Epistimologi Sejarah


PUDJI'S INFO.Epistimologi  berasal dari kata Yunani : episteme yaitu pengetahuan, didefenisikan sebagai suatu cabang filsafat yang berkenaan dengan teori-teori pengetahuan.

Dalam arti luas epistimologi adalah suatu kajian mengenai sifat pengetahuan, termasuk ruang lingkup, pengendaian-pengandaian tentang realibilitas pengetahuan itu sendiri. Dalam pengertian ini epistimologi mencakup bidang yang amat luas, memperbincangkan duduk persoalan pengetahuan, mulai dari pangkal atau ujung sumber, sifat, ruang lingkup objek pengetahuan.Epistimologi berarti juga teori ilmu pengetahuan . Yang membahas tentang hakekat kenyataan, lingkup dasar-dasar dan syarat-syarat kepastian pengetahuan manusia.
Epistimologi sejarah berarti melacak sejarah teori pengetahuan tentang sejarah sebagai pengetahuan dan sejarah ilmiah.

Meskipun Leovol von Rangke telah mengangkat sejarah sebagai studi ilmiah pada Perguruan Tinggi semenjak abad ke 19, kemudan dilanjutkan oleh Bunry, dan kemudian R. Fagel sejarawan ekonomi AS menerima penghargaan Nobel 1993. Walaupun demikian masih ada juga sebahagian sejarawan yang tetap berpegang dan masih menganggap sejarah sebagai bahagian dari sastra dan sebahagian lagi menganggap sejarah sebagai bukan ilmu.
Epistimologi ini mengkaji tiga hal yaitu:
  • Ontologi yaitu apa yang menjadi objek ilmu pengetahuan, contohnya ilmu Alam objeknya diluar manusia atau bersifa positivistik.Sedangkan ilmu Sosial objeknya manusia yang disebut bersifat naturalistik. Objek ilmu sejarah ada dua yaitu: objek formal dan objek material
  •  Metodologi, yaitu ilmu tentang metode-metode
  • Aksiologi yaitu gunanya ilmu itu untuk apa.

Pandangan terhadap ilmu sejarah

Ada tiga argumen yang berkembang tentang ilmu sejarah:

 1. Alasan yang membela sejarah sebagai bukan Ilmu.
     Sejarah bukanlah disiplin ilmiah , jika yang dimaksud ilmu dan keilmuan menurut versi ilmu Alam, yang berpegang kepada filsafat ilmu positivisme, kaum positivisme mengatakan hanya ada satu ilmu di dunia, dan setiap  disiplin yang hendak mendaulat dirinya sebagai disiplin ilmu  haruslah ikut aturan main ilmu alam yaitu observasi langsung, hukum-hukum umum yang universal, matematis dan kehadalan prediksi.

 2. Yang membela sejarah sebagai disiplin ilmu ilmiah yang otonom
    Jalan menuju ilmu pengetahuan bukan hanya lewat jalur positivists, karena kenyataan alam ini terdri dari fisik dan manusia. Objek kajian ilmu sosial termasuk sejarah adalah manusia bukan benda, paradigma tidak dapat dipaksakan kerena memiliki kenyataan fisik dan non fisik atau sosial. Jadi disiplin ilmu harus dibedakan objeknya maupun metodologinya, sesuai dengan bidang masing-masing.

3. Yang berpandangan sejarah sebagai sastra.
      Sejarah adalah disiplin ilmu yang terbuka bagi siapa saja seperti yang berkembang pada awal perkembangan sejarah masa Herodotus, tidak perlu meninggalkan selera sastra, biarlah sejarah berkembang seperti sedia kala tampa pengetahuan teknis metodologi ilmiah.

Sejarah sebagai seni syaratnya sebagai berikut:
Ø  Sejarah memerlukan intuisi: sejarawan juga memerlukan ilham yaitu pemahaman dan instrintif selama penelitian berlangsung
Ø  Sejarah memerlukan imajinasi: pekerja sejarawan harus dapat membayangkan  apa yang sebelumnya terjadi, apa yang terjadi sesudah itu.
Ø  Sejarawan memerlukan emosi: 
Ø  Sejarawan memerlukan gaya bahasa:  gaya bahasa tidak berbunga-bunga, dan berbelit-belit, bahasanya harus sistematis lugas dan menarik

Berfikir Common sense dan berfikir ilmiah
Berfikir Common sense, adalah berfikir menurut akal sehat yang ada pada orang kebanyakan, berfikir masyarakat awam. Misalnya cerita-cerita rakyar (folklore), balada dan nyanyian rakyat (folksong) tradisonal.

Ciri-ciri sejarah Commonsense:
  1. Pemikiran yang diterima secara benar lewat tradisi oleh masyarakat.
  2. Sejarah commonsense cendrung bersifat dogmatik dan berkaitan dengan keyakinan agama., pemikiran commonsense sering bersifat pemitosan dan mencampur adukkan antara fakta dan opini.
  3. Berfikir commonsense cendrung kurang diterima oleh cara fikiran modern, seperti bersifat taklid dengan hal yang sudah diterima umum, membuat penilaian tergesa-gesa, cendrung berpandangan negatif dan curiga terhadap fakta yang berbeda.
  4. Berfikir ilmiah adalah telaahan yang kritis terhadap peristiwa masa lampau dan lingkungan berdasarkan standar metode-medote ilmiah.

Ciri-ciri berfikir ilmiah:
  • Penjelasan tentang berfikir ilmiah mungkin dapat dibantu dengan membandingkan antara pola fikir awam dan berfikir ilmiah.
  • Sejarah kritis memiliki ciri tidak berpihak dan berlaku adil.
  • Sejarah kritis ilmiah selalu mengutamakan akurasi, yakni ketepatan.
  • Ketelitian dan kecermatan. 
  • Teruji kebenarannya.
 
Data atau sumber dapat dibedakan atas dua yaitu:
  • sumber primer merupakan sumber asli yaitu semua bahan atau data yag ditulis atau dibuat pada masa kejadian. Sumber primer dibuat oleh saksi mata atau orang yang terlibat alam peristiwa tersebut. Contoh biografi, memoar, buku harian, laporan pemerintah, polisi pengadilan dan lain-lain. 
  •  Sumber skunder adalah karya-karya rekontruksi atau interpretasi penulis berdasarkan sumber primer atau sumber primer yang sudah dirubah ke dalam bentuk tulisan baru. Sumber skunder biasanya dibuat oleh sejarawan dalam bentuk buku, artikel, esai-esai sejarah, skipsi, thesis. Suatu sumber dikatakan skunder atau primer akan tergantung pada keaslian waktu dan yang menciptakannya.