Air Mata Sang Pendekar
Air Mata Sang Pendekar
1
Hutan Gandamayit terletak di sebelah tenggara
kota raja kerajaan Niskala. Sore itu tampak lengang , hanya sesekali terdengar
suara congkeret memecah kesunyian.Entah apa yang terjadi sesaat kemudian suara
congkeret itu berhenti. Kemudian terdengar suara congkeret yang lain dari arah
yang berbeda, namun sama seperti sebelumnya tiba-tiba suara congkeret itu
mendadak berhenti .
Matahari sore itu terlihat merah, senja telah tiba.
Kegelapan mulai menyelimuti hutan Gandamayit , dari jauh hutan itu terlihat
seperti bayangan hitam. Keangkeran hutan Gandamayit telah lama terdengar dan
tersebar ke seluruh pelosok daerah di wilayah Kerajaan Niskala. Menurut
cerita-cerita yang beredar di masyarakat , setiap malam penduduk yang rumahnya
berada di sekitar hutan itu sering mendengar suara tawa yang melengking memecah
keheningan malam. Kadang juga terdengar suara tangis yang memilukan.
Pada suatu malam , tiga orang warga desa Selokaton yang
desanya berada paling dekat dengan hutan Gandamayit yang saat itu bertugas
ronda malam melihat sinar merah yang keluar dari hutan Gandamayit.
“ Jukri
...Soca , kenapa perasaanku tidak enak malam ini. Sepertinya akan terjadi
sesuatu malam ini “, berkata Genta pada dua kawannya yang bertugas ronda malam.
“ Iya...Genta, aku juga merasakan keanehan malam ini, malam
ini malam Jum'at Kliwon menurut cerita kakek ku malam Jum'at Kliwon adalah
waktu yang sering di gunakan oleh dedemit dan siluman untuk berpesta “,
menyahuti pemuda yang bernama Soca.
“ Ah...kamu malah menambah bulu kudukku berdiri aja Soca “,
berkata Jukri. Jukri memang paling penakut diantara ketiga pemuda yang bertugas
ronda malam itu.
“ Hahahaha....kamu ini Juk, begitu saja sudah ketakutan.
Eh....yang berdiri bulu kudukmu apa bulu yang lain..? “, kata Genta sambil
menggoda kawannnya, yang disambut tawa oleh Soca.
“ Hahahahahaha..... “
Belum habis tawa ke tiga pemuda itu, mendadak mereka di
kejutkan oleh kelebatan sinar merah yang berasal dari hutan Gondomayit. Sinar
itu berupa gumpalan asap merah yang semakin lama semakin membesar ketika semakin
dekat ke tempat tiga pemuda itu berada. Tiga pemuda itu menjadi semakin
ketakutan ketika asap merah itu berhenti di depan mereka. Perlahan asap merah
itu mulai hilang dari hadapan ke tiganya, dan kini di depan ketiga pemuda itu
telah berdiri tiga gadis cantik berpakaian merah-merah. Ketiga gadis itu
memandang tiga pemuda di depannya dengan senyuman yang menggoda. Pakaian merah
yang di kenakannya begitu tipis dan sangat ketat sehingga terlihat jelas
lekuk-lekuk keindahan tubuh ketiga gadis itu.
Socapati dan kedua temannya yang semula merasa ketakutan
kini malah bengong dan terpana melihat pemandangan di depan mereka. Keheningan
itu pecah oleh suara gadis cantik yang berada di tengah.
“
Kang....boleh kah kami minta tolong , untuk mencarikan tempat penginapan atau
apalah.Kami sedang dalam perjalanan jauh “.
Socapati yang sudah bisa menguasai gejolak dalam hatinya
segera menjawab mewakili kedua temannya.
“ Ah.....bisa saja non, memang
sudah menjadi kwajiban kami menolong orang yang memang membutuhkan pertolongan
“.
Kemudian Socapati berbisik pada kedua temannya. “ Ssst.....
rupanya ronda malam kali ini hari keberuntungan kita, karena malam ini kita
tidak akan kedinginan hehehehe “.
“ Maaf nona , karena hari sudah larut malam pasti rumah
penginapan satu-satunya di tempat ini sudah tutup. Dan kami juga tidak tega
untuk mengganggu penduduk untuk membangunkan mereka sekedar mencarikan tempat
untuk menginap. Bagaimana kalau non bertiga bermalam saja di gardu ronda tempat
kami ? “.
“ Ah....kami merepotkan saja
Kang, tapi kalau akang bertiga tidak keberatan ya tidak apalah kami bermalam di
gardu ronda “, menjawab gadis baju merah yang berada di sebelah kiri.
Ketiganya berjalan menuju gardu ronda yang jaraknya tidak
begitu jauh dari tempat itu,sementara Soca pati dan dua temannya mengiring di
belakang. Begitu sampai di gardu ronda, ketiga gadis cantik berbaju merah itu
langsung merebahkan tubuhnya diatas balai-balai. Pakaian tipis yang mereka
kenakan tampak tersingkap, sehingga terlihat jelas paha putih mulus itu.
Socapati dan dua temannya menahan nafas, jantungnya berdebar tak karuan melihat
pemandangan di depannnya. Masih ketiganya berusaha menguasai diri, tiba-tiba
terdengar suara salah seorang gadis baju merah.
“ Akang....kami kedinginan ,udara malam ini begitu dingin
kang. Peluk kami kang....”, berkata gadis itu sambil mendesah seolah
kedinginan. Hal itu semakin membuat ketiga pemuda itu panas dingin, tapi itu
hanya sesaat. Bagai kerbau di tusuk hidungnya, ketiganya kemudian segera
mendekat dan tidur di samping gadis-gadis itu.Ketiga gadis baju merah itu
memang semuanya cantik,sehingga Socapati dan temannya tidak saling berebut
untuk memeluk diantara ketiganya.
Malam
semakin tinggi, udara malam itu semakin dingin karena embun sudah mulai turun.
Para penduduk yang tertidur di rumahnya masingmasing semakin menarik selimutnya
untuk mengusir hawa dingin malam itu.Namun udara di gardu ronda seakan berbeda
sebaliknya, tampak keringat membasahi ketiga pemuda yang bertugas ronda malam
itu.
2
Pagi
itu desa Selokaton gempar, penduduk desa banyak berkerumun di dekat gardu
ronda. Mereka sedang menceritakan kejadian yang menimpa warga desa itu. Pagi
itu di temukan tiga mayat warga desa dengan kondisi yang sangat mengerikan.
Tubuh ketiga mayat itu seperti tercabik-cabik cakar harimau. Bahkan di leher
ketiganya terdapat lubang seperti gigitan binatang. Dari cerita yang beredar di
masyarakat , ketiga mayat itu bernama Genta, Jukri dan Socapati ketiganya
adalah orang yang bertugas ronda di malam kejadian itu.
Cerita mengenai tewasnya tiga warga desa Selokaton semakin
santer terdengar sampai kedesa tetangga,bahkan di desa Bringinsari juga pernah
terjadi kejadian serupa. Kejadian itu terjadi tiga hari sebelum kejadian yang
menimpa tiga warga desa Selokaton. Malam-malam sesudah kejadian itu warga desa
dari ke dua desa seperti dilanda ketakutan yang teramat sangat, mereka takut
kejadian itu akan datang lagi dan menimpa warga desa yang lain. Sehingga
kemudian diadakan ronda malam dengan jumlah peronda mencapai lima belas orang
bahkan lebih.
Teror pembunuhan tidak berhenti
sampai disitu, di desa Petung yang berada diantara desa Bringinsari dan desa
Selokaton kehilangan salah seorang warganya. Pada suatu malam salah seorang
waga desa Petung pulang dari rumah saudaranya, namun hingga pagi orang tersebut
tidak pernah sampai kerumah.Seluruh keluarganya bingung mencari, dan kemudian
di temukan oleh tetangganya di pinggir sawah di luar desa.Orang tersebut telah
tewas dengan luka seperti yang menimpa ketiga pemuda petugas ronda di desa
Selokaton.
Tiga desa tersebut merupakan desa-desa terdekat dengan hutan
Gondomayit. Dan warga dari ketiga desa tersebut juga percaya kalau kejadian
yang terjadi di desanya merupakan ulah dari siluman dari hutan Gondomayit. Oleh
seorang tetua desa yang berasal dari desa Bringinsari, di harapkan agar semua
warga desanya untuk waspada. Mereka juga telah meminta bantuan beberapa dukun
yang memiliki kemampuan untuk menghadapi siluman.
