Pak Presiden, Pemberontakan Sudah Mulai di Solo Raya

Paragraf ini tidak ditemukan. Silakan berikan teks yang ingin Anda paragrafkan.
Ratusan pria tua dan muda mengenakan busana yang populer pada tahun 70-an. Mereka mengenakan celana jeans, kemeja yang terbuka di atas dada, lengan yang dilipat, kacamata hitam yang bulat dan lebar, rambut yang bergelombang atau bertopi dengan flat cap, serta gaya koboi dan sejenisnya.
Mereka berdatangan dalam jumlah banyak, berkerumun membawa berbagai barang-barang kuno yang menimbulkan senyum.
Satu perintah, satu suara, bersatu tak terkalahkan, mereka maju dengan segehlangan menuju satu titik.
Mereka bergerak menari seperti gaya joged dangdut era 80-an, ketika mereka mendengar bunyi kendang, seruling, gitar, bass, organ, dan tentu saja gitar mandolin yang dipetik.
Grup orang berpakaian kuno itu bergerak bergoyang sambil mengangkat ban bekas, perekam kaset tua, bahkan ada mesin kompresor angin mereka angkat-angkat.
Mereka bergoyang santai menikmati Orkes Melayu Lorenza (OM Lorenza), sebuah grup musisi dangdut asal Sukoharjo yang baru-baru ini viral di media sosial.
Lagu dengan judul "Tambal Ban" sebagai ekspresi kenyataan sosial kehidupan masyarakat kelas bawah membuat masa berjalan semakin berat.
“Aku ini orang yang memperbaiki ban”
Uripe Sak ndalan-ndalan
Membuat uang, uang yang halal.
Penting sekali untuk sandang dan pangan.
Itu sepenggal lagu yang digunakan sebagai tambal ban, menggerakkan massa yang menggunakan pakaian retro tersebut.
Tua muda, laki-laki perempuan bergoyang dengan cara kuno, asyik dengan diri sendiri. Tidak ada ancaman, tidak ada perkelahian. Seperti dilempar kembali ke masa lalu yang penuh damai, asyik, dan khusuk berdendang.
Lagu ini sudah tidak asing lagi bagi rakyat Indonesia. Musiknya terus berkembang, berkreasi, sehingga lanskap musik ini bisa berubah mengikuti zaman.
Baik dari sisi teknologi alat musik, kreativitas joged, hingga tema lirik lagu.
Dahulu dikenal sebagai musik kelas bawah, kini dangdut menyebarluaskan sayapnya dinikmati oleh siapa saja.
Tidak hanya di dalam negeri, tetapi juga di luar negeri, bahkan orang asing pun ikut bergoyang.
Tonton saja di Youtube, bagaimana mereka terkesan, tersenyum, sampai terlupa kepala bergoyang menikmati lagu dangdut.
Salah satu contoh bisa dilihat di akun Youtube Koplo Time. Tidak hanya lagu dengan lirik Indonesia yang dibuat dalam gaya dangdut koplo.
Deretan lagu hits internasional pun digubah dalam gaya dangdut koplo. Misalnya lagu Lily (Alan Walker), Canon Rock, Zombie (Cranberries), dan masih banyak lagi.
Bagi para orang kulit putih ini, apa yang mereka dengar seperti musik dari planet lain, ada pemberontakan budaya di sana.
Ya... di sana ada pemberontakan terhadap kebiasaan musik yang populer. Lho.... kok disebut pemberontakan? Iya betul ada pemberontakan di sana.
Tidak hanya musik rock dan metal saja yang disebut musik pemberontakan.
Presiden Indonesia ke-4, Abdurrahman Wahid atau lebih akrab disapa Gus Dur, menyebut musik ini sebagai musik pemberontakan.
Dia melihat hal ini sebagai bentuk ekspresi perlawanan masyarakat kelas bawah terhadap kondisi sosial dan ekonomi yang mereka hadapi.
Lirik lagu dangdut yang banyak akan gambaran tentang kehidupan yang sulit, kemiskinan, ketidakadilan, dan masalah sosial lainnya.
Lagu yang memiliki tema alkohol, tahanan, penjara, orang yang tidak memiliki apa-apa, perjudian, tidak melupakan nasihat agama sering kali menjadi lirik lagu dangdut.
Tentu saja dalam perjalanan evolusi musik ini ada juga yang bersentuhan dengan masalah cinta.
Uniknya, semua tema itu bisa dinikmati sambil berjoged. Intinya, hal ini adalah ekspresi suara masyarakat kelas bawah yang menyuarakan keluhan, aspirasi, dan masalah sosial.
Nah... itu pendapat Presiden keempat, Gus Dur lho. Cocok dengan lagu-lagu OM Lorenza yang mengaransemen lagu Tambal Ban.
Lagu Tambal Ban merupakan fenomena sosial masyarakat yang sering ditemukan di pinggir jalan.
Para mekanik ban menawarkan jasa menambal ban sepeda motor yang bocor.
Keberadaan tukang ojek tambal ban dibutuhkan oleh pengguna kendaraan roda dua yang mengalami kebocoran ban dan harus ditambal agar dapat melanjutkan perjalanan.
Dalam genre musik, hal tersebut telah menjadi subkultur sendiri. Subkultur genre musik menyebutkan kelompok orang yang memiliki minat dan ketertarikan yang sama terhadap genre musik tertentu.
Mereka tidak hanya menikmati musik tersebut, tetapi juga menjadikannya sebagai bagian dari identitas dan gaya hidup.
Subkultur ini biasanya memiliki nilai-nilai, norma, simbol, dan perilaku yang khas, membedakan mereka dari kelompok masyarakat lainnya.
Bicara soal genre musik dangdut, mereka tidak sengaja melakukan perlawanan kepada warna musik yang ada.
Bicara tentang dangdut, ada dangdut elektronik, dangdut campursari, hingga dangdut koplo yang belakangan populer hingga ke mancanegara.
Namun tiba-tiba publik kaget atas kemunculan OM Lorenza dengan lagu dangdut klasik.
Kemunculan mereka diperkuat dengan gaya penonton yang “ngibing” menggunakan pakaian 70-an.
Akibatnya, komunitas ini menjadi viral di media sosial, menjadi fenomena yang mengirim netizen ke masa lalu.
Keberadaan dangdut semakin luas tidak hanya di kalangan pecinta musik dangdut, tapi juga di kalangan yang lebih luas. Asyik didengar, unik dilihat, reaksi netizen membuat mereka tersenyum.
Jika kita memperbaiki gathuk, lirik lagu Tambal Ban, yaitu menambal kebocoran agar bisa melanjutkan perjalanan.
Esensi lirik yang sesuai dengan efisiensi pemerintah sekarang. Presiden melakukan efisiensi, agar tidak terjadi kebocoran, keborosan, sehingga pemerintahan bisa terus melanjutkan perjalanan.
Pak Prabowo, gerakan Om Lorenza ini terus menyebar di dunia maya, tidak hanya di Solo Raya.
Jika mereka melangsungkan konser, ada perputaran uang di sana. Terjadi transaksi kecil di kalangan masyarakat, mulai dari tiket, makanan dan minuman, hingga asesoris.
Bahkan ada salah satu mall di Solo Raya yang menjual baju jadul khusus sebagai kostum ketika menghadiri konser OM Lorenza.
Mungkin bapak ingin bertemu mereka, hanya dengan bergerak santai, sehingga mereka tersenyum dan segar.
Bukannya bapak juga dulu waktu kampanye pernah berjoged?
Gabung dalam percakapan