Mengenal 7 Produk Investasi: Keuntungan, Risiko, dan Tips Memilihnya

- Memilih instrumen investasi adalah langkah penting dalam merencanakan keuangan. Setiap produk investasi memiliki kelebihan dan risikonya masing-masing, sehingga perlu disesuaikan dengan tujuan keuangan dan profil risiko.

Tujuan keuangan adalah target atau rencana yang ingin dicapai dalam mengelola uang. Tujuan ini bisa jangka pendek, menengah, atau panjang.

Adalah profil risiko adalah gambaran tentang seberapa besar risiko yang dapat ditoleransi oleh seseorang atau perusahaan. Profil risiko dapat digunakan dalam dunia investasi, asuransi, dan bisnis.

Profil risiko investasi menunjukkan seberapa besar risiko yang dapat ditanggung oleh investor. Profil risiko ini sangat penting untuk menentukan jenis investasi yang sesuai dengan karakteristik investor.

Dengan memahami profil risiko, investor dapat mencapai tujuan keuangan tanpa tertekan oleh ketidakpastian pasar. Contoh risiko dalam investasi meliputi fluktuasi nilai aset, kerugian modal, dan hasil yang tidak sesuai dengan harapan.

Berikut adalah tujuh pilihan produk investasi yang perlu dipertimbangkan:

1. Deposito

Deposito merupakan produk investasi yang ditawarkan oleh bank dengan suku bunga lebih tinggi dibanding tabungan biasa.

Konsumen menyimpan uang dalam deposito untuk jangka waktu tertentu, seperti 1, 3, 6, atau 12 bulan.

Deposito cocok bagi investor dengan profil risiko rendah karena keamanannya terjamin hingga Rp 2 miliar oleh Lembaga Penjamin Simpanan (LPS). Namun, dana tidak bisa ditarik sebelum jatuh tempo tanpa dikenakan denda.

2. Surat Berharga Negara (SBN)

SBN merupakan instrumen investasi yang diterbitkan oleh pemerintah untuk membiayai kebutuhan negara. Contoh SBN adalah Obligasi Negara Ritel (ORI) dan Sukuk Ritel.

Produk ini menawarkan keuntungan tetap dan lebih aman karena dijamin oleh pemerintah. Selain itu, pembelian SBN saat ini semakin mudah melalui platform daring.

3. Logam Mulia

Investasi logam mulia, seperti emas, dikenal sebagai aset pengaman nilai (hedging). Emas tahan terhadap inflasi dan mudah diperjualbelikan.

Kamu bisa membeli logam mulia dalam bentuk batangan dengan kadar 99,99 persen dari lembaga yang terpercaya seperti PT Aneka Tambang (Antam) atau Pegadaian. Namun, pastikan menyimpan emas di tempat yang aman.

4. Reksadana

Reksa dana adalah produk investasi yang dikelola oleh manajer investasi. Dana yang terkumpul dari masyarakat diinvestasikan pada berbagai instrumen, seperti saham, obligasi, atau pasar uang.

Produk investasi reksa dana sangat cocok bagi pemula karena modal awal yang relatif kecil dan risikonya yang terdiversifikasi.

Terdapat beberapa jenis reksadana yang dapat dipilih, mulai dari reksadana pasar uang, reksadana pendapatan tetap (RDPT), reksadana campuran, hingga reksadana saham

Perlu diingat, nilai reksa dana dipengaruhi oleh kenaikan dan penurunan harga dari saham, obligasi, dan surat berharga lainnya.

5. Saham

Saham adalah surat yang menjadi bukti seseorang memiliki bagian dari modal suatu perusahaan. Dengan berinvestasi di saham, seseorang yang memiliki saham memiliki hak atas sebagian aset perusahaan.

Saham menawarkan potensi keuntungan yang tinggi melalui kenaikan harga (capital gain) atau pembagian dividen. Namun, risiko saham juga lebih besar daripada instrumen lain.

Untuk memulai, pilihlah saham perusahaan yang memiliki fundamental yang baik dan pertimbangkan menggunakan analisis teknis maupun fundamental sebelum melakukan investasi.

6. Obligasi

Obligasi adalah surat utang yang diterbitkan oleh pemerintah atau perusahaan. Investor mendapatkan keuntungan berupa kupon secara berkala hingga jatuh tempo.

Obligasi pemerintah cenderung lebih aman dibandingkan obligasi korporasi, namun menawarkan imbal hasil yang lebih rendah. Produk ini cocok bagi investor yang mencari pendapatan tetap.

7. Properti

Investasi properti, seperti tanah atau bangunan, menawarkan keuntungan dari kenaikan harga dan pendapatan sewa.

Properti menjadi pilihan yang populer karena nilainya cenderung meningkat dalam jangka panjang. Namun, membutuhkan modal besar dan biaya perawatan yang cukup.

Selain itu, likuiditas properti relatif rendah dibanding instrumen lain. Artinya, properti tidak dapat dengan mudah dan cepat dikonversi menjadi uang tunai tanpa mengalami kerugian yang signifikan.

Berbeda dengan saham atau obligasi yang dapat dijual dalam hitungan detik atau menit di pasar sekunder, menjual properti membutuhkan waktu lebih lama karena prosesnya melibatkan pencarian pembeli, negosiasi harga, dan penyelesaian dokumen legal.