Malam itu suasana sangat mencekam, warga desa Bringinsari
sudah masuk kerumah masing-masing dan menutup pintu juga menguncinya dari
dalam. Mereka takut dengan keganasan siluman hutan Gondomayit yang akhir-kahir
ini sering meminta tumbal dari warga desa di sekitar hutan itu.
Namun petugas ronda tetap
melaksanakan tugasnya . Jumlah mereka kurang lebih limabelas orang, yang di
pimpin langsung oleh Ki Lurah di bantu dua orang dukun yang sengaja mereka
datangkan untuk membantu menghadapi siluman hutan Gondomayit yang meresahkan
warga.
Malam semakin larut, dingin mulai menyelimuti desa. Bulan
purnama malam itu membuat desa menjadi terang dengan sinarnya.
“ Aki Wanabaya, menurut aki
mungkinkah Siluman Hutan Gondomayit akan datang malam ini Ki ? “, Ki Lurah
Surya Wiguna bertanya pada dukun sakti Ki Wanabaya.
Sementara Ki
Wanengpati yang merupakan adik dari Ki Wanabaya sedang bersemadi di sudut
ruangan tempat peronda itu berkumpul. Matanya terpejam dan tangannya tampak
bergerak seperti menghitung butiran-butiran benda hitam yang dirangkai dengan
benang dan bentuknya menyerupai sebuah tasbih.
“ Ki Lurah , suruh anak buah
ki lurah utnuk bersiap-siap, saya merasakan ada semilir hawa aneh menuju ke
desa ini arahnya dari hutan gondomayit “, berkata Ki Wanabaya.Belum habis Ki
Wanabaya berkata ,mendadak mereka dikagetkan oleh teriakan dari petugas ronda
yang berada di luar.
“ Ki Luraaaah.....siluman itu
datang Ki...!!! “.
Mereka yang berada di dalam
gardu ronda segera bergegas keluar. Begitu sampai diluar mereka melihat kabut
merah bercahaya tampak melayanglayang menuju ke arah mereka. Begitu kabut merah
itu sampai , tampak Ki Lurah segera memerintahkan anak buahnya untuk mengepung
kabut merah itu. Perlahan kabut merah itu menipis dan sirna, yang ada di
hadapan mereka kini tiga orang gadis cantik yang berpakaian merah dan begitu
tipis, sehingga tampak jelas lekuk-lekuk keindahan tubuh ketiga gadis itu.
Para petugas ronda yang mengurung tiga gadis berpakaian
merah itu tampak terpana melihat keindahan tubuh di depannya. Memang sebagian
besar para petugas ronda itu masih muda, sehingga hasrat di dalam dadanya
begitu meledak-ledak . Namun mereka segera tersadar begitu mendengar teriakan
dari Ki Wanabaya.
“ Jangan diam melongo seperti
itu, lekas kalian bersiap meringkus tiga gadis siluman ini “.
Tampak Ki Wanabaya bersama Ki Lurah Surya Wiguna dan Ki
Wanengpati mendekat ke tempat tiga gadis baju merahyang di kurung oleh para
petugas ronda dalam sebuah lingkaran kecil. Tampak para pemuda itu bersiap
menghunus golok yang terselip di pinggangnya. Begitu sampai di depan ke tiga
gadis itu, Ki Lurah dan dua orang dukun sakti sewaan itu segera mempersiapkan
diri.
“ Hehehehe...... Sekarang
sudah berakhir petualangan kalian menebar teror di desa-desa ini wahai tiga
silman cantik, “ Ki Wanabaya berkata kepada tiga gadis cantik dari hutan
Gondomayit itu.
“ Hihihihihhi...... kenapa
kalian menganggap kami siluman , tidakkah kalian melihat kecantikan kami “,
berkata gadis baju merah yang berada di tengah. Tampaknya dia adalah peimpinan
dari ketiga gadis baju merah itu.
“ Oia....kalian bisa
memanggil ku Dewi Sekar Kenanga. Yang sebelah kanan ini adiku Dewi Sekar Mawar
dan yang sebelah kiri ini adikku terakhir dia bernama Dewi Sekar Melati “.
“ Nama yang bagus, tapi
kenapa kalian berlaku kejam dan menebar teror di desa kami dan juga desa
tetangga ? “, bertanya Ki Lurah Surya Wiguna.
“ Hihihihi.....kami tidak
pernah menebar teror kami hanya bermainmain dan mencari kesenangan saja “.
“ Tapi kalian telah banyak
merenggut korban dari warga desa kami yang tidak bersalah “.
“ Hihihihih......siapa bilang
mereka tidak bersalah, mereka yang berlaku tidak sopan dan tidak senonoh
terhadap kami , apa salah kalau kami memberikan sedikit pelajaran pada mereka“.
“ Ki Lurah , kita tidak usah
berlama-lama basa-basi dengan mereka, Sudah jelas merekalah yang yang telah
membunuh beberapa warga desa dan menebar teror dimana-mana “, kali ini Ki
Wanengpati yang berbicara.
“ Baiklah, ayo kalian semua
cepat tangkap tiga gadis itu dan kita berikan hukuman yang setimpal kepadanya
!! “, Ki Lurah Surya Wiguna berteriak memberikan perintah kepada warganya yang
mengurung ke tiga gadis itu.
Serentak para pemuda yang mengurung tiga gadis itu maju
untuk menangkap, namun baru beberapa langkah mereka mendekat tampak tiga orang
pemuda terlempar . Terdengar jeritan setinggi langit ketika ketiga pemuda itu
ada yang terlempar dengan perut bobol, ada yang dadanya remuk dan ada yang
kepalnya pecah.
“ Ayo majulah kalian kalau
ingin menangkap kami ….hihihihihihih “, Dewi Sekar Mawar berkata sambil
tertawa. Tawanya melengking merobek keheningan malam.
Para pemuda itu menjadi ciut nyalinya melihat tiga kawannya
mati dengan sekali gebrak oleh tiga gadis baju merah itu. Bahkan mendengar
tawanya , mereka semakin bergidik.
“ Siluman keparat …..kalian
telah telah membunuh tiga warga ku, tidak ada ampuna lagi bagi kalian “.
“ Ki Wanabaya dan Ki
Wanengpati cepat laksanakan tugas kalian , kami akan membantu mengeroyok
mereka.
“ Hahahaha.....biar kami
berdua yang membereskan mereka Ki Lurah. Ki Lurah dan anak buah ki lurah
berjaga-jaga saja “.
“ Mari Kang Wanabaya, kita
bereskan tiga gadis cantik ini “, berkata Ki Wanengpati .
“
Hiaaatttt.........
Kedua dukun sewaan itu segera melompat ke hadapan tiga gadis
baju merah, selain menguasai ilmu gaib tampaknya dua orang itu juga memiliki
ilmu silat yang bisa di andalkan. Kini keduanya bersiap menyerang, sementara
itu Dewi Sekar Kenanga dan dua adiknya tampak tenang-tenang saja. Seakan tidak
merasakan maut yang datang pada mereka.
“
Biarlah kuberikan kalian pelajaran, terima ini....!!!
Ki Wanabaya
melompat sambil mengibaskan keris pusaka yang ada dalam genggamannya, Sementara
Ki Wanengpati tampak komat-kamit merapal mantra dari luar area pertarungan itu.
Entah ilmu gaib apa yang di keluarkan oleh Ki Wanengpati, namun suatu keanehan
tiba-tiba terjadi. Dewi Sekar Kenanga dan kedua adiknya kaget ketika tiba-tiba
merasakan tubuh mereka begitu berat untuk di gerakkan. Kedua kaki mereka
seperti tertanam ke dalam tanah. Sementara serangan terus datang dari keris Ki
Wanabaya yang bergerak cepat kesana-kemari.
