Apakah Membangunkan Tidur Walker Itu Berisiko?

Bayangkan perasaanmu ketika bangun di waktu dini hari lalu menyaksikan ada orang bergerak di dalam rumahmu dengan pandangan terbuka lebar serta wajah tanpa ekspresif itu. Walaupu tampak mengerikan, hal tersebut sesungguhnya merupakan suatu keadaan biasa yang dinamakan sleepwalking atau tidur berjalan. Sleepwalking adalah tipe dari masalah tidur, serupa dengan sleep-talking (bicara ketika tidur), sleep-eating (makan saat tertidur), serta insomnia.

Menghadapi orang yang mengalami sleepwalking Bisa jadi hal ini menimbulkan rasa takut atau kebingungan bagi kita. Sebagian besar orang bertanya-tanya apakah sebaiknya mengganggu mereka atau biarkan terus tidur hingga bangun dengan sendirinya. Apalagi, banyak yang percaya bahwa membangunkan seseorang yang sedang melakukan tidur berjalan bisa membawa dampat negatif seperti cedera pada otak, serangan jantung, atau respons bahaya lainnya.

Meski sleepwalking Seringkali hal ini terjadi, namun masih ada yang melihatnya sebagai sesuatu yang mengerikan atau berisiko. Namun, kenyataannya tidak selalu seperti itu.

Ketika Seseorang Tidur Berjalan

Somnambulisme atau sleepwalking termasuk dalam kategori salah satu jenis gangguan tidur tersebut. parasomnia , tingkah laku tidak normal seseorang ketika tertidur. Mereka secara tiba-tiba terbangun dari ranjang tanpa kesadaran penuh, melangkahkan kaki, atau menjalankan kegiatan lainnya.

Parasomnia bisa dikelompokkan menurut kapan keadaan itu muncul selama tidurnya. siklus tidur Paling tidak terdapat empat langkah, yakni non-rapid eye movement (NREM) tingkat 1, NREM tingkat 2, NREM tingkat 3, serta rapid eye movement (REM). Sleepwalking Terjadi pada fase NREM 3 yang juga dikenal sebagai tahap deep sleep (tidur paling nyenyak) atau slow-wave sleep .

Orang-orang yang mengalami sleepwalking bisa menggambarkan tindakan bervariasi. Beberapa orang mungkin pertama-tama duduk dengan raut bingung. Sementara itu, ada pula individu yang segera bangkit dari ranjang, melangkah, meninggalkan ruangan, bahkan bisa jadi lari begitu tersadar. Ketika sudah sadar, mereka tidak akan mengingat tindakan yang telah dikerjakannya saat tidur.

Banyak hal bisa memicu somnambulisme, termasuk faktor genetis, dampak beberapa jenis obat, dan kondisi lingkungan yang asing (seperti saat berada di tempat baru). traveling ), sampai dengan permasalahan kesehatan seperti obstructive sleep apnea (OSA), restless leg syndrome (RLS) serta cedera otak. Beberapa faktor terkait dengan pola hidup, seperti waktu tidur yang tidak mencukupi, stres baik fisik maupun emosi, dan konsumsi alkohol berlebih, turut memperbesar kemungkinannya.

Somnambulisme lebih banyak dialami anak-anak , khususnya mereka berumur 4-8 tahun. Penelitian mengungkapkan, anak-anak dengan sejarah sleepwalking Lebih cenderung menghadapi permasalahan semacamnya. Menurut sebuah studi di jurnal tersebut, JAMA Pediatrics (2015) , kira-kira 47% dari anak-anak memiliki pengalaman setidaknya sekali mengantuk dan tertidur sambil posisi badan terbuka atau tidak wajar semasa hidup mereka, di mana salah satu orang tua mereka pernah tidur berjalan. , Juga menghadapi situasi serupa. Persentasenya naik menjadi 67% di antara anak-anak dengan kedua orang tua yang memiliki catatan semacam itu.

Kondisi tidur berjalan umumnya meningkat seiring pertambahan usia. Walaupun demikian, orang dewasa masih memiliki risiko untuk mengalami hal ini dan dapat dipengaruhi oleh bermacam-macam penyebab. Penelitian tersebut diterbitkan dalam jurnal Behavioral Sleep Medicine (2015) menyebut, pemicu sleepwalking Yang terbanyak adalah kekurangan waktu istirahat malam serta peristiwa yang memicu stres.

Bisakah Kita Membangunkan Seseorang yang Tidur? Sleepwalking ?

Membangunkan orang yang mengalami sleepwalking , apalagi ketika dilakukan secara kasar, benar-benar bisa menyebabkan kejutan bagi mereka. Reaksinya pun mungkin berupa tindakan kasar seperti memukul atau menendang. Namun, bila dikaitkan dengan risiko serangan jantung serta kerusakan pada otak, hal ini menjadi masalah. itu mitos belaka .

