Apa yang Akan Terjadi pada Bumi Jika Manusia Punah?

- Di tengah hutan hujan Guatemala, terdapat reruntuhan terkenal dari peradaban Maya, yaitu Tikal. Kota ini telah berdiri selama lebih dari 2.000 tahun, namun kini sebagian besar tertutupi oleh hutan lebat.
Alan Weisman, seorang jurnalis dan penulis, pernah melakukan perjalanan ke sana dan menemukan bahwa banyak piramida serta kota-kota kuno lainnya tersembunyi di balik pepohonan dan tanah. Hal ini menunjukkan betapa cepatnya alam dapat menghapus jejak peradaban manusia.
, Weisman menggambarkan secara sistematis apa yang akan terjadi jika manusia punah.
Perubahan Kota yang Cepat
Jika manusia tiba-tiba menghilang, kota-kota besar seperti New York dan London akan mengalami perubahan drastis dalam waktu singkat. Sistem pompa yang mencegah air hujan dan air tanah membanjiri sistem kereta bawah tanah akan berhenti berfungsi, menyebabkan banjir besar dalam waktu sekitar 36 jam.
Tanpa perawatan manusia, kilang minyak dan pembangkit listrik tenaga nuklir akan mengalami kegagalan, menyebabkan kebakaran besar dan kemungkinan ledakan nuklir yang mengakibatkan radiasi luas.
Selain itu, limbah plastik dan bahan kimia beracun akan tetap ada selama ribuan tahun, mencemari tanah dan air. Sementara itu, polusi yang berasal dari limbah minyak dan zat berbahaya lainnya akan mulai diurai oleh mikroba dan tumbuhan dalam hitungan dekade. Namun, polutan organik persisten (POPs) seperti PCB mungkin akan bertahan hingga akhir waktu di Bumi sebelum akhirnya terkubur di bawah tanah.
Seiring waktu, struktur kota akan mengalami degradasi bertahap. Air bawah tanah yang mengalir akan merusak struktur logam yang menopang jalanan, menyebabkan runtuhnya trotoar dan membentuk sungai-sungai baru di dalam kota.
Selama musim dingin bertahun-tahun, tanpa perawatan manusia, trotoar akan mulai retak dan diisi oleh benih-benih tanaman yang terbawa angin atau dibawa oleh burung. Pohon akan tumbuh di antara celah-celah jalanan, mempercepat kehancuran kota.
Selain itu, akumulasi material kering seperti daun dan ranting akan meningkatkan risiko kebakaran akibat sambaran petir. Api akan menyebar luas, menghancurkan bangunan dan mengubah kota menjadi padang rumput serta hutan dalam waktu sekitar 500 tahun. Struktur modern yang terbuat dari kaca dan logam akan runtuh lebih cepat dibandingkan bangunan batu kuno yang mungkin bertahan lebih lama sebelum akhirnya terkikis oleh alam.
Kebangkitan Kehidupan Liar
Di luar kota, alam akan segera mengambil kembali lahan yang sebelumnya digunakan sebagai pertanian dan industri. Serangga akan berkembang biak tanpa gangguan pestisida, yang kemudian akan meningkatkan populasi burung dan hewan lain yang bergantung pada mereka. Lautan dan sungai akan pulih dari polusi, memungkinkan kehidupan laut berkembang kembali.
Penelitian menunjukkan bahwa sebelum manusia menyebar ke seluruh dunia, Bumi memiliki keanekaragaman hayati yang jauh lebih tinggi, termasuk populasi megafauna seperti gajah, badak, dan singa yang tersebar di berbagai benua.
Kehadiran manusia telah menyebabkan kepunahan besar-besaran spesies ini selama ribuan tahun terakhir. Jika manusia punah, butuh waktu antara 3 hingga 7 juta tahun bagi Bumi untuk memulihkan keanekaragaman hayati seperti sebelum manusia muncul.
Menurut Søren Faurby, seorang ahli makroekologi dari Universitas Gothenburg, kepunahan megafauna selalu terjadi setelah kedatangan manusia di suatu wilayah. Di Australia, kepunahan ini terjadi sekitar 60.000 tahun lalu, sedangkan di Amerika sekitar 15.000 tahun lalu.
Jika manusia tidak pernah ada, planet ini akan tetap dipenuhi oleh hewan-hewan besar seperti Serengeti di Afrika saat ini. Bahkan, badak kemungkinan besar akan tinggal di Eropa, sementara gajah akan berkeliaran di Kepulauan Mediterania.
Dampak Perubahan Iklim
Meskipun Bumi dapat pulih dari banyak dampak manusia, perubahan iklim yang kita sebabkan akan tetap berlangsung lama. Emisi karbon dari kebakaran industri yang ditinggalkan serta pelepasan gas rumah kaca dari permafrost yang mencair akan memperburuk pemanasan global. Karbon dioksida yang kita lepaskan hari ini akan tetap berada di atmosfer selama ribuan tahun, meskipun lautan akan terus menyerap sebagian besar gas tersebut.
Namun, sejarah Bumi menunjukkan bahwa kehidupan mampu bertahan dalam kondisi ekstrem. Selama periode Jurassic, kadar karbon dioksida lima kali lebih tinggi dibandingkan saat ini, namun kehidupan tetap berkembang dan beradaptasi. Seperti yang dikatakan Weisman, "Alam selalu menemukan jalan."
Refleksi: Bagaimana Manusia Bisa Belajar dari Ini?
Merenungkan apa yang terjadi jika manusia menghilang dapat memberikan dua sudut pandang. Pertama, ini bisa menjadi penghiburan bahwa alam akan tetap bertahan dan berkembang meskipun tanpa kita. Kedua, ini bisa menjadi pengingat bahwa kita memiliki kesempatan untuk menjaga keseimbangan antara keberadaan kita dan alam.
Weisman menulis buku ini bukan untuk menakut-nakuti, tetapi untuk menunjukkan betapa indahnya Bumi bisa pulih. Dia ingin mengajak kita berpikir apakah ada cara untuk tetap hidup di planet ini tanpa menyebabkan kehancuran. Jika kita bisa belajar dari alam dan memahami dampak tindakan kita, mungkin kita bisa menjadi bagian dari dunia yang lebih seimbang dan lestari.
Sebagai kesimpulan, meskipun dunia tanpa manusia akan mengalami perubahan besar dan akhirnya pulih secara alami, kita masih memiliki kesempatan untuk mengubah cara kita hidup agar lebih harmonis dengan planet ini. Dengan begitu, kita tidak hanya mempertahankan tempat kita di Bumi, tetapi juga memastikan bahwa alam tetap berkembang bersama kita.
Gabung dalam percakapan