3
Sore itu
cuaca agak mendung. Di sebuah pedataran di kaki bukit, tampak dua orang sedang
berjalan beriringan. Di sepanjang perjalanan mereka tampak bahagia,saling
menggoda dan kemudian tertawa bersama. Dua orang yang berjalan kaki itu seorang
pemuda tampan berkulit putih bersih mengenakan pakaian biru muda dengan celana
hitam.Di kepalanya melingkar sebuah ikat kepala berwarna putih dan di
pingangnya terselip sebuah benda berbentuk kuas dengan panjang tiga jengkal
tangan oang dewasa . Sedang disampingnya berjalan seorang gadis cantik
mengenakan baju ringkas berwarna merah-merah. Di pinggangnya terselip sebuah
pedang indah, gagangnya berukir membentuk kepala rajawali. Dalam dunia persilatan
pedang itu terkenal dengan nama Pedang Rajawali Emas. Kalau pedang itu di hunus
dari sarungnya, akan memancarkan sinar emas yang berkilauan. Karena memang
pedang itu di buat dari batu mulia.
“ Dinda Arumi....tunggu
Kangmas dinda, jangan cepat-cepat jalannya “, pemuda berbaju biru muda
memanggil nama gadis yang berjalan di depannya. Tampaknya sang gadis memang
sengaja berlari-lari kecil setiap si pemuda hampir dekat dengannya.
Sampai suatu saat si pemuda kemudian melompat bersembunyi di
balik sebuah batu. Sigadis yang berjalan di depan kemudian menghentikan
langkahnya manakala dia menoleh kebelakang dan dia tidak lagi melihat pemuda
kekasihnya itu. Sambil menoleh kekanan-kiri gadis yang bernama Arumi itu
berteriak memanggil nama kekasihnya.
“ Kangmas Siray....kamu dimana kangmas..?
Sesaat berlalu tidak ada jawaban dari si pemuda, kemudian
Arumi bermaksud melanjutkan jalannya.Namun betapa terkejutnya dia ketika
kakinya akan melangkah.Di depan nya telah berdiri seorang pemuda tampan
kekasihnya. Belum habis rasa terkejutnya pemuda di depannya tiba-tiba memeluk
Arumi. Gadis itu terkejut, namun hanya sesaat karena disaat kemudian dia mulai
membalas pelukan kekasihnya itu. Si pemuda yang bernama Siray itu memandang
lekat-lekat wajah gadis yang ada dalam pelukannya. Belum pernah dia sebegitu
dekat memandang wajah gadis cantik kekasihnya itu, dan kini seakan tidak akan
melepaskan pelukan dan matanya terus menatap tajam bola mata indah si gadis.
Arumi yang kemudian merasa malu di tatap matanya seperti kemudian menunduk.
Tampak pipi si gadis memerah karena malu.
“
Dinda Arumi....Kangmas sangat mencintaimu dinda “.
Dengan berbisik di telinga si gadis , Siray mengungkapkan
perasaanya dan kemudian dengan penuh kasih sayang di ciumnya bibir merah sang
gadis. Dengan penuh kasih sayang juga Arumi membalas ciuman dari kekasih yang
sangat di cintainya itu.
“ Ahhh.....Kangmas Siray,
dinda juga sangat mencintai kangmas, jangan pernah meninggalkan dinda kangmas
“.
Pelukan sepasang kekasih itu semakin erat seakan tidak akan
pernah di lepaskan. Namun tiba-tiba kemesraan mereka terganggu dengan turunnya
hujan sore hari itu. Mendung yang menggantung di langit tampaknya sudah tidak
dapat lagi menahan air dan kemudian menumpahkannya ke bumi.
“ Dinda ….ayo kita berteduh
di dangau itu dinda, sebelum hujan semakin deras membasahi baju kita “.
Tanpa menunggu jawaban dari kekasihnya , Siray segera
menyambar tubuh Arumi dan menggendongnya berlari menuju ke sebuah dangau yang
terletak tidak begitu jauh dari tempat itu. Arumi memeluk erat tubuh
kekasihnya. Begitu tiba di dangau, Siray segera menurunkan tubuh kekasihnya di
balai-balai yang terbuat dari bambu yang berada di dangau itu.
“ Tampaknya kita harus
bermalam disini dinda, besok baru kita melanjutkan perjalanan kita menuju ke
Padepokan 212 di gunung Gede
“.
“ Kangmas ingin mengenalkan
dinda kepada Kiai dan Simbok yang ada di Padepokan, dan juga kepada sobat-sobat
Kangmas yang ada disana dinda “.
“ Pasti sobat-sobat yang ada
di padepokan akan kagum melihat kecantikan dinda, dan pasti juga akan iri
kepadaku “.
Berkata Siray yang kemudian tersenyum menatap wajah Arumi
yang tampak malu-malu.
Meskipun hujan sudah reda ,
namun malam itu udara begitu dingin. Siray segaja tidak membuat perapian agar
tidak mengundang kedatangan tamu-tamu yang tidak mereka harapkan. Untuk mengusir
hawa dingin Siray memeluk erat gadis yang sangat di cintainya itu.
Kembali
terulang kejadian sore tadi di pedataran sebelum turun hujan.
Mereka asik bercumbu dan
bermesraan, di ciuminya bibir si gadis . Arumi membalasnya dengan ciuman yang
lebih hangat. Malam semakin larut , sepasang kekasih itu masih asik bercumbu .
Seluruh tubuh gadis cantik itu sudah di jamahnya, dan tampaknya si gadis juga
telah menyerahkan seluruh jiwa dan raganya kepadanya malam itu. Namun Siray
masih bisa mengendalikan nafsu yang bergejolak di dalam dadanya dan hanya
mencumbu gadis itu.
*****
Semua
kejadian itu terjadi empat purnama dari saat ini. Dan kini semua menyisakan
sakit dan kerinduan yang tak tertahankan di dalam dada Siray. Kini dia telah
berpisah dengan Arumi , gadis cantik kekasih yang sangat di cintainya itu.
Pagi itu matahari belum naik
sepenggalah, tampak di sebuah dangau duduk seorang pemuda tampan berpakaian
biru muda. Di depannya terpampang sebuah lukisan bergambar wajah seorang gadis
cantik berpakaian merah. Dengan pandangan yang terus melekat ke arah lukisan ,
sesekali pemuda itu menunduk membaca sebuah tulisan yang tertulis di sebuah
kain yang berukuran satu kali dua jengkal tangan. Di dalam kain itu tertulis
sebuah kata-kata.
Kangmas Siray...saat ini aku belum siap
untuk bertemu dengan Kiai dan Simbok.Dan juga sobat-sobat Kangmas di Padepokan
212 di Gunung Gede. Ada suatu hal yang harus dinda selesaikan saat ini. Dan
Dinda tidak akan melibatkan Kangmas dalam urusan Dinda ini. Kalau semua urusan
dinda sudah selesai Dinda pasti akan menemui kangmas Siray di Padepokan 212.
Terima kasih Kangmas, semua kejadian malam tadi tidak akan pernah dinda
lupakan.
Kekasihmu
Arumi
Pemuda berbaju biru muda di dangau itu bukan lain adalah
Siray Sensaura atau yang bergelar Pendekar Kuas Sakti . Tampak mata pemuda itu
berkaca-kaca, sesaat kemudian mengalirlah tetesan-tetesan air dari kedua
matanya. Rupanya kepedihan dan kerinduanya akan kekasihnya begitu membuat
perasaanya seperti tercabik-cabik. Sehingga pendekar gagah itu tak kuasa lagi
menahan air mata yang mulai jatuh di pipinya.
“ Dinda Arumi......tak
tahukah dinda dengan perasaan kangmas. Dinda ...saat ini Kangmas begitu
merindukan dinda, kenapa dinda tidak pernah mengijinkan Kangmas untuk membantu
menyelesaikan permasalahan yang menimpamu dinda ? “.
“ Dinda Arumi...taukah dinda
, kalau semua hari yang kangmas lalui terasa hampa tanpa kehadiran dinda “.
Kembali Siray Sensaura menangis
di dangau tempat terakhir kali dia bersama dengan Arumi kekasihnya. Setelah
lelah dengan perasaanya dan menumpahkan kerinduannya dengan memandangi lukisan
kekasihnya, Siray Sensaura tampak tertidur di dangau itu.
Hari menjelang sore, matahari sudah bergerak ke peraduannya.
Sinar jingga sore itu begitu indah menyemburat di ufuk barat. Pendekar Kuas
Sakti terbangun dari tidurnya. Dengan bergegas dia kemudian menggulung kembali
lukisan kekasihnya dan menyimpannya di balik pakaiannya. Saat dia akan bergerak
meninggalkan dangau itu, matanya yang tajam melihat sosok berbaju hijau yang
berkelebat cepat tidak jauh dari tempat itu.
“ Heh.....siapa itu,
sepertinya aku mengenal siapa orang itu ? “, Siray Sensaura bertanya dalam
hati.
