Cerita Kuliah Kedokteran di UPH: Matkul Tersulit, Biaya Rp 65 Juta Per Semester

Jika kamu ingin memilih fakultas kedokteran sebagai jenjang pendidikan tinggi, ada baiknya melakukan riset terkait kehidupan mahasiswa kedokteran, dari jadwal belajar hingga biaya kuliah, sehingga perkuliahan berlangsung lancar.

Gracia Divanya (21), mahasiswi semester 6 Fakultas Kedokteran Universitas Pelita Harapan (UPH), berbagi pengalamannya sebagai mahasiswa kedokteran, membongkar mitos dan memberikan gambaran nyata bagi para calon mahasiswa kedokteran.

"Mengikuti kuliah kedokteran tidak seumum yang dibayangkan, tapi juga tidak semudah yang diharapkan," kata Gracia kepada RB News, Rabu (5/02/2025).

Banyak calon mahasiswa berpikir bahwa nilai biologi yang tinggi di SMA adalah kunci untuk masuk ke fakultas kedokteran, tetapi Gracia tidak setuju dengan anggapan tersebut.

"Masuk kedokteran bisa, meskipun nilai matematika dan fisika tidak terlalu bagus. Di kedokteran, kalau punya dasar biologi dari SMA, itu hanya sebagai nilai tambah saja," katanya.

"Mungkin hanya pada awalnya ada biokimia, tapi tentu saja akan dipelajari ulang dan diajari oleh dosen. Yang terpenting adalah logika dan motivasi yang kuat. Karena yang utama adalah pemahaman dasar-dasarnya, sisanya bisa saling dihubungkan," tambah Gracia.

Mahasiswa kedokteran belajar apa?

Mahasiswi tahun ketiga tersebut mengatakan bahwa kurikulum kuliah kedokteran dirancang untuk mempersiapkan mahasiswa kedokteran secara menyeluruh.

"Setiap Senin, Rabu, dan Jumat ada kegiatan PBL (Problem Based Learning)," kata Gracia.

Dalam PBL, mahasiswa dibagi dalam kelompok kecil yang terdiri dari 8-10 orang dengan didampingi oleh seorang dokter tutor untuk membahas kasus-kasus penyakit.

Selain itu, mahasiswa juga mengikuti kuliah reguler tentang anatomi, fisiologi, dan farmakologi.

"Setiap Selasa dan Kamis ada kelas keterampilan klinik untuk belajar melaksanakan prosedur, dan setiap Rabu ada kegiatan laboratorium," jelasnya.

Mahasiswa kedokteran juga mempelajari DPES (Dokter, Profesionalisme, Etika, dan Masyarakat) untuk memahami etika kedokteran.

"Farmakologi adalah mata kuliah yang sangat menantang," kata Gracia ketika ditanya tentang mata kuliah yang paling sulit di fakultas kedokteran.

Menurutnya, kompleksitas farmakologi terletak pada beberapa aspek-aspek dasar yang harus diketahui.

"Pertama-tama harus memahami dasar-dasar farmakodinamik, yaitu bagaimana obat-obatan mempengaruhi tubuh, dan farmakokinetik, yang menjelaskan bagaimana obat dapat masuk ke dalam tubuh," jelasnya menjelaskan tentang dasar-dasar farmakologi.

Selain itu, mahasiswa juga harus memahami berbagai jenis obat dan subkategorinya, perhitungan dosis berdasarkan usia dan berat badan, serta memperhatikan efek samping dan interaksi antar obat.

"Setiap jenis obat memiliki cara kerja yang berbeda-beda. Dalam farmakologi pun harus memperhatikan obat-obatan yang tidak boleh diberikan kepada pasien dengan penyakit bawaan seperti penyakit jantung," ujarnya.

Bagi calon mahasiswa kedokteran, kemampuan berbahasa Inggris menjadi kunci penting dalam proses pembelajaran.

