Investasi Obligasi Korporasi di Indonesia Diperkirakan Menguntungkan Tahun 2025, Inilah Sebabnya

Mandiri Sekuritas Indonesia mengestimasi rilisnya saham obligasi Korporasi dapat mencapai hingga Rp 160 triliun tahun ini. Menurut Head of Fixed Income Research Mandiri Sekuritas, Handy Yunianto, dukungan tersebut datang dari permintaan refinancing yang tetap tinggi karena jumlah obligasi yang akan jatuh tempo cukup besar.
Dia menyebutkan bahwa penawaran obligasi oleh pemerintah sangat tergantung pada kekurangan anggaran. Dia menjelaskan, dengan mempertimbangkan hipotesis yang ada di Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN), tujuan pendanaan bersih dari pemerintah diperkirakan mencapai sekitar Rp 640 triliun.
Meski demikian, Handy menunjukkan bahwa pemerintah mempunyai ruang gerak yang luas dalam hal pendanaan. Salah satunya disebabkan oleh adanya sisa anggaran (SAL) yang bisa digunakan untuk mengurangi kewajiban pencarian dana tambahan.
"Di sini terdapat kebebasan yang cukup besar bagi pemerintah untuk melakukan pendanaan melalui berbagai opsi seperti pinjaman multilateral maupun bilateral," ungkap Anto saat menghadiri sesi pembukaan bersama Mandiri Sekuritas di Jakarta, pada hari Selasa (18/3).
IHSG Turun, Apakah Investor Segera Berpindah?
Anto juga menyinggung tentang kemungkinan perpindahan investasi asing dari pasar saham ke instrumen berpendapat tetap. Menurut Anto, investor asing tampaknya lebih cenderung memilih obligasi daripada saham.
Hal ini tercermin dari aksi jual bersih (net sell) investor asing di pasar saham, sementara di pasar obligasi justru tercatat aksi beli bersih (net buy).
Menurut dia, ada dua sebab pokok yang mengakibatkan kecendrungan itu. Yang pertama, perlambatan ekonomi dunia menjadikan surat utang semakin diminati karena tingkat bunga umumnya tetap atau justru berkurang. Sebagai kedua, perilaku mirip ini pun tampak pada kalangan investasi dalam negeri, dimana perusahaan asuransi serta pembeli eceran masih rajin memboyong surat utang.
Di samping itu, kemungkinan penerbitan surat utang pun semakin membesar. Dia menyebutkan bahwa surat utang perusahaan dalam mata uang rupiah naik sebanyak 11,2% di tahun kemarin, yang membuktikan ketertarikan pada alat finansial ini masih sangat tinggi walaupun situasi dunia sedang tidak stabil.
Dia menyebutkan bahwa sampai Februari 2025, pengeluaran surat utang perusahaan sudah mencapai angka Rp 20 triliun, naik sebesar 50% jika dibandingkan dengan jangkau waktu yang serupa di tahun 2024.
Gabung dalam percakapan