Namun tanpa menunggu lama dia segera berkelebat cepat ke
arah bayangan itu menghilang. Sementara itu, merasa ada yang mengikuti larinya
sosok berbaju hijau yang ternyata seorang gadis itu kemudian berhenti. Dan
dengan tidak menoleh kebelakang dia kemudian bertanya pada seseorang yang
mengikutinya yang bukan lain adalah Siray Sensaura.
“ Ada keperluan apakah tuan
mengikuti saya, ataukah mungkin tuan ingin menyampaikan sesuatu kepada saya “.
Siray Sensaura yang berhenti tidak terlalu jauh di belakang
gadis berbaju hijau itu segera mengenali siapa adanya gadis itu.
“ Ratna Galih...bukankah yang
berdiri di hadapanku ini Ratna Galih yang bergelar Pendekar Pedang Kembar dari
Ranu Kumbolo ?”.
Gadis berbaju hijau yang mengenali suara yang memanggilnya
itu segera menoleh kebelakang.
“ Kangmas Siray , ada
keperluan apakah kangmas sampai ke tempat ini ?”.
Kini gadis itu balik mengajukan pertanyaan kepada Siray
Sensaura. Dan memang benar gadis itu adalah Ratna Galih yang bergelar Pendekar
Pedang Kembar dari Ranu Kumbolo, sebuah tempat indah yang berada di sekitar
gunung Semeru.
“ Hahaha....di tanya malah
bertanya balik “ , Siray menjawab sambil tertawa.
Ratna Galih hanya tersenyum., kemudian dia menjawab
pertanyaan Siray .
“ Tidak ada apa-apa kangmas
aku hanya berjalan menuruti langkah kaki ku saja kok “.
“ Kangmas sendirian saja di
sini atau bersama seseorang kah ? “ Tampak Ratna Galih memandang sekitar,
seolah mencari seseorang lain yang ada di tempat itu. Melihat hal itu Siray
Sensaura tertawa.
“ Hahahahaha.......kamu pasti
mencari Kangmas mu Adeck Cakep ya ?, tidak kok aku juga sendirian mengikuti
kemana langkah kakiku ”.
Ratna Galih tertunduk malu karena Siray Sensaura tahu siapa
yang dicarinya dan diharapkan ada bersama Pendekar Kuas Sakti saat itu. Karena
Ratna Galih tahu kalau Siray adalah sahabat dari Adeck Cakep, salah seorang
Pendekar dari Padepokan 212. Dan juga bukan menjadi rahasia lagi bagi para
pendekar dari Padepokan212 bagaimana hubungan antara sobatnya dengan gadis
cantik yang bernama Ratna Galih ini.
“ Ratna , tampaknya hari
sudah mulai malam mari kita mencari tempat bermalam di desa yang tidak jauh
dari tempat ini. Kalau tidak salah tidak jauh dari tempat ini ada sebuah desa,
ayo kita kesana “.
Tanpa
berkata apa-apa lagi gadis itu segera mengikuti Siray Sensaura berjalan ke arah
barat, menuju desa terdekat. Dalam perjalanan keduanya lebih sering diam,
seolah hanyut dalam pikirannya masingmasing.
4
Pertarungan
antara Ki Wanabaya dan adiknya Ki Wanengpati melawan tiga Dewi Sekar Kenanga
dan dua orang adiknya begitu seru. Saat itu tubuh ketiga gadis itu tidak dapat
di gerakkan, kakinya seperti terpaku kedalam tanah. Itu karena pengaruh ilmu
gaib dari Ki Wanengpati yang telah di lancarkan untuk menyerang ketiganya, Ilmu
gaib itu bernama Ilmu Bandawasa. Dengan
ilmu itu akan menyerang musuh dan memakunya di tempat, sehingga lawan tidak
bisa bergerak karena tanah yang di pijaknya seolah meyedot tubuhnya. Sementara
Ki Wanabaya menyerang ketiga gadis itu dengan sabetan keris sakti yang ada
dalam genggamannya. Sesaat keris itu berkelebat kearah dada Dewi Sekar Melati ,
namun disaat keris itu hanya berjarak beberapa inchi tibatiba dari samping
berdesir sebuah kekuatan dahsyat menghantam lengan Ki Wanabaya. Semua terjadi
begitu cepat, Ki Wanabaya tidak sempat menarik serangannya sehingga tangannya
beradu dengan kekuatan itu. Keris yang ada di tangan Ki Wanabaya terlempar,
sementara tangannya tampak membiru dan tidak bisa di gerakkan.
Ki Wanabaya dan Ki Wanengpati kaget bukan alang kepalang
melihat pemandangan di depannya. Tubuh keduanya seperti tergetar menggigil,
perlahan mereka mudur dari tempatnya berdiri.
Di depan Ki Wanabaya dan adiknya
,juga Ki lurah Surya Wiguna dan anak buahnya berdiri tiga orang gadis
berpakaian merah dengan tangan sebatas lengan berubah seperti kaki harimau dan
dari leher ke kepala juga telah berubah menjadi kepala harimau putih. Sunggu
pemandangan yang sangat mengerikan , sebagian pemuda bahkan ada yang pingsan di
tempat itu. Ki Lurah dan dua dukun sakti sewaannya juga tampak ketakutan. Ilmu
Bandawasa dari Ki Wanengpati sudah sirna dan tubuh dari Dewi Sekar Kenanga dan
dua adiknya bisa kembali di gerakkan.
Kesaktian dari ilmu itu telah melunturkan kesaktian dari
Ilmu Bandawasa.
“ Ilmu Singa Lodaya.....”, dengan bergetar Ki Wanabaya menyebut ilmu
yang di pakai oleh ketiga gadis lawannya itu.
“ Aku kira Ilmu itu telah lenyap
puluhan tahun silam dari dunia persilatan ini kakang, dan ternyata malam ini
kita merasakan kehebatan ilmu itu “, Ki Wanengpati berbisik.
Sementara Ki Lurah yang tidak tau menahu mengenai ilmu
kesaktian yang ada di dunia persilatan hanya mengerti kalau ketiga gadis itu
adalah siluman harimau.
“ Bagaimana Ki Wanabaya dan Ki Wanengpati , apakah kita akan
mampu mengahadapi tiga siluman harimau itu ?”.
“ Mundurpun sepertinya tidak mungkin, karena mereka pasti
tidak akan membiarkan kita pergi hidup-hidup dari tempat ini “.
Sementara itu tampak tiga gadis berbaju merah berkepala
harimau memandang tajam penuh kemarahan kepada orang-orang di hadapannya. Kedua
bola matanya bersianr merah .
“ Sekarang terimalah kematian kalian wahai orang-orang yang
berani melawan Tiga Siluman Hutan Gondomayit “, berkata Dewi Sekar Kenanga.
Dewi Sekar Kenanga dan dua orang
adiknya segera berkelebat cebat kearah orang-orang yang ada di hadapannya. Dewi
Sekar Kenanga menyerang dengan ganas kearah Ki Wanabaya, Dewi Sekar Melati
menggebrak ke arah Ki Wanengpati dan Ki Lurah Surya Wiguna. Sementara Dewi
Sekar Mawar menebar maut kearah para pemuda dari desa Briginsari itu.
Jerit kematian dari para pemuda itu memecah keheningan
malam, mereka bukan tandingan dari Dewi Sekar Mawar . Hanya dalam beberapa
gebrakan saja banyak tubuh bergelimpangan dengan nyawa melayang ke akherat.
Hiattttttttttt..........hiaaatttt.....
Sementara itu Ki Wanabaya tampak terdesak hebat oleh
serangan dari Dewi Sekar Kenanga. Dengan ilmu silat dan jurus -jurus yang
dimilikinya Ki Wanabaya mencoba bertahan dari serangan- serangan maut yang
datang bergulung-gulung ke arahnya. Namun semua itu hanya bertahan sesaat,
memasuki jurus limapuluh sebuah pukulan terbuka dari Dewi Sekar Kenanga yang
sebatas lengan berubah menjadi cakar harimau menghantam perutnya. Golok yang di
gunakan sebagai senjata berusaha untuk membabat tangan itu.
Bukkk......
Namun bukannya tangan yang putus
tapi golok di tangan Ki Wanabaya terpental patah seperti membentur benda keras.
Teryata Ilmu Singa Lodaya telah membuat kebal tubuh dari Dewi Sekar Kenanga.
