Kapal Amerika Serangan ke Tiga, Washington Akui Houthi Memiliki Rudal Canggih

RB NEWS, SANAA -- Militan dari kelompok Houthi melakukan serangan lagi terhadap kapal induk AS USS Harry S. Truman di Laut Merah pada hari Selasa (18/3/2025). Ini merupakan serangan ketiganya dalam waktu dua hari.

Juru bicara militer Houthi, Yahya Saree, menyampaikan bahwa mereka juga telah menyerang kapal penghancur Amerika Serikat sebagai tanggapan atas serangan udara yang dilakukan oleh pasukan Amerika di Yaman. "AS sepenuhnya bertanggung jawab atas akibat dari peningkatan kehadiran militernya di Laut Merah serta pelebaran area konflik," tegas Saree.

Dia menekankan bahwa kelangsungan serbuan udara Amerika Serikat di Yaman memberikan pengaruh buruk pada navigasi laut.

Pada Senin (17/3/2025), Washington melakukan serangan baru ke daerah Yaman, dengan sasaran utama adalah sebuah pabrik baja di provinsi Al-Hudaydah. Diketahui bahwa lebih dari 50 orang tewas dan sekitar 100 lainnya mengalami cedera karena insiden tersebut.

Houthi sudah melakukan serangan ke kapal-kapal laut yang berhubungan dengan Israel yang melewati Laut Merah dan Laut Arab, khususnya di Selat Bab al-Mandab dan Teluk Aden sejak tahun 2023. Mereka menyebut tindakan ini sebagai bentuk solidaritas untuk Jalur Gaza, namun hal tersebut telah menimbulkan gangguan pada rute perdagangan dunia.

Di awal tahun, yaitu Januari, kelompok Houthi mengakhiri serangan berkat kesepakatan gencatan senjata yang telah dicapai antara Hamas dengan Israel. Akan tetapi, usaha blokade kapal oleh pihak Houthi dilanjutkan sesudah Israel membatasi aliran bantuan kemanusiaan menuju Gaza mulai tanggal 2 Maret 2025.

Houthi di Selat Merah - (Republika)

Konselor Keamanan Nasional Gedung Putih Mike Waltz menyebutkan bahwa kelompok Houthi dilengkapi dengan sistem pertahanan udara yang maju, rudal jelajah, pesawat tanpa awak, serta rudal balistik berbagai jenis. Dalam wawancara dengan ABC, Waltz mengeraskan posisi bahwa pemerintah AS tidak sekadar meminta Houthi untuk bertanggung jawab atas tindakan mereka; namun juga menjunjukkan pada Iran—yang diduga mendukung Houthi—that Teheran harus turut bertanggung jawab.

Dia menyebutkan bahwa seluruh skenario telah dirancang untuk mencegah Iran mengembangkan senjata nuklir. Dia pun mengharapkan agar Iran berhenti membantu kelompok Houthi.

"Kondisi di Yemen semakin memprihatinkan sejak pemerintah ini berkuasa," ungkap Waltz.