Sleepwalking sesungguhnya tidak mengkhawatirkan kecuali apabila individu itu mulai melakukan perilaku yang dapat mencelakakan diri sendiri maupun orang lain, seperti memegang peralatan Tajam, lompat dari jendela, nyalakan kompor, ataupun operasikan kendaraan. Bila dibiarkan tanpa gangguan, umumnya mereka cenderungi akan tertidur lagi dalam beberapa menit .

Seperti telah dijelaskan sebelumnya, tidur berjalan muncul saat seseorang berada dalam fase tidur yang paling mendalam, di mana fungsi-fungsi fisiologi menurun hingga sempat berhenti untuk membantu pemulihan tubuh pasca kegiatan harian. Di momen ini, aktifitas otak mereda dengan maksimal dan frekuensi gelombang otak turun sampai level rendah, yakni gelombang delta. Selain itu, gerakan otot, detak jantung, serta ritme pernafasan pun ikut melambat.

Pada fase ini, individunya umumnya kurang peka terhadap stimulasi eksternal. Karena alasan tersebut, cukup sukar untuk menghidupkan kembali kesadaran mereka. Upaya paksa dapat menyebabkan sleepwalker merasakan tekanan atau tanpa disadari melancarkan tindakan yang bisa menimbulkan bahaya bagi dirinya sendiri ataupun pihak lain.

Kalaupun berhasil dibangunkan, biasanya sleepwalker akan merasa bingung, kaget, atau menemui sleep inertia Ini adalah situasi peralihan dari tidur menuju kewaspadaan yang menyebabkan mereka merasa bingung, pusing, dan mual. Sesuai dengan jurnal Alam dan Ilmu Pengetahuan Tentang Tidur (2019) Orang yang terbangun ketika berada pada fase tidur tersebut umumnya akan mengalami penurunan kemampuan Mental antara level sedang sampai dengan 30 menit hingga satu jam.

Cara yang Tepat Menangani Sleepwalker

Metode optimal untuk mengatasi orang yang sedang dalam masalah tersebut adalah dengan melakukan hal-halo berikut: sleepwalking Adalah mengonfirmasi bahwa mereka tetap terlindungi. Menjauhkan mereka dari barang tajam, asal-api, atau apapun yang bisa berbahaya, lebih efektif ketimbang membangkitkannya.

Sementara aktivitas tersebut tidak mengandung risiko, sebaiknya biarkan saja sambil diamati dalam waktu beberapa menit. Tidur berjalan biasanya hanya berlangsung hingga 10 menit atau kurang; walaupun demikian, bisa juga lebih lama dari itu. Setelah periode ini, mereka cenderung bangun sendiri kemudian kembali ke tempat tidurnya. Hal utamanya adalah pastikan semua pintu serta jendela sudah dikunci untuk mencegah sleepwalker masuk ke area berpotensi bahaya.

Lebih baik lagi bila kita sabar dalam membimbing. sleepwalker Kembalilah ke tempat tidur dengan damai dan berhati-hati. Tidak perlu mencoba untuk menyadarkannya, terlebih lagi dengan berseru keras-keras atau menggeliatkan tubuhnya.

Apabila yang mengalami sleepwalking Adalah para anak-anak, jangan izinkan mereka tidur di lantai atas ranjang berlapis. Diambil dari jurnal tersebut. Australian Family Physician (2017) Lebih baik lagi jika orangtua menempatkan pembatas di bagian atas tangga ketika yang umumnya terkena hal ini adalah anak-anak.

Jika sleepwalking Terjadi pada jam yang sama tiap malam, hal ini dapat dihindari dengan membangunkannya secara bertahap dalam beberapa detik hingga sekitar 15-30 menit sebelum waktunya dia umumnya mengalaminya. sleepwalking . Metode ini bisa memengaruhi ritme normalnya sleepwalking terutamanya bagi anak-anak jadi frekuensinya perlahan menurun .

Terkadang, mengelola sindrom tidur berjalan pada seseorang tidak selalu mudah seperti membalikkan telapak tangan. Apabila kelainan tidur ini telah merusak aktivitas harian orang tersebut, mungkin dibutuhkan konsultasi tambahan bersama dokter. Mengubah rutinitas tidur saja kadang kurang efektif dalam menyembuhkan somnambulism yang disebabkan oleh faktor-faktor medis tertentu. Karena alasan itu, pengecekan mendalam lagi penting dilakukan untuk mencari penyebab utamanya.

Sleepwalking Secara umum memang tidak berbahaya, namun harus diatasi dengan metode yang sesuai agar dapat menghindari cidera serta konsekuensi serius lainnya. Membangunkan seseorang yang sedang berjalan dalam tidurnya pun tak akan menyebabkan kerusakan otak ataupun serangan jantung sebagaimana kekhawatiran banyak orang.