Dan kini cakar harimau itu terus meluncur membobol perut Ki Wanabaya , jerit
mengerikan mengiringi melesatnya nyawa Ki Wanabaya dari raganya dengan usus
membusai.
Melihat hal itu Ki Lurah dan Ki Wanengpati semakin lumer
nyalinya, serangan dari Dewi Sekar Melati semakin mendesak keduanya.
Hiaaattt.....hiaaattt......
Hanya beberapa saat cakar
harimau dari tangan Dewi Sekar Melati akan merobek dada Ki Wanengpati dan Ki
Lurah.
Dari balik kegelapan malam melesat sesosok bayangan yang
kemudian menghantam cakar harimau itu.
Glaaarr.......
Sebuah benturan keras terjadi membuat tubuh Ki Wanengpati
dan Ki Lurah terlempar bergulingan karena hempasan tenaga akibat beradunya
pukulan Dewi Sekar Melati dengan seseorang yang menjadi penolong mereka ,
meskipun terluka karena terjatuh namun nyawa ke dua orang itu masih selamat.
Sementara itu tubuh Dewi Sekar
Melati terdorong beberapa langkah kebelakang, kini di hadapannya telah berdiri
seorang pemuda tampan berbaju biru muda yang memapaki serangannya tadi. Dua
kakaknya segera melompat ke arah Dewi Sekar Melati, mereka segera menyalurkan
tenaga dalam lewat punggung adiknya untuk mengatasi sesak akibat benturan tadi.
Di depan mereka seorang pemuda
tampan berbaju biru muda juga tampak mengatur jalan pernafasan dan aliran
darahnya tak teratur. Disaat Dewi Sekar Kenanga dan dua adiknya memandangi
pemuda tampan itu, tiba-tiba di samping pemuda itu telah berdiri seorang gadis
cantik berbaju hijau.
Dengan penuh kemarahan Dewi Sekar Kenanga membentak , “ Hai
siapa kalian yang berani mencampuri urusan kami Tiga Silmuan Dari Hutan
Gondomayit ? “.
Dua orang itu bukan lain adalah
Siray Sensaura dan Ratna Galih . “ Hemmm.....maaf nona , kami
hanya sekedar lewat di tempat ini dan tidak bisa melihat pembantaian di depan
mata kami , “ Siray menjawab. Meskipun berkepala harimau namun Siray bisa
mengenali dari pakaian dan lekuk tubuh ketiganya, kalau mereka adalah
perempuan.
Grrrhhhh........
Terdengar geraman kemarahan dari Dewi Sekar Kenanga dan Dewi
Sekar Mawar. Sementara itu Dewi Sekar Melati tampaknya masih
bisa menahan kemarahanya, karena saat dia bertatap mata dengan pemuda itu dia
telah terpikat dengan ketampanannya.
“ Oh....jadi kalian yang
bergelar Siluman dari Hutan Gondomayit itu, aku sudah banyak mendengar cerita
mengenai sepak terjang keganasan dan kebengisan kalian yang menggegerkan dunia
persilatan akhir-akhir ini “, menyahuti Ratna Galih.
“ Hihihihihihihhih......
Dewi Sekar Kenanga tertawa melengking merobek keheningan
malam, suaranya menggidikan bulu roma.
“ Kalau kalian berdua sudah
tahu siapa kami, kenapa masih berdiri di situ ?
Cepat kalian angkat kaki dari tempat ini atau kami yang akan
mengirim kalian ke neraka bersama cecunguk-cecunguk itu “.
Ki Lurah Surya Wiguna dan Ki Wanengpati serta beberapa
pemuda desa Bringinsari yang masih hidup sedikit bernafas lega begitu melihat
datangnya dewa penolong mereka. Dan merekapun berharap kedua dewa penolong itu
adalah dua orang pendekar sakti yang akan mampu menghadapi kesaktian Tiga
Siluman Hutan Gondomayit tersebut. Kemudian secara perlahan dan tanpa membuang
kewaspadaannya mereka mundur dan menjauh dari arena pertarungan sebelumnya.
“ Maaf nona – nona cantik,
mohon maaf bila aku dan sahabatku ini mencampuri urusan kalian , itu hanya
karena kami memang tidak bisa menyaksikan keangkara murkaan dan kebiadaban
terjadi di depan mata kami “, kali ini Siray Sensaura yang berbicara.
Saat ini wajah ketiga gadis berbaju merah telah kembali
kebentuk semula, kedua tangannya juga telah berubah seperti tangan gadis cantik
yang halus.
“ Tapi karena ulahmu itu
sekarang kalian berdua harus menerima akibatnya, kami akan merobek-robek
wajahmu yang tampan itu wahai pemuda baju biru “.
“ Dan kau juga tidak akan
bisa bercermin untuk melihat wajamu yang cantik wahai gadis berbaju hijau “.
Saat itu Ratna Galih sudah yang memiliki perangai sedikit
pemarah sudah akan melompat menyerang tiga gadis baju merah di depannya, namun
tangan Siray menahannya.
“ Hmmm....nona-nona cantik
cobalah untuk bertaubat dan kembali ke jalan yang benar, jangan kalian gunakan
ilmu kesaktian yang kalian miliki untuk membuat malapetaka di muka bumi ini “,
Siray mencoba berbicara lebih tenang.
“ Hihihiii......tahu apa kau
dengan jalan yang benar atau yang salah , wahai pemuda baju biru ?”
“ Baiklah sebelum kami
mengantar kau dan gadis temanmu itu menghadap raja neraka, cepta kalian
terangkan siapa nama dan gelar kependekaran kalian “.
“ Kami hanya para pengembara
yang tidak memiliki gelar , namun oleh kedua orang tua ku , aku di berikan
sebuah nama yang bagus dan orangorang biasa memanggilku Siray Sensaura “.
“ Dan gadis di sampingku ini bernama Ratna Galih, nah
...hanya itu yang bisa aku terangkan pada kalian “.
Ketiga gadis
cantik berbaju merah ketat itu kaget begitu mendengar nama yang disebutkan oleh
pemuda di hadapannya.
Sementara itu Ki Wanengpati tersenyum begitu mengenali siapa
pemuda berbaju biru dan gadis temannya tersebut. Bagi ketiga gadis baju merah
yang menyebut dirinya Tiga siluman hutan gondomayit dan Ki Wanengpati, nama
Siray Sensaura sudah tidak asing lagi di telinga mereka. Mereka telah mendengar
kesaktian dan kehebatan ilmu silat yang di miliki pemuda yang bergelar Pendekar
Kuas Sakti tersebut. Sementara Ratna Galih meskipun tidak se tenar Siray
Sensaura , namun namanya juga sangat di perhitungkan dan menjadi momok bagi
tokohtokoh golongan hitam. Pemainan dua pedang di tangannya sangat sulit di
cari tandingannya , dia bergelar Pendekar Pedang Kembar dari Ranu Kumbolo.
Bagi Tiga
Siluman dari hutan Gondomayit , saat-saat seperti ini sangat di nantikan untuk
menjajal ilmu kesaktian mereka. Sudah bayak tokoh silat golongan putih maupun
hitam yang menjadi korban keganasan mereka. Semua tokoh silat itu tidak mampu
menghadapi ilmu andalan dari Tiga Siluman dari Hutan Gondomayit.
“ Hmm....akhirnya
tanpa kami harus mencari, orang bernama Siray
Sensaura yang bergelar Pendekar Kuas Sakti dan gadis yang
bergelar Pendekar Pedang Kembar dari Ranu Kumbolo datang mengantar nyawanya “,
berkata Dewi Sekar Kenanga yang kemudian disambut tawa kedua adiknya.
“ Hihihihiihihihihi.......
“ Nah ...sekarang bersiaplah menghadap dewa maut !! “.
Begitu tawa mereka terhenti, ketiga gadis itu segera berkelebat melancaran
serangan maut. Dewi Sekar Kenanga dan Dewi Sekar melati menyerang Siray
Sensaura, sementara Dewi Sekar Mawar melancarakan serangan ganas ke arah Ratna
Galih.
Hiaaaaatttt.....
Hiaaaatttt......