"Bahasa inggris itu 80 persen penting, karena kebanyakan buku kedokteran tersedia dalam bahasa Inggris. Hanya sedikit buku kedokteran yang sudah diterjemahkan," ungkap Gracia. Jurnal-jurnal penelitian pun mayoritas menggunakan bahasa Inggris.

Namun, Gracia menekankan bahwa Bahasa Indonesia masih sangat penting.

Bahasa Indonesia sangat penting, karena nantinya, kami adalah calon dokter di Indonesia yang harus berinteraksi dengan pasien di Indonesia. Jika tidak memiliki bahasa Indonesia yang baik, komunikasi yang baik antara pasien dan dokter tidak akan tercipta.

Paling susah ujian apa?

Sistem penilaian di Fakultas Kedokteran UPH dirancang secara menyeluruh dengan lima jenis ujian utama. Ujian paling ditakuti di antara para mahasiswa kedokteran adalah OSCE (Objective Structured Clinical Examination), sebuah ujian praktek yang dilaksanakan setiap akhir semester.

OSCE mengujikan materi dari seluruh blok dalam semester yang tengah berjalan. "OSCE terdiri dari 6 station, 3 station untuk praktek pemeriksaan fisik atau prosedural, dan 3 station untuk anamnesis (mengumpulkan informasi medis) pasien," ungkap Gracia.

"OSCE (Operasional dan Sosial Komunikasi Efektif) menjadi yang paling menakutkan karena materi yang super banyak, dengan waktu belajar hanya 3-4 hari. Setiap stasiun hanya diberi waktu 7,5 menit. Kami tidak hanya mempraktikkan sesuatu, tapi juga harus menyebutkan tindakan yang kami lakukan secara urut sesuai panduan," lanjutnya.

Selain itu, ada Presentasi Kasus yang terkait dengan program penjelajahan klinis.

"Pada tahun kedua, kami melakukan pengalaman klinis di puskesmas, sedangkan di tahun keempat di rumah sakit. Kami harus melakukan anamnesis pasien, membuat laporan kasus, dan mempresentasikan laporan tersebut di akhir semester,” kata Gracia.

Berapa besar biaya kuliah untuk jurusan kedokteran?

Untuk melanjutkan pendidikan kedokteran di UPH, mahasiswa harus menyiapkan biaya kuliah sebesar Rp 65.000.000 per semester untuk program preklinik.

Berdasarkan penelusuran RB Newsdari situs resmi UPH, biaya uang pangkal yang harus dibayarkan adalah Rp 278.000.000. Kemudian, uang per semester dari semester 1-7 adalah Rp 63.000.000, dan untuk semester 8-11 adalah Rp 50.325.000.

"Benar-benar mahal, tapi seimbang dengan fasilitas yang didapatkan. Kelas yang sesuai, dosen yang berpengalaman, dan begitu banyak bahan dan bantuan belajar yang mendukung proses belajar kami," katanya.

Mahasiswa juga harus mempersiapkan dana untuk peralatan praktik. Stetoskop berkualitas tinggi, seperti merek Littmann, bisa mencapai Rp 1.000.000-Rp 1.500.000, sementara peralatan pendukung seperti tensimeter, oximeter, dan penlight membutuhkan total sekitar Rp 200.000.

Namun, Gracia menjelaskan bahwa peralatan tersebut hanya untuk latihan pribadi. Saat ujian, semua peralatan sudah disediakan oleh kampus. "Kalau ujian, FK selalu menyediakan alat-alatnya, termasuk stetoskop dan tensimeter. Jadi, peralatan tersebut hanya dipakai untuk latihan pribadi," ujarnya.

Apakah benar anak yang belajar kedokteran tidak memiliki waktu untuk bermain?

Meskipun jadwal kuliahnya padat, Gracia menekankan bahwa mahasiswa kedokteran masih bisa menikmati kehidupan di luar akademik.

"Terjemahan tersebut masih dapat menemukan waktu luang di akhir pekan atau hari-hari tertentu untuk hiburan di luar dunia FK," ujarnya.

