Kisah Tony Wen, Eks Guru Olahraga yang Biayai Perjuangan RI Lewat Penyelundupan Candu


Nama Tony Wen alias Boen Kim To mungkin kurang dikenal di masyarakat umum. Namun siapa sangka, laki-laki yang lahir di Sungai Liat, Bangka pada tahun 1911 ini adalah salah satu tokoh Tionghoa yang berperan penting dalam perlawanan Republik Indonesia melawan pemerintahan Belanda, pada era awal kemerdekaan.

Saya tidak dapat menemukan teks asli yang ingin Anda parodikan.

Peristiwa itu terjadi ketika Indonesia menghadapi masa krusial pada tahun 1945-1949, saat terjadi Revolusi Fisik. Pada masa itu, Tony Wen turut menghibahkan dana untuk perjuangan para pahlawan kemerdekaan melakukan operasi penyelundupan candu atau opium.

Tony bekerja di sebalik layar dalam mendukung operasi Republik Indonesia di luar negeri yang dipimpin oleh misi diplomatik Ali Sastroamidjojo dan Lambertus Nicolaas Palar.

Kesuksesannya dalam menjalankan beberapa operasi penyelundupan narkoba semakin membuatnya dipercaya Soekarno.

Keponakan Tony Wen, Amung Chandra Chen, berujar bahwa pamannya memiliki suatu kekhususan dengan presiden pertama RI.

Tony Wen pernah meminta Amung dan ayahnya untuk menyediakan kebutuhan Soekarno saat ditahan Pemerintah Belanda di Bukti Menumbing, Muntok, Bangka.

"Bila Bung Karno ditahan di Belanda di Taman Buah-Buahan di dekat Kota Muntok, keluarga kami diminta untuk melayani keperluan Bung Karno," kata Amung.

'Kasus pembayaran uang, baju, hingga operasi gigi Bung Karno telah dilayani ayah saya seraya mengikuti perintah dari Tony Wen, yang saat itu tidak ditangkap Belanda dan sedang bergerilya di luar Indonesia,' ujar Amung juga.

Tony mulai melibatkan diri dalam perdagangan narkotika sejak 1948. Dia juga pernah memasuki penjara karena operasinya gagal.

Para lexer ini menjelaskan bahwa, awalnya Kabinet Mohammad Hatta menyetujui gagasan Menteri Keuangan A.A. Maramis menjual candu ke luar negeri.

Tony Wen ditunjuk sebagai pelaksana tim operasi candu, Mukarto Notowidagdo sebagai koordinator tim operasi candu, dan posisi pengawas tim dijabat oleh Soebeno Sosrosepoetro dan dibantu oleh Karkono Komajaya.

Operasi Candu ini dimulai pada 7 Maret 1948.

Pada saat itu, Tony menghubungi sahabatnya Lie Kwet Tjien yang memiliki sumber penjualan candu di Singapura.

Tony melakukan operasi ini secara rahasia atas instruksi dari pemerintah Belanda. Sekitar setengah ton candu diangkut dari Pantai Popoh di selatan Kediri.

Lalu, tim operasi candu melintasi pantai selatan Jawa ke Selat Lombok untuk menghindari blokade laut Belanda di Jawa dan Sumatera.

Pada 13 Maret 1948, tim itu tiba di Singapura, meskipun pernah ditahan oleh kepolisian imigrasi negara tersebut. Namun, mereka berhasil keluar dan menjual candu.

Setelah itu, operasi candu lanjutan dilakukan Tony dengan bantuan John Lie (Laksamana Muda Daniel Jahja Dharma).

Operasi ini berhasil mengirim dua ton gula ke Singapura sebanyak dua kali dengan menggunakan pesawat amfibi Catalina yang disewa.

Tak lama setelahnya, jaringan pemasok narkotika ini ditangkap oleh Belanda. Tony Wen pun ditangkap polisi Inggris di Singapura.

Sesudah dibebaskan dari tahanan, Tony menjadi anggota DPR dari Fraksi Partai Nasional Indonesia (PNI) pada tahun 1954-1956.

Pada tanggal 30 Mei 1963, Tony Wen meninggal dunia dan dimakamkan di perumahan Menteng Pulo.