Abu Panas Vesuvius Ubah Otak Lelaki Romawi Menjadi Fosil Kaca

Ilmuwan menemukan temuan mengejutkan dari seorang korban letusan Gunung Vesuvius pada tahun 79 Masehi: otaknya berubah menjadi kaca akibat awan panas yang ekstrem.

Sejak pertama kali ditemukan pada tahun 1960 di kota kuno Herculaneum, jasad seorang pria muda yang diperkirakan berusia 20-an tahun tidak menunjukkan hal yang mencolok. Namun, penelitian terbaru pada tahun 2020 menemukan sesuatu yang luar biasa di dalam tengkoraknya: bahan hitam yang berkilau yang ternyata merupakan sisa otaknya yang telah mengalami proses vitrifikasi, berubah menjadi kaca akibat suhu yang sangat tinggi.

Dia ditemukan terbaring di tempat tidurnya di dalam "Collegium Augustalium," sebuah bangunan milik kultus kekaisaran yang memuja Kaisar Agustus.

Seperti Pompeii, kota Herculaneum juga musnah akibat letusan Gunung Vesuvius, tetapi dengan cara yang lebih mengerikan. Jika Pompeii tertimbun abu vulkanik dan batu apung setebal belasan meter, Herculaneum dihantam gelombang piroklastik—gelombang gas panas dan puing-puing vulkanik yang membakar segalanya di jalurnya.

Bagaimana Otak Bisa Menjadi Seperti Kaca?

Penelitian terbaru menemukan bahwa sebelum badai piroklastik melanda, Herculaneum lebih dahulu terkena asap panas super yang sangat singkat tetapi sangat berbahaya.

Suhu ekstrem yang lebih dari 950 derajat Fahrenheit (510 derajat Celsius) menyebabkan jaringan otak pria ini mengalami vitrifikasi—proses di mana material organik berubah menjadi kaca karena pemanasan dan pendinginan yang sangat cepat.

Sebagai perbandingan, aliran piroklastik yang datang setelahnya hanya mencapai 869 derajat Fahrenheit (465 derajat Celsius) dan mengalami pendinginan yang lebih lambat, sehingga tidak dapat menghasilkan efek yang sama. Hal ini-lah yang membuat fenomena vitrifikasi otak ini begitu langka dan belum pernah ditemukan di antara ratusan korban letusan Vesuvius lainnya.

Implikasi untuk Ilmu Pengetahuan dan Keselamatan

Profesor Guido Giordano dari Universitas Roma Tre menyatakan bahwa temuan ini memiliki nilai penting dalam memahami sejarah dan aktivitas vulkanik, serta upaya mitigasi bencana. “Skenario ini menunjukkan betapa berbahayanya awan panas yang sangat tipis pun. Meskipun tidak selalu menghancurkan bangunan, suhu yang ekstrem dapat membunuh manusia dalam sekejap,” ujarnya.

Sementara itu, Dr. PierPaolo Petrone dari Universitas Naples Federico II menambahkan bahwa otak yang mengalami vitrifikasi ini adalah satu-satunya yang diketahui di dunia. Ia menjelaskan bahwa kondisi unik yang terjadi pada saat letusan awal, ditambah perlindungan dari struktur tengkorak dan tulang belakang korban, memungkinkan jaringan otak dan sumsum tulang belakang untuk bertahan cukup lama hingga mengalami proses vitrifikasi.

Penemuan ini memberikan gambaran yang menakutkan tentang dampak letusan Gunung Vesuvius pada tahun 79 M. Selain menunjukkan bagaimana suhu ekstrem dapat mengubah jaringan manusia menjadi kaca, penelitian ini juga mengingatkan betapa berbahayanya awan panas vulkanik bagi kehidupan manusia.

Saat ini, pemahaman tentang bencana vulkanik seperti ini dapat membantu dalam upaya perlindungan dan pengurangan risiko bagi masyarakat yang tinggal di dekat gunung berapi aktif di seluruh dunia.