Dua serangan mematikan datang bersamaan kearah Siray
Sensaura. Dewi Sekar Kenanga melancarkan serangan kearah leher dengan dua jari
terbuka. Sementara Dewi Sekar Melati melompat menyerang dengan tendangan untuk
membobol perut Siray Sensaura. Siray Sensaura yang sudah bersiap dari tadi
dapat dengan jelas melihat serangan -serangan yang datang ke arahnya. Tubuhnya
melenting dan berjumpalitan di udara menghidari serangan dua lawannya. Begitu
turun dia menyusul dengan serangan balasan yang tak kalah mematikan.
Hup....hiaatttt....bet...bet...
Serangan pertama berupa tendangan yang mengarah ke perut
Dewi Sekar Melati, namun itu hanya serangan tipuan dan serangan yang sebenarnya
adalah sebuah pukulan mengarah ke dada Dewi Sekar Kenanga.
Dewi Sekar Kenanga kaget bukan alang kepalang melihat
datangnya serangan yang begitu cepat ke arahnya. Meskipun sudah di coba untuk
menghindar namun pundaknya masih kena hantam pukulan Siray Sensaura.
Bukkk....dessss....!!!
Aaghh...
Dewi Sekar Kenanga menjerit
pendek, tubuhnya terpental kebelakang beberapa tombak. Namun dia masih dapat
menguasai kesimbangannya sehingga tidak sampai jatuh terjerembab di tanah.
Tangan kirinya meraba pundak sebelah kanan yang nyeri terkena gebuk Siray
Sensaura.Kemarahan tampak terpancar dari wajah Dewi Sekar Kenanga.
“ Keparat......Pendekar Kuas Sakti, kau akan menerima
balasan dariku yang tidak akan kau lupakan seumur-umur “.
Hiaaaaaaaaaattttt......
Dengan
menggeram marah Dewi Sekar Kenanga menyerang kearah Siray
Sensaura,
dia menggunakan salah satu jurus andalanya Jurus
Dewi Siluman Merajam Serigala . Jurus ini adalah jurus yang di mainkan
berpasangan, kali ini Dewi Sekar Kenanga berpasangan dengan adiknya Dewi Sekar
Melati. Tubuhnya melesat berputar keatas dengan kedua tangan terkembang
kesamping, sementara adiknya duduk bersila di tanah.Perlahan terlihat tubuh
Dewi Sekar Melati terangkat sampai setengah tombak dari tanah denganmasih duduk
bersila, kedua tangannya disilangkan di depan dada. Siray Sensaura segera
bersiap menghadapi serangan yang akan mengarah ke padanya, dia menyiapkan Jurus Dewa Kuas Menyusup Awan. Jurus ini
mengandalkan serangan tenaga dalam yang di padukan dengan kekuatan tenaga luar.
Kedua kaki membentuk kuda-kuda yang kokoh, tangan kiri tertekuk di pinggang
dengan telapak tangan terbuka menghadap keatas, sementara tangan kanan terkepal
lurus kedepan. Sebuah benteng pertahanan yang sangat kokoh dan memendam
serangan balik yang ganas.
5
Hiaaaattttt......Hiaaaatttttt.........
Dengan teriakan
keras membahana Dewi Sekar Kenanga dan Dewi Sekar Melati melesat menyerang
Siray Sensaura. Pukulan dan tendngan silih berganti menderu kearah bagian
mematikan, sementara itu Siray Sensaura masih mencoba bertahan dan hanya
sesekali melancarkan serangan balik.
Memasuki jurus ke empatpuluh Siray Sensaura tampak semakin
tertekan, tubuhnya hanya berkelebat kesana kemari menghindari serangan-serangan
maut yang datang. Pada saat yang genting itu mendadak dia teringat salah satu
jurus aneh yang pernah di ajarkan sahabatnya yang bernama CahSableng di
Padepokan212 . Jurus Dewa Jamban Menari
, maka dipadukannya jurus Dewa Kuas Menyusup Awan dengan Jurus Dewa Jamban
Menari. Tiba-tiba gerakan-gerakan Siray Sensaura menjadi aneh, tubuhnya
meliuk-liuk lembut seperti orang menari menghindari serangan dari dua lawannya,
namun sesaat kemudian dia balas melancarkan serangan yang tak kalah mematikan
dengan Jurus Dewa Kuas Menyusup Awan .
Pertempuran
semakin cepat, yang terlihat hanya bayang-bayang biru dan merah berkelebat di
udara saling serang. Pada satu kesempatan dengan matanya yang tajam Siray
Sensaura melihat celah kelemahan dari serangan lawannya. Tiba-tiba tubuhnya
menunduk dan dengan memutar di arahkan serangannya pada Dewi Sekar Melati.
Melihat serangan yang datang tiba-tiba tersebut, Dewi Sekar Melati tdak sempat
menghindar dan kakaknya Dewi Sekar Kenanga juga terlambat untuk menyelamatkan
adiknya dari serangan Siray Sensaura. Tak ayal lagi sebuah tendangan kaki kanan
Siray Sensaura menghantam dada Dewi Sekar Melati. Tubuh Dewi Sekar Melati
terlempar dan jatuh bergulingan beberapa tombak kebelakang..Tampaknya dia
mengalami luka dalam yang cukup parah karena serangan Siray Sensaura yang
menggunakan Jurus Dewa Kuas Menyusup Awan tersebut. Dewi Sekar Kenanga segera melompat
mencoba menolong adiknya, di papahnya adiknya yang mencoba untuk bangun namun
karena lukannya dia akhirnya terjatuh lagi. Darah segar menyembur dari
mulutnya, pertanda dia mengalami luka dalam yang tidak bisa dianggap enteng.
“ Bangsaaaatttttttt.....Kau telah melukai adikku , kau akan
merasakan pembalasan yang lebih menyakitkan hai ...Pendekar Kuas Sakti..!!!”
Dewi Sekar
Kenanga melompat kebelakang, dia sedang mempersiapkan ilmu andalanya yaitu “ Ilmu Singa Lodaya “. Suatu keanehan
terjadi, cahaya putih menyelubungi tubuh Dewi Sekar Kenanga, dan ketika
perlahan-lahan cahaya putih itu hilang sebuah perubahan wujud Dewi sekar
kenanga terjadi. Kini wajah Dewi Sekar Kenanga bukan lagi wajah gadis cantik
tapi telah berubah menjadi kepala harimau putih sampai sebatas leher, sementara
itu kedua tangannya sampai sebatas siku juga telah berubah menjadi kaki harimau
putih, jari-jarinya terdapat kuku-kuku yang tajam dan kuat untuk merobek
lawannya
Siray Sensaura tampak terkejut melihat apa yang ada di
depannya,selama ini dia hanya mendengar cerita mengenai Ilmu Singa Lodaya dari
Kiai Gendeng Tapa Tak Tuntas di Gunung Gede. Namun kali ini dia menyaksikan dan
berhadapan sendiri dengan lawan yang mewarisi ilmu itu.
“ Hmmm.....Ilmu Singa Lodaya tingkat ke dua, tampaknya
mereka baru menguasai Ilmu langka itu baru sampai tingkat ke dua. Sungguh suatu
malapetaka besar bagi dunia persilatan kalau mereka bisa menguasai Ilmu Singa
Lodaya sampai tingkat ketiga atau tingkat terakhir. Tubuhnya akan berubah
menjadi seekor harimau putih yang kebal segala senjata dan pukulan sakti “,
Siray Sensaura berkata dalam hati , dia masih berfikir mampukah dia untuk
mengadapi Ilmu Singa Lodaya.
Grrrrhhhh......
Auman harimau terdengar menggelegar
di tempat itu. Ki lurah dan beberapa orang yang menyaksikan pertarungan itu
hanya bisa berdoa semoga Pendekar Kuas Sakti mampu menghadapi lawannya. Siray
Sensaura segera mengeluarkan senjata andalanya berupa sebuah Kuas sakti yang
bernama Kuas Dewa. Gagang kuas tebuat dari gading gajah yang telah di hias
dengan ukiran-ukiran indah. Ujungnya terdapat serabut halus yang terbuat dari
bulu burung rajawali. Senjata Kuas Dewa ini merupakan pemberian seorang
sahabatnya pendekar terkenal dari tanah Tiongkok.Konon menurut cerita , Kuas
Dewa adalah karya besar dari pendekar sakti yang bernama Guo Jing ( Kwee Ceng ).Pendekar sakti yang hidup ratusan tahun
silam di tanah Tiongkok.
