Ditinggal Ayahnya di Ramadhan, Kini Dia Jadi Penopang Utama Keluarga
Pada hari Minggu kemarin, saya dan istri mengunjungi Kampung Paris di Kecamatan Cikidang untuk bertemu dengan seorang alumna dari SMP Negeri 2 Cibadak yang bernama Alinda tapi dia lebih dikenal sebagai Alin.
Sehari sebelumnya pada hari Selasa, Alin memberitahu kami bahwa sang bapak telah tiada. Namun, karena kediamannya yang sangat jauh—satu perjalanan dengan tiga kali naik kendaraan umum dari tempat tinggalku dan harus melanjutkan perjalanannya lebih dalam lagi, aku pun belum bisa langsung menuju ke sana saat itu juga. Aku kemudian bersabar hingga suamiku kembali kerumah di penghabisan minggu ini, lalu berharap dapat dibawa kesana oleh beliau.
Pada tahun lalu, Alin telah menyelesaikan pendidikannya di SMK dan sudah bekerja selama beberapa bulan di perusahaan garmen. Meskipun ia sebelumnya merupakan alumni SMP Negeri 2 Cibadak, kami tetap menjaga komunikasi yang baik. Hubungan dekat antara saya dan Alin berkembang karena pada masa itu aku bertindak sebagai wali kelas-nya ketika dirinya mengenyam bangku sekolah di kelas 9.
Ditingalkan oleh Bapak di bulan Ramadhan, Sekarang Dia Jadi Penopang Utama Bagi Keluarganya
Empat tahun yang lalu tepatnya di tahun 2021, Alin berada di kelas 9. Saat itu proses belajar-mengajar dilakukan secara online akibat adanya pandemik Covid-19. Alin merupakan salah satu murid yang tekun dan telah mempertahankan posisinya dalam tiga besar rangking sejak kelas 7. Meskipun menghadapi tantangan dari pembelajaran jarak jauh, Alin tetap antusias dan hal ini dibuktikan dengan pencapaian dirinya sebagai peringkat kedua di kelas ketika hasil ujian semester pertama dikumulkan.
Semester 2 pembelajaran masih dilaksanakan secara daring, dan saat itu Ibunya Alin pernah menemui saya di sekolah dan menceritakan tentang kondisi suaminya yang sakit diabetes sehingga harus berhenti bekerja. Beliau merasa bingung menghadapi kehidupan ke depannya terutama tentang pendidikan anak-anaknya, karena ibunya Alin tidak bekerja.
Diabetes yang dialami oleh pasangannya mengakibatkan salah satu kakinya harus dioperasi penghapusannya karena terdapat luka bernanah. Tindakan operasi ini dilaksanakan dua kali, pada awalnya hanya jari-jemarinya saja yang terpotong, namun akhirnya mencapai pangkal kaki setelah luka itu merembes lebih dalam hingga area tersebut.
Saya mendengarkan keluhan ibu Alin yang menceritakan kisahnya sembari meneteskan air mata, membuat saya merasakan simpati terhadap situasi yang ia alami. Syukur Alhamdulillah, Alin berhasil menuntaskan pendidikannya di sekolah kita hingga tamat.
Di awal tahun ajaran baru, pikiranku masih terfokus pada Alin dan belum menentukan akan melanjutkan pendidikannya atau tidak. Aku minta kepada suamiku agar diajak mendatangi kediamannya. Ternyata, keluarga Alin hidup dalam sebuah tempat tinggal sederhana dengan dinding dari bambu. Ayahnya bahkan tertidur di ruangan utama yang juga berfungsi sebagai area tamu. Rumah tersebut memiliki dua kamar; namun salah satunya telah dikonversi menjadi toko mini untuk menjual barang-barang keperluan dasar.
ternyata Alin meneruskan pendidikan ke SMK swasta yang terletak di kecamatan Cikidang dan ia cuma naik angkot satu kali. Sebab nilainya pada saat ujian penerimaan cukup baik dan berada di urutan ketiga, sepanjang semester pertama ini Alin diberi keringanan untuk tidak membayar kontribusi kepada sekolah, dan pastinya ini sungguh menguntungkan buat keluarganya.
Tujuan kedatangan saya waktu itu adalah ingin menginformasikan niat kami untuk membantu Alin dengan cara memberi sejumlah uang tiap bulan sebagai biaya transportasi hingga ia lulus dari SMK-nya. Sejak saat itu, saya secara rutin melakukan transfer dana ke akun bank sang ibu dan alhamdulillah, istriku juga sangat mendukung terkait masalah ini.
Hal yang membanggakan bagi saya adalah bahwa Alin selalu menempati posisi pertama di kelasnya hingga tingkatan kelas 12 dan oleh karena itu dia tidak perlu membayar kontribusi sekolah sejak duduk di peringkat tiga teratas. Di upacara pelepasan kelas 12, prestasi Alin mencapai puncak ketika ia dinobatkan sebagai juara umum, menjadikannya seperti "pengantin" dalam acara tersebut.
Alin beserta ibunya sempat datang satu kali ke tempat tinggalku guna mengucapkan rasa terimakasih atas bantuan yang kami berikan selama tiga tahun hingga Alin menyelesaikan pendidikannya. Mulai Agustus 2024, Alin resmi direkrut sebagai karyawan di sebuah pabrik garmen yang terletak di Parakansalak.
Setelah sang ayah, Alin, meninggal dunia pada bulan Ramadhan tahun ini, ia pun harus mengemban tanggung jawab sebagai pemimpin keluarga karena memiliki seorang adik laki-laki yang sedang menempuh pendidikan di tingkat sekolah dasar, tepatnya di kelas empat. Harapan saya adalah agar Alin dapat melanjutkan studi-nya sambil bekerja sehingga masa depan profesionalnya akan semakin terbuka lebar daripada sebelumnya.
Wasana Kata
Harapan saya cerita tentang Alin dapat menginspirasi generasi muda lainnya. Meskipun terhalang oleh kondisi keuangan yang sulit, Alin berhasil melanjutkan pendidikan sambil menjaga antusiasme dan mencetak prestasi akademik luar biasa. Terima kasih sudah menyimak artikel ini, semoga senyum Anda tak pernah lenyap.
#Artikel ke-44 pada tahun 2025
#Ramadan Berbagi Cerita 2025 Hari Kedelapan Belas
Cibadak, 19 Maret 2025
Tati Ajeng Saidah bagi RB NEWS
Gabung dalam percakapan