Dia menyarankan untuk membuat jadwal harian, mingguan, dan bulanan. "Jadi bisa tahu apa yang harus dicapai dalam waktu dekat, mana yang harus menjadi prioritas terlebih dahulu. Dengan begitu, semua pekerjaan bisa diselesaikan, dan akan ada waktu yang tersisa untuk me time," katanya.

Soal waktu istirahat, Gracia tidak setuju dengan stigma bahwa mahasiswa kedokteran jarang tidur. "Tidur tidak selalu kurang, hanya tidak menentu. Saya tetap tidur setiap malam, meski durasinya 4-7 jam," katanya.

Meski jadwal kuliah padat, menurutnya, mahasiswa kedokteran tetap memiliki waktu untuk beristirahat. "Dalam sehari, ada waktu luang 2-3 jam yang bisa dimanfaatkan untuk makan, tidur sejenak, atau mengerjakan tugas," kata Gracia.

Dalam seminggu, Sabtu biasanya menjadi hari yang paling santai, sementara Minggu digunakan untuk persiapan kuliah.

Kebiasaan belajar mahasiswa kedokteran juga berbeda-beda dan tidak harus selalu di kampus untuk mempersiapkan ujian. "Biasanya, ketika menjelang waktu ujian, banyak mahasiswa belajar bersama di kafe atau di rumah teman," katanya.

Sebelum menghadapi ujian, setiap mahasiswa memiliki strategi belajarnya masing-masing. Bagi Gracia, metode belajar yang paling tepat baginya adalah metode belajar sehari semalam.

"Bila belajar untuk ujian, saya menggunakan teknik belajar sepanjang semalam, namun ini bukan berarti hanya satu malam saja, biasanya mulai belajar 3-4 hari sebelum ujian," ungkapnya.

“Di FK UPH, minggu ujian dilaksanakan selama satu minggu. Jika ujian berlangsung pada hari Selasa, persiapan dimulai sejak Sabtu atau Minggu. Setelah ujian di hari Selasa selesai, belajar untuk ujian berikutnya dimulai segera setelahnya, menyesuaikan dengan jadwal yang ada,” lanjutnya.

Tentang mitos harus selalu membaca buku tebal, Gracia membantahnya. "Tidak sepenuhnya benar, itu hanya opsional. Memang buku sangat bermanfaat dalam belajar, tapi tidak perlu membaca buku setiap hari," katanya.

Ia menambahkan bahwa buku-buku kedokteran kini tersedia dalam bentuk e-book sehingga lebih mudah dijangkau dan lebih praktis.

Namun, Gracia mengingatkan untuk tidak sepenuhnya bergantung pada internet. "Tapi jangan sampai tidak membaca buku sama sekali, karena ada beberapa teori yang tidak bisa didapatkan di internet, dan hanya tersedia dengan jelas di buku."

Tanyakanlah kepada diri sendiri, mengapa Anda ingin menjadi seorang dokter. Apakah Anda ingin membantu orang lain, memiliki kebebasan dalam pekerjaan, atau menerima penghasilan yang tinggi.

Dalam perjalanan kuliah kedokteran, setiap semester memiliki tantangannya sendiri. Bagi Gracia, semester keempat menjadi yang paling menantang.

Di satu sisi karena kesulitan dalam menerapkan kebijakan, tapi disisi lain lagi organisasi tersebut sangat aktif.

Jadi ini sesuatu yang sangat menantang bagi saya dimana harus pintar mengatur waktu antara belajar, rapat, dan kegiatan organisasi,

"Tidak seimbang dalam menjalani kehidupan perkuliahan," pesan Gracia kepada calon mahasiswa kedokteran. "Yang ada malah antara FK nya hancur atau diri kita yang hancur," kata Gracia menekankan pentingnya mencari keseimbangan antara akademik dan kehidupan pribadi.

Meskipun semula mengaku motivasinya masuk kedokteran klise karena ingin membantu orang, Gracia kini menemukan minat yang lebih dalam.

"Aku semakin lama berpikir, aku memang tertarik untuk lebih mendalam mempelajari tentang kesehatan dan tubuh manusia, itu sangat menarik bagi aku," katanya.