Dengan
melompat seperti harimau menerkam mangsanya, Dewi Sekar kenanga menyerang Siray
Sensaura. Saat itu Pendekar Kuas Sakti sudah bersiap menyambut serangan yang
datang kepadanya, dikerahkan seluruh ilmu dan jurus sakti yang di milikinya
untuk menghadapi kedahsyatan Ilmu Singa Lodaya. Pertarungan begitu cepat,
serangan silih berganti dari ke dua tokoh sakti yang bertarung. Hingga pada
suatu ketika serangan kilat Siray Sensaura dengan Kuas Dewa ditangannya
berhasil mendesak dan hampir menjebol dada Dewi Sekar Kenanga. Namun dengan
cepat kedua tangan Dewi Sekar Kenanga menangkis serangan Kuas Dewa dan
memapakinya.
Bukk.....Glar....!!!
Sebuah benturan keras terjadi, tangan Siray Sensaura tampak
bergetar akibat benturan itu. Kuas Dewa di tangannya terlihat merah seperti
membara.Sementara tangan Dewi Sekar Kenanga yang telah berubah menjadi cakar
harimau tidak terluka sedikit pun.
“ Senjata andalanmu tidak akan mempan melukai kulitku wahai
Pendekar Kuas Sakti , sekarang terimalah kematianmu...!! “.
Hiaaaaaatttttttt......Grrrrrhhhh....
Dengan teriakan keras melengking
Dewi Sekar Kenanga melompat menyerang Siray Sensaura dengan cakar harimaunya
yang tajam, juga taring yang seperti mata pisau siap merobek tubuh Siray
Sensaura. Kali ini Dewi Sekar Kenanga memadukan Ilmu Singa Lodaya dengan jurus
saktinya yang bernama Jurus Selaksa
Bayangan Kematian. Tubuhnya bergerak cepat yang terlihat hanya bayangan
merah yang terus mengurung tubuh Siray Sensaura. Dan Siray Sensaura menjadi
semakin keteter dengan serangan yang terus datang bagai gelombang itu,
sementara dia masih berfikir bagaimana melukai tubuh lawannya yang kebal dengan
segala macam senjata.Bahkan Kuas Dewa
pun tidak bisa melukai tubuh lawannya.
Dalam keadaan yang genting itu, tiba-tiba dia mendengar
seseorang yang membisikan sesuatu ke telinganya.
“ Pendekar Kuas Sakti...cobalah serang
bagian tubuh yang tidak berubah menjadi tubuh harimau.Karena ilmu kebal itu
hanya melindungi bagian yang berubah menjadi harimau putih “.
Hup.....hiaaaatttt....
Dengan teriakan keras Siray Sensaura melompat kebelakang.
Dia melihat kearah Ki Wanengpati yang membisikkan rahasia ilmu kebal Singa
Lodaya dengan ilmu mengirimkan suara. Sesaat kemudian dia telah siap menghadapi
serangan Dewi Sekar Kenanga kembali. Satu kakinya di angkat ,tangan kiri
menyilang di depan dada sementara tangan kanan yang memegang Kuas Dewa terangkat
tegak keatas. Itulah Jurus Dewa Kuas
Melukis Langit , yang sangat dahsyat.
Hap.....hiatt...
Grrrhhhhhhh.......GGGrrhh....
Pertarungan
dua tokoh sakti itu kembali terjadi, gerakan keduanya begitu cepat sehingga
yang terlihat hanya bayangan merah dan biru saling serang. Siray Sensaura
mencoba menyerang dan mencari celah bagian tubuh Dewi Sekar Kenangan yang tidak
berubah menjadi harimau seperti apa yang di katakan oleh Ki Wanengpati. Namun
semua serangannnya selalu bisa di tangkis oleh kedua cakar harimau Dewi Sekar
Kenanga. Hingga pada akhirnya dengan satu gerak tipu Siray berhasil memasukkan
serangan Kuas Dewa yang menghantam dada Dewi Sekar Kenanga.
Aaaahhhhhh.......!!!
Dewi Sekar Kenanga menjerit setinggi langit , tubuhnya
terpental melayang dan jatuh ke tanah. Dia mencoba untuk bangkit, namun darah
segar segera menyembur dari mulutnya.Tubuhnya terluka dalam yang sangat parah,
dan tak lama kemudian Dewi Sekar kenanga roboh tergeletak di tanah .
Sementara itu melihat kakaknya Dewi Sekar Kenanga roboh dan
terluka, membuat kewaspadaan Dewi Sekar Mawar berkurang. Dan pada saat itu
datang serangan dari Ratna Galih yang mengggunakan Jurus Bidadari Menari Di Atas Pelangi dengan sepasang pedang
kembarnya yang bergerak cepat bagaikan kilat.
Ciaaaaatttt.......hap.......Hiaaaaaaatttt....
Satu serangan dapat di hindari
namun serangan yang datang selanjutnya berhasil merobek perut Dewi Sekar Mawar,
di susul satu serangan pedang Ratna Galih berhasil menembus pundak . Tubuhnya
terhuyunghuyung, dengan meringis menahan sakit Dewi Sekar Mawar memandang tajam
kearah Ratna Galih, namun pandangan mata itu perlahan meredup dan tubuh Dewi
Sekar Mawar jatuh menggelosok ke tanah.
*****
6
Para
pemuda yang sejak tadi diam menyaksikan pertempuran itu, kini beranjak bangkit.
Mereka segera menyambar golok masing-masing dan bermaksud untuk membatai tiga
gadis Siluman Dari Hutan Gondomayit tersebut. Namun sebelum semua itu terjadi
mendadak terdengar suara auman harimau yang sagat keras dan menggetarkan tempat
itu. Dan entah dari mana datangnya di depan mereka kini muncul seekor hariamu
putih dengan mata merah menyala menatap kearah orang-orang yang ada di sekitar
tempat itu.
Seekor harimau putih besar
berjalan pelan mendekat kerah tubuh ketiga gadis yang tergeletak di tanah.
Sementara itu para pemuda yang akan membantai ketiga gadis dari hutan
Gondomayit menjadi lumer nyalinya, tubuh mereka bergetar ketakutan.
Siray Sensaura dan Ratna Galih
memandang waspada kearah harimau putih. Saat itu pandangan harimau putih
menatap tajam bergantian kearah Siray Sensaura dan Ratna Galih. Mendadak
terjadi suatau keanehan, samar- samar muncul bayangan seorang kakek berbaju
putih dengan jenggot tebal panjang yang juga berwarna putih. Kepala kakek itu
mengenakan sorban abu-abu yang ujungnya menjuntai melingkar ke lehernya.
Siray
Sensaura seperti mengenali kakek tua yang muncul di hadapanya itu.pandangannya
mencoba mengingat kembali kapan dia pernah bertemu dengan sosok kakek yang kini
ada di hadapanya.
“ Mohon maaf kakek, apakah benar yang ada di hadapan saya
ini adalah Resi Dharupandana ? “,
bertanya Siray Sensaura.
“ Hehehehe.....benar sekali anak muda, ternyata masih ada
anak muda seumurmu yang mengenaliku “, sambil tertawa terkekeh kakek tua itu
menjawab.
Resi Dharupandana adalah seorang
tokoh sakti golongan putih yang hidup ratusan tahun silam. Sepak terjangnya
sempat menggetarkan dunia persilatan dan menjadi momok yang menakutkan bagi
tokoh silat golongan hitam. Dialah orang yang menguasai dengan sempurna Ilmu
Singa Lodaya yang dahsyat itu. Bahkan dengan Ilmu Singa Lodaya , Dharupandana
pernah mengobrak -abrik sebuah gerombolan sesat yang di pimpin seorang tokoh
sakti golongan hitam yang ada di pantai
Sadeng, yang merupakan muara sungai besar Bengawan Solo di wilayah jawa bagian tengah.
Siray Sensaura mengetahui siapa tohkoh sakti yang bergelar
Resi Singa Lodaya dari cerita yang dituturkan Kiai Gendeng Tapa Tak Tuntas di padepokan212.Namun dia tidak pernah
mengira kalau saat ini akan bertemu dengan tokoh sakti tersebut.
“ Anak muda yang bergelar Pendekar Kuas Sakti dan juga Ki
Lurah serta semua warga desa Bringinsari, tiga gadis ini adalah cicitku yang
telah tersesat jalannya dan menebarkan malapetaka di bumi “. “ Aku juga memohon
maaf atas tindakan yang telah di lakukan oleh ketiga cicitku ini, sekarang aku
akan membawa mereka. Semoga kelak mereka bisa kembali menjadi manusia yang akan
berjalan di jalan yang di ridhoi Gusti Allah “.
