BYD tak akan Lagi Nomor Satu di China, Dongfeng Motor dan Changan Motors Dirumorkan Merger

RB News, JAKARTA--Pada awal pekan ini, beberapa perusahaan otomotif Tiongkok dirumorkan akan melakukan penggabungan. Pabrikan di bawah Dongfeng Motor Corporation seperti Dongfeng Motor Group dan Dongfeng Honda, serta China South Industries Group (perusahaan induk Changan Motors) secara bersamaan mengumumkan bahwa mereka sedang berdiskusi dengan perusahaan negara lainnya mengenai restrukturisasi.

Namun, pengumuman bersamaan itu menekankan bahwa hal ini tidak akan menyebabkan perubahan kepemilikan perusahaan, meskipun beberapa pemegang saham pengendali dapat berubah. Pemegang saham pengendali utama akan tetap menjadi Komisi Pengawasan dan Administrasi Aset Milik Negara dari Dewan Negara (SASAC), pengawas BUMN yang dikelola pemerintah.

Spekulasi dan tantangan merger

Pengumuman ini telah memicu spekulasi luas di industri. Waktu pengumuman dari dua produsen mobil milik negara utama tersebut menghasilkan rumor apakah merger akan segera terjadi. Entitas gabungan Dongfeng-Changan kemungkinan akan mencatat penjualan lebih dari 4,5 juta kendaraan per tahun, melebihi BYD.

Restructurisasi Dongfeng dan Changan ini sejalan dengan upaya SASAC baru-baru ini untuk meningkatkan kinerja perusahaan milik negara. SASAC menyatakan pada tahun 2024, mereka bertujuan untuk mengurangi persaingan internal dan meningkatkan spesialisasi pada beberapa sektor tertentu dengan perusahaan yang mereka kelola.

Namun, merger penuh akan menghadapi tantangan, karena Dongfeng dan Changan memiliki struktur kepemilikan yang berbeda, yaitu Dongfeng yang beroperasi sebagai BUMN independen, sedangkan Changan berada di bawah kendali produsen amunisi, mobil, dan elektronik CSGC. Restrukturisasi besar-besaran seperti itu juga akan memerlukan reorganisasi tidak hanya produsen itu sendiri, tetapi juga investasi dan anak perusahaan mereka.

Selain itu, Dongfeng dan Changan memiliki sejarah merek yang kuat dan tumpang tindih dengan garis produk mereka dalam hal kisaran harga. Penggabungan dapat menyebabkan persaingan internal dan pemborosan merek. Struktur pengelolaan juga perlu diintegrasikan, menambah restrukturisasi modal yang sudah rumit.

Diperkirakan bahwa kepemilikan penuh mungkin bukanlah tujuan akhir karena kedua perusahaan mungkin mengincar "model aliansi". Ini dapat melibatkan kerja sama strategis di bidang-bidang seperti R&D, rantai pasokan, dan ekspansi internasional, yang memungkinkan masing-masing perusahaan mempertahankan independensi. Contoh yang relevan adalah Aliansi Renault-Nissan-Mitsubishi, sebuah model yang membantu mengurangi biaya sambil mempertahankan identitas merek.