedi.

“Terdapat program sekolah, outing class. Di sini disebutnya kunjungan objek belajar untuk kunjungan ke kampus yang telah bermitra,” kata humas SMAN 6 Depok.

Sambil tertawa, Dedi menjawab, buat apa jauh-jauh, padahal di Depok ada Universitas Indonesia (UI).

“Mengapa harus pergi jauh-jauh, di Depok ada UI yang bagus. Masalahnya bagaimana anak-anak Depok bisa masuk ke UI, universitas terkemuka itu,” ujar Dedi.

Tak lama setelah itu, humas SMAN 6 Depok meminta maaf atas keputusan mereka mengadakan study tour.

"Membuat kebijakan yang membuat semua orang marah," kata Dedi.

Lalu Dedi menjelaskan motifnya mengapa ia melarang perjalanan belajar ke lokasi jauh.

Dia memilih kasus rombongan siswa SMK di Depok yang terjadinya kecelakaan di Ciater, Subang, hingga menyebabkan 11 orang meninggal.

Rupanya lokasi sekolah tersebut tidak jauh dari SMAN 6 Depok.

"Apa ga trauma? Ke Jawa Timur naik bus lagi, ampun," ungkap Dedi.

“Tapi, dimaafkan ya?” ungkap pihak SMAN 6 Depok.

"Mohon (tolong) maaf, saya tidak tahu apakah ada surat keputusan sekolah?" tanya Dedi.

"Ah, Tahu, Pak. Tapi kami menginterpretasikan pesan itu kurang tepat. Kami pikirnya kalau anjuran itu bukanlah larangan. Kecuali sudah bekerja sama (diperbolehkan)," ungkap sang humas.

Dedi Mulyadi mencontohkan anjuran hujan dan badai sehingga jangan keluar rumah.

Lalu warga tersebut keluar rumah dan akhirnya menjadi korban badai.

“Kiranya bukan larangan, baru saran,” kata Dedi Mulyadi.

Pernyataan tegas Dedi Mulyadi yang berujung pada pengangkatan/pengunduran diri Kepala SMAN 6 Depok akibat pergi study tour ke Jawa Timur dan Bali itu memang menjadi sorotan.