“ Nah...sekarang aku mohon pamit “, perlahan bayangan kakek
berjenggot puith itu lenyap, dan kini tampak harimau putih itu mendekati tubuh
ketiga gadis yang tergeletak ditanah. Dan satu lagi keanehan terjadi, tubuh
ketiga gadi itu lenyap tak berbekas dari tempat semula. Yang kemudian terdengar
adalah auman harimau yang menggetarkan malam yang telah beranjak pagi.
Ki Lurah Surya Wiguna dan Ki
Wanengpati mendekati Siray Sensaura dan Ratna Galih, mereka mengucapkan
terimakasih atas pertolongan dua pendekar sakti itu dan kemudian Ki Lurah mengajak
mereka untuk mampi sejenak untuk beristirahat di kediamannya.
Di ufuk timur terlihat warna
merah menyemburat, sebentar lagi matahari akan segera terbit. Kokok ayam jago
milik warga desa Bringinsari sudah terdengar bersahutan. Rombongan Ki Lurah pun
segera meninggalkan tempat itu, Siray dan Ratna Galih ikut bersama rombongan
menuju kediaman Ki Lurah Surya Wiguna.
******
Pagi itu di pendopo rumah Ki Lurah Surya
Wiguna tampak Siray
Sensaura dan Ratna Galih sedang
berbincang dengan Ki Lurah dan juga Ki Wanengpati. Di meja tampak hidangan kue
yang di suguhkan oleh Nyi Ratmi istri dari Ki Lurah.
Rumah Ki Lurah Surya Wiguna memang besar,dinding dan
perabotan semuanya terbuat dari kayu jati yang berukir indah. Selain seeorang
lurah Ki Surya Wiguna adalah seorang yang kaya raya di desa Bringinsari ini.
“ Nakmas Siray dan Nimas Ratna, saya sendiri dan juga
mewakili seluruh rakyat desa Bringinsari mengucapkan terimakasih yang tak
terhingga, entah apa jadinya kalau nakmas berdua tidak datang dan menolong kami
“, KiLurah berkata kepada dua tamunya itu.
“ Benar nakmas Pendekar Kuas Sakti, kedatangan nakmas berdua
bukan hanya menolong kami dari keganasan Siluman Hutan Gondomayit tapi juga
telah menyelamatakan seluruh warga desa ini “, Ki Wanengpati menimpali.
“ Sudahlah Ki Lurah dan Ki Wanengpati, memang sudah
seharusnya kita hidup di dunia ini untuk saling tolong menolong antar sesama “.
Setelah beristirahat dan
berbincang sambil menyantap makanan yang di hidangkan oleh Nyi Ratmi, menjelang
tengah hari Siray dan Ratna Galih berpamitan untuk melanjutkan perjalanan.
Mereka pun meninggalkan desa Bringinsari diiringi lambaian
tangan dari Ki Lurah dan warga desa yang telah memperlakukan mereka layaknya
seorang pahlawan .
Siray Sensaura dan Ratna Galih
terus melakukan perjalanan ke arah barat, mereka naek kuda yang di berikan oleh
Ki Lurah sebagai ungkapan terimakasihnya. Setelah beberapa lama mereka berkuda,
kini sampailah mereka di sebuah persimpangan jalan. Arah yang ke kanan menuju
kota raja Niskala sementara yang lurus adalah ke arah Kadipaten Pagar Alam yang masih dalam wilayah kekuasaan kerajaan Niskala.
Tiba-tiba Ratna Galih menghentikan kudanya, Siray pun
kemudian juga menghentikan kudanya di dekat Ratna Galih.
“ Kangmas Siray, aku akan menuju kota raja. Aku ingin
sekedar berkeliling melihat-lihat keindahan kota raja, kangmas sendiri mau
kemana? , Ratna Galih bertanya.
“ Hehehe.....iya melihat-lihat
keindahan kota raja, siapa tahu bertemu seseorang kan.? “ ,Siray menggoda Ratna
Galih.
Gadis itu hanya tersenyum dan tertundukmalu,terlihat rona
merah di pipinya .
“ Aku akan
pergi ke Padepokan212 di Gunung Gede nimas Ratna, sudah lama aku tidak
mengunjungi padepokan212 “.
“ Baiklah Kangmas Siray, aku pergi dulu. selamat tinggal “,
berkata Ratna Galing sambil melambaikan tangannya .
“ Iya nimas Ratna, semoga di
kota raja kau bertemu dengan Kangmas mu Adeck Cakep “, kata siray sambil
tersenyum.
Namun Ratna Galih sudah membedal kudanya dan berlari
meniggalkan tempat itu, namun telinganya mendengar jelas apa yang di ucapkan
Siray Sensaura yang membuatnya tersenyum sendiri sambil terus memacu kudanya
menuju kotaraja Niskala.
*****
Sementara
itu Siray sensaura juga sudah menggebrak kudanya menuju arah yang lain. Hampir
seharian berkuda Siray Sensaura tampak letih, kemudian dia beristirahat di
dekat sebuah sungai yang alirnya mengalir jernih. Dia pun segera melompat dari
punggung kudanya , dia segera mengambil air sungai dengan kedua telapak
tangannya dan kemudian meminumnya. Sementara kudanya juga mengikutinya meminum
air sungai yang jernih itu.
Di pinggir sungai Siray duduk di bawah pohon yang rimbun,
sehingga melindunginya dari sinar matahari, udaranya begitu sejuk. Sejenak dia
mengeluarkan sesuatu di balik bajunya, sebuah lukisan wanita cantik. Lukisan
Arumi kekasihnya. Di pandanginya lukisan itu dalam-dalam, seperti tersirat
kerinduan yang begitu bergejolak dihatinya.
“ Dinda
…..dinda Arumi , dimanakah dirimu sekarang dinda ? Aku sangat merindukan mu
dinda “., Siray Sensaura terus memandangi lukisan wajah kekasihnya itu dalam
hatinya juga berkata . “ Mengapa nasibku berkebalikan dengan nasib Sobat Adeck
Cakep, dia saat ini sedang dicari-cari oleh seorang gadis cantik yang merindukannya
, tapi aku...?
Begitu pilu mengiris hatinya yang sedang dilanda rindu ,
sehingga tanpa sadar butiran-butiran air bening menetes dari matanya dan
membasahi pipinya .
“ Dinda....Arumiiiiii.......”
,dalam hati Siray Sensaura menjerit. Sehingga semakin deraslah airmata itu
mengalir membasahi pipi dan juga bajunya.
Namun tiba-tiba Siray Sensaura di kejutkan oleh suara orang
yang sedang bersenandung, suaranya menggema seakan berasal dari seluruh penjuru
mata angin. Sehingga dia tidak tau dari mana arah datangnya suara itu.
Ketika
perasaan itu telah tertanam Akarnya menerobos masuk ke palung hati Kerinduan
terasa menyiksa ….
Disaat sang bidadari jauh dari raga
Hanya pertemuan yang akan menghapus semua
Perasaan rindu dan kangen yang terus
menyiksa jiwa
Air mata yang menetes keluar
Hanyalah salah satu penyelesaian...
Siray Sensaura berdiri,segera diambil dan disimpanya lukisan
kekasihnya di balik baju. Dia memandang berkeliling, namun tidak di temui sosok
orang yang bersenandung tadi.
“ Suara
itu..... sepertinya aku mengenalnya ? , Ah....iya tidak salah lagi
,itu
pasti....itu pasti.....Sobat Mahesa Edan
“
Kemudian Siray Sensaura berteriak keras, mengerahkan
seperempat tenaga dalamnya. Suranya keras dan bergema .
“ Sobat
Mahesa Edaaan , keluarlah. Aku tau itu kamu. Ayo keluarlah, jangan hanya
menggunakan Ilmu Memindahakan Suara saja ...!!
Berulangkali Siray Sensaura
berteriak memanggil nama Mahesa Edan, namun yang di panggilnya tidak juga
keluar dari persembunyianya.
Apakah masih ada di sekitar
tempat itu ataukah sudah pergi .
TAMAT
NANTIKAN PETUALANGAN
SERU
PENDEKAR-PENDEKAR
DARI PADEPOKAN 212
DALAM EPISODE
SELANJUTNYA
Gabung dalam percakapan